Senin, 09 Mei 2011

SA'I dan TAHALUL

WISATA HATI -------------> part 7

Bismillah kami berempat menaiki tangga masjid menuju tempat dilaksanakannya sa'i.
Dua bukit shofa dan Marwa sudah tinggal gundukan batu ŷanğ hitam mengkilap.
Banyak orang-orang berebut tempat itu untuk menadahkan tangan berdo'a menghadap Ka'bah, sembari menyelasaikan putaran ke putaran berikutnya.

Sa'i di mulai dari bukit shofa, setelah mengucapkan do'a kami memulai perjalanan sa'i dengan berjalan dulu, kemudian berlari-lari kecil diantara pilar hijau menuju bukit Marwa, semua orang berlarian dengan tak henti-hentinya melantunkan do'a dan pujian, kamipun begitu.
Terhitung satu jika sudah sampai ke bukit Marwa, berdo'a dipuncaknya dan memulai perjalanan sa'i ŷanğ kedua menuju bukit Shofa.

Perjalanan kami sedikit lambat karena anakku dan pak Syamsul sudah terlihat lelah, setiap saat kami berhenti meminum air zam-zam sepuasnya, kemudian melanjutkan perjalanan kembali.
Semangat akan bergelora jika kami berdampingan dengan serombongan kafilah ŷanğ banyak jumlahnya, mereka melantunkan do'a bersama-sama, kami mengikuti mereka, namun karena keterbatasan tenaga, kami tertinggal kembali.

Menjelang putaran akhir, anakku mulai menunjukkan gelagat kecapaian, mengantuk dan bosan, maklum adzan subuh mulai berkumandang.
Tinggal sekali lagi putaran maka kami akan selesai.
Anakku bersikeras mengikuti jalur kursi roda, rutenya tak melingkar hanya lurus, otomatis jaraknya lebih singkat.
Akhirnya untuk menghindari perdebatan kami mengikutinya memakai jalur kursi roda, hanya saja kami harus lebih hati-hati agar tak tertabrak kereta ŷanğ biasanya didorong cepat oleh pendorong upahan.

Pak syamsul berbeda pikiran, beliau merasa masih sanggup mengikuti arah memutar, Beliau memutuskan tetap dijalur semula.
Agak kaget juga mendapati beliau tak lagi serombongan denganku, kutoleh kekanan dan kekiri, kutunggu sambil berhenti, meminum zam-zam sepuasnya, tetap tak kutemukan pak tua itu.

Demi mengejar subuh berjamaah segera kuselesaikan sa'i kami dan melakukan tahalul.
Suamiku memotong rambutnya dulu, kemudian anaknya, ibu dan selanjutnya ªku.
Ada lima ibu-ibu ŷanğ antri meminta kupotong rambutnya, mereka tidak membawa gunting.

Setelah selesai kami menuju shaf sholat, terlebih dulu ªku mengambil air wudhu dengan kran zam-zam disitu.
Toilet sangat jauh tempatnya, belum lagi kalau antri dan tersesat.

Tak kusangka anakku benar-benar pada puncak kebosanan!
Sepanjang menunggu iqomah meluncur kata-kata ajaibnya ŷanğ intinya capek, ngantuk dan lapar!
Dia merasa sudah selesai dengan ibadah intinya, umroh.
Sholat subuh bisa dilakukan di kamar hotel, toh pahalanya sama, katanya.^.^

Ada seorang ibu ŷanğ menyodorinya permen, dia buang seketika sambil menangis.
Suasana semakin tak terkendali, dia protes habis-habisan.
Setelah melihat rewelnya semakin menjadi-jadi, ªku dan ibu menuruti kemauannya lagi, kami keluar masjid dan bermaksud pulang menuju hotel.

Ŷanğ kuingat, pintu kami pintu 1 dan arahnya searah menara yg ada jamnya.
Masya Allah...
Kami masih berdiri di pintu 45, berarti kami harus memutar 90 derajat menuju pintu 1.


Beruntung anakku mau kubujuk sebentar agar ªku dan ibu ikut jama'ah sholat subuh sebentar, sementara dia bersikeras sholat subuh di kamar.
Dia menunggu kami di tangga masuk, menunggu kami menyelesaikan subuh kami ŷanğ bacaan surat setelah Al Fatihahnya sepanjang An Naziat ataupun 'Abasa. ^.^

Alhamdulillah tanpa protes, setelah selesai kami terseok-seok pulang dengan memutar jalan ŷanğ lumayan jauhnya...
Sepertinya kami  melakukan thowaf kembali.

Tidak ada komentar: