Sabtu, 07 Mei 2011

ANTARA JEDDAH ----MADINAH

Wisata Hati ------------> part 3


Jalanan dari bandara ke Madinah lumayan lengang, berbeda dengan jalanan di antar kota di Indonesia, jalannya mulus, lebar.
Volume kendaraannya tak begitu banyak, mungkin karena dini hari kali ya?...^-^, atau karena aku sendiri yang setengah sadar melihatnya?.

Kanan kiri jalan adalah gurun pasir berbatu, kalau kuingat seperti jalan baru di kampungku, jalan tol pantura yang baru dibangun menghubungkan pantai utara dengan pantai selatan yang berakhir di kota Banyuwangi. Mega proyek yang masih mangkrak sampai detik ini.
Bedanya jalan itu berbatasan dengan laut. Sedangkan di sini, hanya gurun pasir dan gunung batu.






Sesekali ada rumah-rumah bertype unik, sepi tanpa penghuni.
Kupikir mereka hanya membangunnya sebagai tempat berteduh sesekali.
Ada beberapa tempat peristirahatan, masjid dan rumah makan atau sekedar kedai minum, namun jaraknya sangat jauh satu dengan yang lainnya.

Terdengar suara Adzan subuh, bis berhenti sejenak disebuah masjid dipinggir jalan.

Ada pengalaman yang harus diingat, sepanjang jalan jika kita disodori air minum, alangkah baiknya kita jangan menolaknya, simpan saja, walaupun kita sudah kekenyangan minum, siapa tahu air sebotol itu berharga.
Benar....begitu masuk masjid, tak ada setespun air, baik untuk wudhu ataupun ke toilet!.
Terpaksa kami bertahan untuk tidak kencing, apalagi buang air besar, air minum sebotol yang belum kuminum,  kupakai untuk berwudhu.

Setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan.
Matahari mulai nampak mengintip, pagi terasa segar. Warna merah tak begitu jelas tertangkap kamera, jendela kaca bis berembun, membuat hasil jepretan kameraku buram. Padahal pemandangannya indah sekali.

Disuatu tempat peristirahatan lagi bis berhenti.
Kami membeli beberapa cangkir kopi, semuanya gratis dijamin oleh travel.
Ditempat itu kulihat rombongan travel bus yang ke 2 juga sedang beristirahat disitu.

Setengah jam parkir dengan secangkir kopi dan sebungkus roti berisi coklat membuat mataku terbangun sempurna. Anakku masih sibuk melihat dikanan kiri jalan, mencari seekor unta yang belum jua ditemuinya.

Jalanan masih saja sepi, kami melintasi beberapa rumah-rumah berpenghuni, namun tetap sepi, tanpa aktifitas yang terlihat dari luar.
Terlintas pertanyaan, apakah mereka tak ada yang sekolah?, bekerja ? atau sekedar jalan-jalan pagi? apalagi mengobrol dengan tetangga?

O iya...mulai dari bandara, aku tak menemui seorang pekerja wanita, semuanya laki-laki.
Pom bensin juga lengang, hanya satu atau dua orang saja yang nampak menjaganya. Jaraknya jauh dari pemukiman dan sama sepinya.

Andaikan ditengah jalan apalagi malam, kehabisan bensin dan tak membawa alat komunikasi, pastilah lama menunggu sampai ada yang mau menolongnya.


Baru saja terpikir olehku, tiba-tiba bis menepi di pinggir sebuah bangunan yang mirip sebuah pabrik kosong.
Lokasinya sekitar daerah Abyar Al Mashir, sejam dari kota Madinah.
Rupanya bis mengalami kerusakan fatal dan tak bisa melanjutkan perjalanan. Padahal sebentar lagi waktunya sholat Jum"at.
Agendanya, sholat kami pertama di Masjid Nabawi adalah sholat Jum'at!

Supir bis menyarankan kami bersabar menunggu bis selanjutnya menolong, maklum bis cadangan itu masih berada dikota Madinah. Mau tak mau kamipun menyetujuinya.

"Pasti ada hikmahnya..." begitu yang dikatakan para Muthowif itu.
Banyak bersabar akan menambah nikmat sebuah perjalanan. ^-^

Kami mencari kegiatan menghilangkan penat setelah duduk berjam-jam dalam bis.

Anakku turun keluar bis. Tiba-tiba supir bis yang melihatnya,  menyalaminya dan mengucapkan kata

"Assalammu'alaikum...." kemudian mengusap rambutnya dan berseru

"Subhanallah...!"....berulangkali dan beberapa kata yang tak dimengertinya...
Dia hanya senyum-senyum mengiyakan..

Diluar bis, udara pagi terasa dingin menusuk tulang, padahal matahari sudah masuk waktu dhuha. Aku  kembali ke dalam bis dan mengambil jaket.
Pemandangan didepan mata hanya gurun dan gunung-gunung, sesekali kendaraan melintas.
Benar-benar sepi.

Kami menyempatkan mengambil beberapa foto disitu, pemandangan benar-benar indah.



 

Diam-diam aku jepret saat dia berdekatan dengan pak supir.


Hujan tiba-tiba turun, buliran airnya besar-besar namun tidak begitu deras, seperti gerimis kalo ditempat kita.
Hanya sekitar sepuluh menitan, setelah itu reda. Tanah sempat basah sebentar, namun perlahan kembali kering.
Aspal jalanan yang masih basah, tampak seperti diguyur hujan lebat.

Seperti perkiraan, sejam kemudian muncul bis pengganti.
Kami bekerja sama memindahkan koper ke bis yang baru.
Supir terpaksa ditinggal sendirian bersama kendaraannya.
Kami melanjutkan perjalanan dengan bis yang baru.


Pagi sudah beranjak menuju siang, panas mulai terasa, sinarnya masuk melalui jendela kaca.
Jalanan kulihat masih saja sepi, Muthowif menjelaskan situasi kota satu persatu.
Ternyata memang kehidupan kota disini berbalik 180 derajat dengan kebiasaan kita.
Jika pagi sampai sore mereka berdiam diri di rumah. Kehidupan justru dimulai di sore hari sampai menjelang tengah malam.

Suhu kota berkisar 35 derajat celcius saat ini, jadi tak begitu menyengat.

Kami disarankan berkomunikasi dengan keluarga ditanah air menggunakan nomer lokal Arab Saudi, karena jauh lebih murah.
Makanya, baru kemarin nomerku isi pulsa seratus ribu, baru beberapa kali sms dan mms sekarang sudah habis lagi.
Ternyata sekali sms tarifnya bisa sampai Rp. 6000 per sms. sedangkan memakai nomer lokal hanya sekitar Rp. 1200 per sms.
Untuk telepon juga jauh lebih murah memakai nomer lokal. Sedangkan tarif  BB yang biasanya sebulan Rp. 99.000, sekarang berlaku tarif roaming Rp. 75.000 perhari!.
Pantesan...Hp kami tak ada yang terisi pulsa!.


DI MADINAH  AL  MUNAWAROH

Alhamdulillah....sebentar lagi kami segera sampai ke hotel.
Al Anwar Moevenpick Hotel, itulah jatah menginap kami. Jatah paket Sakinah dari Tazkia Travel.
Tak sabar ingin segera kurebahkan badan, kuselonjorkan kaki dan mandi sepuasnya...

Masih ada kesempatan mengejar jadwal sholat Jum'at, hanya saja kemungkinan bis tak bisa parkir lama didepan hotel, maklum lokasi hotel kami berada dekat sekali dengan Masjidil Haram.
Lokasi itu pasti sudah tertutup untuk kendaraan.
Benar juga, bis hanya diberi kesempatan menurunkan para penumpang.
Kami bergegas menuju lobby hotel, Muthowif segera membagikan kunci kamar masing-masing.

Aku bertiga menempati kamar 10026, terdiri dari 3 bed, sedangkan Bapak/Ibu menempati kamar double bed di nomer 10045.

Sebenarnya hotel berbintang 5 itu terdiri dari 206 kamar, terletak di  Shariya Court Road, P.O. Box No. 1582, Madinah, Madinah, Arab Saudi 1582,  persis didepan Masjid Nabawi.

Dari kamar kami hanya perlu menyusuri lorong menuju lift.
-Untuk ke lobby kita tekan lt M,
-Restoran lt 1 dan
-Untuk ke masjid tekan lt 0.

Dari pintu lift kita hanya berjalan beberapa meter keluar gedung dan kita sudah berada di plataran masjid nan megah itu.

Subhanallaah.... masjid itu begitu luas dan megah...





Masjid Nabawi selalu penuh sesak saat sholat fardhu maupun sunnah.
Semua orang berusaha mendapatkan pahala 1000 kali  lipat dari biasanya.

Kota Madinah  dikenal sebagai kota kurma. Di kota inilah kurma-kurma terbaik dihasilkan. Selain itu Madinah adalah salah satu kota suci setelah Makkah. Karena sucinya kota itu, sampai-sampai Nabi menyebutkan "debu kota Madinah adalah obat".
Ada benarnya, sejak sebelum keberangkatan kami masih menderita batuk hebat, begitu juga dengan suamiku. Selama menjalankan ibadah, batuk kami lenyap seketika.

Selama di Madinah satu persatu agenda harian yang sudah terjadwal rapi kami laksanakan sebaik-baiknya, sebisa dan semaksimal mungkin kami sholat di Masjid Nabawi.
Mengejar keutamaan pahala sholat dan memang untuk itulah kami mengunjungi kota kesayangan Nabi itu.
Agenda  kami selanjutnya adalah ziarah ke makam Rosulullah, tour keliling kota Madinah ; ke masjid Quba, masjid Qiblatain, Jabal Uhud, ziarah ke Baqi dan melihat perkebunan dan pasar  kurma.

Saat ke Raudhah, ziarah makam Nabi, rombongan wanita berbeda pintu dengan pria, ada pemandu baru yang mengantar rombongan wanita.
Masya Allah....orang berebut tempat untuk bisa sholat di taman surga itu, antara rumah Nabi ( di tandai pilar bertanda hijau ) sampai mimbar Beliau.

Jama'ah yang bercampur baur berbagai negara berdesak-desakan mendapatkan shaf terdepan, alasannya lebih karena agar bisa sholat dengan khusuk disitu. Jika tidak, kita bisa diinjak-injak orang lewat. apalagi postur tubuh kami setengah postur orang-orang Arab.

Alhamdulillah aku bertiga dengan sahabatku behasil sholat dan menumpahkan tangis haru berhasil melaksanakan sholat ditempat mulia itu.
Atas nikmat Allah, kami bertiga terlindungi dari desakan ratusan orang yang berjejal di situ,
Alhamdulillah...kami berpelukan bertiga sesudahnya.

Baru teringat olehku, aku terpisah dengan Ibu mertuaku!

Astaghfirullah..... aku hanya bisa melihat sekeliling, baru juga teringat,
Beliau masih di kamar hotel, usai makan malam, aku langsung menuju tempat berkumpul rombongan wanita untuk bersama-sama ziarah, sedangkan Ibu langsung masuk kekamar diantar suamiku.
Begitu terkumpul rombongan langsung menuju masjid, saat itu Ibu masih di kamar! Aku ternyata meninggalkannya. Haduuuuh....

Temanku sempat menyalahkanku, "Kok ditinggal siiih...!"

Aku terlambat menyadarinya, apa boleh buat, aku hanya bisa mengadukan gundahku pada_Nya.
Tak disangka ternyata Ibu mertuaku sudah berada dibelakangku dengan wajah gusarnya, duuuh...maafkan menantumu....

Ternyata setelah dibujuk suamiku, beliau mau mengikuti agenda ziarah, beliau diantarkannya sampai ke tempat kami berkumpul, sayangnya rombongan keburu berangkat. untungnya masih ada panitya yang menunggu, akhirnya Beliau bisa menyusul rombongan pertama.
Setelah memberi penjelasan sedikit, beliau mengerti.
Setelah itu tak pernah lagi kulepaskan tanganku menggandengnya.

Teman-temanku yang memahami, banyak memberiku masukan setelah itu, mereka memberiku kekuatan untuk lebih bersabar dan lebih memakluminya.
Alhamdulillah, tanpa mereka aku mungkin terlilit banyak keluhan...

"Sabar...sabar...mungkin dengan ini aku akan diberi hadiah momongan lagi..." hibur mereka.

Melihat suamiku yang dengan telaten mendorong ayahnya di atas kursi roda, naik turun hotel  menuju masjid, juga sepanjang tour, membuatku tak sedikitpun memintanya memberi perhatian untukku.
Hanya sesekali dia menyempatkan mengambilkanku minuman atau sekedar koktail seusai makan, dia ingin melunasi perhatiannya terhadapku setelah seharian waktunya tercurah untuk kedua orang tuanya.
Konsekwensi yang sudah dari awal kami bicarakan.

Allah Maha Penyayang, kesabaranku dilebihkan sepanjang kami melakukan ibadah.
Allah juga Maha Bijak, Dia memberikan pengawalannya untuk anakku, memberikan kecerdasan sehingga anakku menjadi buah bibir nenek dan kakeknya, dia menunjukkan sebagai cucu yang bisa diandalkan.

Benar yang di ucapkan banyak orang Arab yang menyalaminya, Subhanallah...bukan hanya dilihat dari parasnya, aku menangkapnya sebagai 'sesuatu' kelebihan lain yang  ingin Allah tunjukkan pada kami.

Saat berkunjung ke Raudhah, rombongan laki-laki berada di pintu yang lain.
Menurut cerita suamiku, mereka leluasa memotret makam Nabi, dari luar tentunya.
Mereka juga leluasa mengintip ke dalam makam.

Ada pertanyaan dari anakku, katanya dia melihat ada liang lahat yang kosong disebelah makam Nabi Muhammad.
"Lubang apa itu Yah?? kata anakku.

Seperti diketahui , di makam itu ada 3 jenazah, Nabi Muhammad, Abu Bakar dan Umar.
Setelah mendapat pertanyaan itu, suamiku mencoba melihatnya melalui celah yang terbuka. tak ditemuinya lubang seperti yang dilihat oleh anakku.

Beruntung, esok harinya ada pengajian di lorong hotel oleh ust pembimbing, saat itu dijelaskan bahwa memang konon ada sebuah lubang lagi yang kelak diperuntukkan untuk mengubur jenazah nabi Isa setelah mengalahkan Dajjal.
Pak Ust sendiri masih belum bisa melihatnya.
Subhanallah....wallahu a'lam...

Ada lagi kejadian subuh yang membuatku sedikit ketakutan, saat itu kami bertiga, aku, anakku dan suamiku melaksanakan tahajud, kami bangun sejam sebelum adzan subuh.
Aku terpisah sendiri bersama temanku, sedangkan ayah dan anak itu menuju shaf laki-laki.
Mereka beruntung mendapat tempat dibelakang Raudhah.

Menjelang subuh suamiku bermaksud menjemput Bapak, ditinggalkannya anaknya sendirian yang sedang terheran-heran memandangi isi masjid, katanya dia berani sendirian kok....
Begitu adzan dikumandangkan, berbndong-bondong ribuan orang mendatangi masjid, mereka berdesakan menempati shaf depan.
Tentu saja suamiku tak menemukan anakya ditempat semula, sudah tertutup oleh ribuan orang.

Aku mendapati cerita mereka setelah makan pagi, yang kutahu ayah dan anak memasuki kamar berbeda waktuya.
Kupikir mungkin suamiku mengantar ayahnya terlebih dahulu kekamarnya, ternyata mereka berpisah tempat.
Astaghfirullah.....

Anakku mendapat shaf didepan, sedangkan suamiku jauh dibelakang, di subuh itu.
Dia menceritakan menjelaskan detail letak Imam shalat, Imam ke 2 (yang bertugas sebagai penyambung suara) dan caranya sampai dia mendapatkan shaf itu.

Setelah sarapan pagi, kami bersiap tour keliling kota Madinah.
Tujuan pertama adalah Masjid Quba, masjid yang pertama didirikan nabi Muhammad, pertama kalinya juga mereka melaksanakan shlat berjama'ah di masjid itu.
Siapa yang sholat di masjid quba, pahalanya seperti pahala orang yang berumroh.

Kesempatan itu kami pergunakan untuk melakukan dhuha di masjid itu.

 
Dimasjid ini terdapat beberapa kran air zam zam , boleh dipakai minum sekaligus juga air wudhu, maklum toiletnya antri.
Disitu terdapat banyak sekali toko-toko kurma dan beragam souvenir, namun kami sudah diingatkan untuk menahan diri, nanti ada tempat dan waktunya khusus untuk belanja!
Beberapa orang tak ayal sempat juga membeli beberapa makanan, mereka membagikan pada sesama penghuni bis.

Setelah masjid Quba didepannya terdapat pancuran dan kolam tempat cincin Nabi Muhammad hilang, sampai sekarang belum ada yang menemukan.



Sebenarnya kami berniat berkunjung ke Masjid Qiblatain, namun karena memburu waktu dhuhur agenda itu terlewati. Kami langsung menuju Jabal Uhud.
Salah satu gunung yang kelak ada surga, gunung uhud tampak seperti sederetan pegunungan mati yang menyambung. Ditempat itu gugur 70 shuhada' uhud, mereka mendapat jaminan surga menemani Nabi.
Ada makam ke 70 sahabat Nabi itu, dipagari oleh teralis besi.


Kami hanya menyempatkan mengambil beberapa foto saja.

Ada yang agak ganjil saat kami di jabal uhud.

Serombongan ibu-ibu (sepertinya bukan warga Arab Saudi, tapi negara Arab yg lain) menunjuk-nunjuk anakku yang sedang berlari mengambil payung di dalam bis, padahal jaraknya lumayan jauh beberapa meter darinya.
Tiba-tiba salah seorang diantaranya menghampiri anakku dan mengucapkan kata-kata yang tidak kufahami, ada sebuah kata yang kukenal, menanyakan namanya, ku jawab "Ihsan..."

"Subhanallah...(dan seterusnya.....aku tak mengerti).

Kemudian diajaknya anakku diperkenalkan dengan seluruh rombongan ibu-ibu tadi.

"Kenapa aku terkenal Ma..??" katanya polos..

"Karena mereka tahu, Ihsan anak yang sholeh...!" jawabku yakin.

Dari Jabal Uhud kami melaju ke Pasar Kurma, tempat yang paling ditunggu untuk segera didatangi, tak sabar rasanya melahap buah padang pasir itu.
Katanya kami bisa langsung memanen dan memakan buah sekenyang-kenyangnya.
Siiiip...........^-^













Tidak ada komentar: