Kamis, 28 Oktober 2010


 

BERPETUALANG  YUK…!!


Pindah lagi ?? Ow  tidaaaak !!
Kali ini suamiku pindah tugas ke kota Bandar Lampung, ini kali kedua aku menginjakkan kaki di bumi Ruwa Jurai. Dulu hanya numpang lewat, saat kami ditugaskan di kota Palembang, kurang lebih 9 jam lagi perjalanan darat dari Bandar Lampung.


Memasuki pulau Sumatera, yang terbayang pasti hutannya, beda banget dengan suasana pulau Jawa, yang sesak dengan penghuninya. Melintasi antar kota di Sumatera membutuhkan waktu berjam -  jam lamanya, jalannya sekarang sudah lumayan bagus, kecuali memasuki sepanjang pantai masih banyak jalan berlobang. Itu makanya selama di sana hanya sedikit tempat wisata yang bisa kami jelajahi.  Keterbatasan waktu dan kondisi alam itu jadi kuncinya mengapa keindahan kota itu terlewatkan oleh ku dengan sia sia. 

Kebanyakan tempat wisata di kota Lampung dan sekitarnya masih alami, mereka terletak di sepanjang pantai, jurang yang terjal, berbatasan langsung dengan laut, teluk yang indah, pulau pulau yang menyimpan aneka satwa air dan hutannya, dan juga air terjun di balik deretan pegunungan.
Temanku memberiku peta dan setumpuk brosur pariwisata, ehm… seru juga ya  hari Minggu dipakai untuk jalan- jalan. Kami menimbang satu persatu..
Sebenarnya selama di dalam kota Bandar Lampung sendiri, sudah banyak yang aku kunjungi, Bumi Sekar Kedaton, Lembah Hijau, Tabek, Musium, Batu Putu, Pantai Pasir Putih, Pantai Mutun dan lainnya.Semuanya berada didalam kota, tempat rekreasi penduduk Lampung setiap hari libur.

Sebagian besar waktu kami tersita untuk memancing, sepanjang pantai banyak tempat pemancingan laut, kalau mau lebih menantang biasanya kami menyewa perahu nelayan, memancing ditengah laut.

Ada banyak tempat pemancingan menuju pulau - pulau kecil yang bertebaran ditengah laut, Pulau Labuhan,
Pulau Pahawang, Pulau Legundi , anak Krakatau dan juga tengah laut menggunakan perahu di daerah Mutun , Sebalang dan Gading. Banyak tersedia perahu motor yang disewakan, dengan tarif antara Rp. 300.000 sampai 600.000 an semalam.
Dari semua tempat wisata,yang paling terkenal adalah Way Kambas, tempat penangkaran Gajah liar Sumatera, banyak Gajah penghuni kebun binatang di Jawa adalah lulusan Way Kambas. Aku memperkenalkan ke anakku dengan tempat sekolahnya gajah.  
Taman Nasional Bukit Barisan juga ada. Danau terbesar setelah danau Toba,terletak di propinsi ini, namanya  Danau Ranau, terletak di  perbatasan Lampung barat dan Kabupaten Komering Ulu Sumatra Selatan, tapi kami belum pernah berkunjung kesana, lumayan jauh soalnya.

 Lampung Barat terkenal dengan Pantainya yang menawan, ada  Pantai Tanjung Setia, kecamatan Pesisir Selatan, 52 km dari Liwa, ibukota Lampung barat. Tempat ini setahuku sering dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara bermain surfing, area memancing mengasikkan, berenang, berkemah dan Outbond.
Ada juga Pantai labuhan Jukung, di Pesisir tengah Lampung Barat, Pantai Way Jambu, Pantai Sindi, Pantai Suka Negara, Krui  dan Pantai Way Haru.  Sederet pantai yang lainnya masih bertebaran, semuanya juga menyajikan pemandangan indah.



Aku tinggal di dekat Novotel Lampung,  kebetulan suamiku bekerja di Hotel itu,kurang lebih baru empat bulan yang lalu resmi beroperasi. Masih banyak juga kok hotel berbintang yang lainnya; Hotel Sheraton, Hotel Sahid dan lain lain.
Aku memilah tempat wisata yang bisa terjangkau sehari waktuku, Kota Agung tujuanku. Selain terdekat, disana ada tempat wisata alam, Way Lalaan Water Fall.


Berbekal peta kota Lampung, camilan dan air minum, kami berangkat jam 09.00 pagi, lewat Pring Sewu, jalanan lumayan bagus dan sepi, serasa di tol, kata anakku..
Perkiraan waktu tempuh sejam setengah atau dua jam, tak melesat jauh kok, jalanan sepi dan mulus serta diiringi candaan seru sepanjang jalan.
Tak terasa sampai juga di pinggiran kota Kota Agung, naik pegunungan pasti, karena memang letaknya dibalik pegunungan ( entah apa namanya..). Letaknya persis diseberang jalan kompleks perkantoran pemerintah daerah kota Agung, papan namanya tak terlihat jelas, hanya arah panah kecil tertulis Way Lalaan.  Ada gerbangnya lumayan besar namun tak terawat.
Sewaktu kami datang jam 12.00 an , hanya ada 2 sepeda motor dan satu mobil terparkir, sebuah musholla, dua warung kecil menjual minuman dan lontong pecel, anak anak kampung yg sedang bermain, dan seorang penjaga parkir. Cukup membayar karcis Rp 15 000 komplit dengan bea masuknya, lumayan....
Melihat suasana yang sunyi senyap, agak ragu juga sih, jangan - jangan air terjunnya berasal dari buangan air sepanjang jalanan tadi...
Ada nasehat dari penunggu, “Kalau tak ingin berurusan dengan gadis – gadis  Kota Agung, jangan mandi air terjunnya...^_^”.

Jalan masuknya lewat tangga menurun, berlumut, dikelililng jurang tak begitu dalam, dipagari kayu tua, mirip jalan masuk salah satu Goa Gajah , Gianyar Bali, bedanya pohon - pohon tua nya alami tak bersarung kotak – kotak  dan aromanyapun asli berbau tanah basah dan humus hutan.

Benar - benar sepi….

Air terjunnya bagus, seperti Coban Rondo Malang, airnya dingin...brrrrr, aku hanya berani main air sebatas kaki saja, bukannya jauh – jauh  dari nasehat penunggu yaaa...memang enggak bawa baju ganti.
Agak lama kemudian satu persatu pengunjung mulai ramai berdatangan, tapi tetap tak banyak yang berani mandi, mereka berjalan - jalan di bebatuan besar sepanjang sungainya..
Sebenarnya masih ada satu lagi air terjunnya, letaknya hanya sekitar 10 meter agak kebawah, lebih bagus malah, hanya karena aksesnya sudah tertutup ilalang, makanya tak banyak yang tahu.


Setelah ayah dan anak puas mandi, Ishoma, makan Lontong pecel Rp 5000 , kami melanjutkan perjalanan.
Berbekal info tukang jual rambutan, ada jalan menuju Bandar Lampung melewati pinggiran laut, jalannya beraspal, lebih cepat lebih hemat, begitu katanya. Asyik... tertawa girang kami kontan setuju mengambil jalan itu.
Benar juga...selepas Pantai Terbaya, aneka bentuk gugusan karang2 berserakan indah, satu dua kokoh berpenghuni pohon yang renta sendiri, akarnya mencengkeram kuat seolah ingin berkuasa atas pulau mungilnya, jarang yang lebat daunnya, memang benar2 pohon tua ...




Batu - batunya banyak bertebaran sepanjang pantai, aneka ragam bentuknya, besar kecil, bulat lonjong seukuran bola, dari bola kasti sampai bola sepak, lebih besar lagi adalah batuan gunung yang mengkilat terterpa air dan panas saban harinya...kurang lebihnya seindah pantai Pulau Belitung di film Laskar Pelangi .
Terkesima indahnya laut dan pantainya, tak sadar kami sudah jauh masuk ke pelosok hutan, tak ada sinyal Hp, ditambah memang batre Hp kami bertiga sudah tinggal menunggu wafatnya.

Pengambilan gambar hanya kami lakukan dari dalam mobil ( ngeri tau...ditengah hutan, jarang orang yang lewat sepanjang kami memutuskan melewati arah ini, kalaupun ada, pasti mereka menyarankan untuk kembali lewat jalan Tol Kota ).


Memori  foto sudah benar – benar  tak mau kompromi, sudah full, Hp yg lainnya sudah tak ada powernya. Apa boleh buat, kami hanya berdecak kagum sepanjang jalanan. Daya tarik pantai mengikat kami meneruskan arah, Banyak juga kok kampong - kampung kecil kami lewati, rumah - rumah dari bambu dan ilalang yang sepi ditinggal penghuninya melaut dan memancing, kerbau yang makan rumput tanpa penunggu, dan sesekali kampung lumayan agak ramai juga ada. Sempat juga sih kami berpapasan dengan sejumlah turis asing, membawa papan surfing dan tenda, pasti mereka menuju Liwa.  Berarti ada benarnya kami menggunakan alternative jalan ini.



Sudah mendekati jam 5 sore, tak juga kutemui keramaian yang berarti, yang ada setelah kampung adalah jalan rusak berbatu , setelah itu masuk hutan, naik gunung, turun gunung, kampung lagi, naik turun gunung dan keluar masuk hutan lagi....hadooh...gelap sudah didepan mata, solar tinggal 50 km lagi. 

Anakku sudah mulai merapat duduknya, kulihat mukanya sedikit cemas, antara takut, penasaran, ngantuk dan tentu saja lapaar...Ayah sesekali bercanda,namun tawa kami tak lagi segar, sama2 tertawa kecut...kapan nyampainya...
Dipertigaan Padukuhan Limau kalo gak salah, ada bapak - bapak menyarankan kami kembali, waduuh, melewati jalan tadi dalam gelap , tidak lah yau....kami ingin terus, disarankan jalan lurus, mengikuti arah kedung tataan, nanti akan ketemu jalan simpang menuju Pring Sewu dan Pesawaran.
haaah?? Pring sewu?? sudah sejauh itu masih aja mau arah pring sewu?? jadi critanya bukan lagi arah melintas tapi justru memutar yang kami ambil......memang sih, dari peta sudah terlihat arahnya memutar, tp tak terbayang kalau sejauh ini...sedikit menyesal juga rasanya..
Sudahlah, yang penting nyampai aja, kami terus mengikuti jalan beraspal (tepatnya bekas jalan di aspal,,) rutenya tetap, naik turun gunung, keluar masuk hutan dan kampung, bedanya, sekarang Hp sudah mati semua, dan gelaaaaap...hiiiii.


Di peta tertulis deretan pegunungan yang mengelilingi kami ,Pegunungan Kukusan,Peg. Sekala berak, dan  Peg. Pesawaran...yang terakhir sudah lumayan ramai penduduk.
Dua jam lebih akhirnya jalanan mulai agak ramai dan terang, sudah ada Indomart, Alfamart , berarti sudah berbau kota....kami istirahat sejenak sambil mengisi solar di kios bensin dipinggir jalan, penjual solar tertawa terpingkal2 mendengar ceita kami mengambil arah jalan tadi, kok mau - maunya...padahal disitu ada daerah berjulukan Kurungan Mayit, siapa yg tersesat kesitu jarang yang bisa kembali, ada juga daerah angker, tertulis 'dilarang ambil Wudhu " sempat terpikir pasti akses ke bawah jurangnya ada tempat bagus, minimal ada tempat untuk sholatnya, tapi  melihat rimbunnya area air terjun kecilnya, nyali kami ciut, mirip jalan masuk goa...ternyata itu adalah tempat angker...
Yeee...telat pak, sudah berbau kota kok..
Katanya masih sejam lebih kami akan sampai Pesawaran, berarti sejam lagi baru nyampai Bandar Lampung. total 2 jam lageee....
Tepat molor sejam dari perkiraan awal, akhirnya kami sampai di jalan utama, lho ?? kok sampai di pos polisi optik modern ?? he he...pos polisi yg tadi kami ketawain karena papan namanya nyambung dengan Optik Modern, daerah Pesawaran....
Tertawa kami lepas lagi, lega rasanya bisa menemukan jalan pulang. Mampir ngebakso dan Soto  dulu yuks... Aku  neg mau muntah sebenarnya.....antara laper, cemas dan mabuk darat .Mau molor berapa jam lagi gak apa - apa kalau sekarang...sudah aman..

Kapan – kapan harus di jelajahi dari arah lampung, bener nggak ya bisa tembus Kota Agung.. Bener kok, hanya waktunya sehari penuh  baru bisa...
enggak percaya?? silahkan coba....seru banget kok...
Potensi wisata daerah Lampung memang aduhai, hanya kurang perhatian dari pemerintah daerah dalam pengembangannya. Namun saat ini Lampung sedang giat membangun terutama tempat pariwisata berikut penunjangnya.
Kalau mau berpetualang ,  jangan lupa membawa bekal, peta dan sepanjang jalan harap mengunci pintu rapat – rapat.
Oh iya, banyak oleh – oleh dari Lampung lho, ada Keripik Pisang, Dodol Duren dan Kopi Lampung. Kopi Lampung terkenal sangat istimewa, karena cara pengolahannya yang masih alami. Ada juga Kopi Luwak khas Lampung.