Sabtu, 28 Mei 2011

BUKU KE-2


Akhirnya lahirlah antologi kumcer ke 2 , Happy Yummy.. Lumayan cepat proses terbitnya dibanding naskah ŷanğ kutunggu lainnya.
Ini adalah proyek keroyokan dengan beberapa teman dan tetep digawangi mbak cantik Riawany Elita.
Bahagia campur haru rasanya, apalagi sudah ada pemesannya, plus tanda tangan pula...
Hwaa... seru ternyata..!! ^.^

Sudah terpublish.
Rasanya bahagia bercampur deg-degan. ªku takut membayangkan tanggapan teman2ku apalagi guru2ku...
Bagaimana mereka menilaiku??

ªku ingin meyakinkan mereka, ªku akan berusaha lebih baik lagi.. ªku tak akan mengecewakan mereka, orang2 ŷanğ berjasa dalam hidupku..
Bapak/Ibu, saudara2ku, Suami, Anak, Guru2 dan teman2ku...

ªku sedang terbangun dari mimpi panjangku, keluar dari istana mungilku, sekedar merasakan nikmatnya angin ŷanğ menyapaku..

Trimakasih Ayah... Karena kesabaranmu, ªku mendapatkan kesempatan ŷanğ panjang menunda setrikaan, cucian,mengepel dan menjadi pelanggan delivery order..
Duuh... Kalau saja Ayah sedikit galak, Mama nggak akan sempat menghasilkan sebuah karya..

Trimakasih buat anakku, kau adalah sumber inspirasi Mama..keunikanmu, menjadi sebuah tulisan-tulisan indah, membuat semangat Mama bertambah, ingin menjadi ibu terbaik buatmu.
Pernah terlontar, dirimu ingin mempunyai Mama ŷanğ bukan hanya seorang ibu rumah tangga.. Kepolosanmu membangunkan Mama..
Trimakasih buat semua supporterku.. Kalian membuatku tersadar, bahwa namaku masih jelas dalam ingatan kalian.. ªku akan berusaha memperjelasnya.."Hay.. Ini ªku.."
Sebuah tuntutan kecil ŷanğ harus ªku penuhi..
Segarnya angin di luar istana mungilku, membawaku ke ingatan masa lalu...
Ayah.. Ijinkan Mama menuliskannya..
Kelak bisa menjadi sebuah cerita indah untuk anak kita..

Trimakasih... ªku akan menggenggam bahagia saat ini..dihati..




Happy Yummy
Penulis: Riawani Elyta, dkk, Kategori: Kumpulan Cerpen

ISBN: 978-602-9079-75-3
Terbit: Mei 2011
Tebal: 153 halaman
Harga: Rp. 35.400,00

Deskripsi:
“Martabak Kinoy”, plang nama berwarna warni mencolok itu tergantung dibawah lampu neon. Nama yang barusan hendak ia tinggalkan, namun mendadak menyergapnya dalam gegap yang gemuruh, hingga tak kuasa lamunannya mengangkasa selama beberapa detik sampai akhirnya keributan sesaat itu terjadi. Bodoh. Bathinnya merutuk. Hanya dalam hitungan detik, namun keliaran itu nyaris saja memadamkan eksistensi jiwa-raganya yang memang telah separuh mati.

********

Martabak Kinoy, bersama empat belas cerpen lainnya yang termuat didalam antology ini membuktikan pada kita semua, bahwa eksistensi makanan telah mengalami lompatan besar dari semula yang hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar, kini telah menjelma menjadi sumber inspirasi yang tak akan pernah kering untuk digali. Kita akan menemukan kehadiran berbagai ragam kuliner khas tanah air dalam bentuk fiksi yang dibalut dalam nuansa optimisme, cinta, bahkan konflik kehidupan didalam setiap lembarnya.

Jumat, 20 Mei 2011

Cita - Cita

"Aku besok mau jadi KoKi aja dah Ma.." Duuh masih tetep sama cita2nya.
Ada rasa was2 ketakutan kalau memang itu yang diinginkannya, apa kata orang nanti, anakku yang mamanya selalu juara, ayahnya seorang QS proyek proyek besar dan hampir menjadi PM, dua duanya sarjana Teknik, mempunyai anak satu2nya yang hanya bercita2 menjadi seorang KoKi..
Dalam hati aku hanya berharap itu hanya bentuk ungkapannya mengatasi sekian banyaknya cita2 yang menumpuk di list otaknya..setahuku, Pemadam Kebakaran, Arsitek, Profesor, Arkeolog Dinosaurus dan tulang, Astronout, punya rumah buku, drumer dan Penemu bermacam2 mobil modern, mesin modern dan baru semalam kudengar adalah chip kunci hotel untuk kamarnya sendiri, dia sudah membikinnya dari kertas, paswordnya masih kuingat 4580, cardnya dari parking card Novotel Lampung.
Pagi ini sambil sarapan nasi dan telor dadarnya dia merubah mimpinya semalam kembali ke cita2nya pertama kali seorang "KoKi".
Masih sambil makan diambilnya pilok biru, dia gambar denah warung makannya kelak, aku hanya menambahkan sedikit masukan, warungnya harus berada diatas kolam pancing.
Teringat rumah bukunya, drum barunya, dia menambahkan entertaint live music di rumah makan impiannya, berikut sudut mungil perpustakaannya.
"Ada sepuluh pegawainya, kasir, tukang catat menu, tukang saji, 2 koki dan yang membantu. Mama , Ayah dan Caca gantian juga menjadi kokinya, kan Mama dan Ayah juga hoby masak ? ", matanya berbinar sambil mengenakan sepatu sekolahnya.
"Aku bosnya, Ayah bagian membayari pegawainya, Mama kasirnya..".
"Ayo cepetan, ntar lagi dijemput lho sayang.. ", nanti disusun sekalian menu yang mau dijual ya, pulang sekolah aja..", jawabku ikut merapikan rambutnya.
"Pistolnya yang berantakan kapan mau diberesin say ?, keburu ilang lagi mur dan bautnya lho ..", celetukku mengingatkan.
"Iya ya, belum mbongkar staplesnya juga, kok bisa isinya keluar sendiri begitu ? ".
"Tuh dijemput.. Do'a dan hati2 ya..".
"Iya Mama, Assalammu'alaikum.."
"Waalaikum salam..".
Nafasku panjang sembari bersyukur.. Apapun yang menjadi cita citamu kelak Mama hanya bisa mendo'akanmu yang terbaik...

Rabu, 18 Mei 2011

MENINGGALKAN KERINDUAN

WISATA HATI --------> part 14

Jam 09.00 seluruh rombongan di bis 1 sudah harus berkumpul di lobby, hiikks..ªku terakhir bertemu dengan sahabatku semalam, karena pagi tadi, tak kutemui lagi dia di restoran, hanya anak dan suaminya ŷanğ ada.

Kami berbeda jam terbang, pesawatku jam 18.45, sedangkan rombongan bis ke-2 pulang dini hari jam 02.00 WSA. Ada beberapa orang rombongan bis 2 ŷanğ ikut pulang bersama rombongan kami.

Seperti biasa, parkir bis didepan hotel tak boleh terlalu lama, kami diburu waktu menaiki bis dan membereskan barang bawaan, tak banyak ŷanğ kami bawa, hanya jaket dan koper tak penuh, mengantisipasi oleh-oleh ŷanğ membengkak, karena kami masih akan tour keliling kota Jeddah. Kabarnya banyak mall-mall ŷanğ terkenal murah meriah..^.^..

Jarak Makkah ke Jeddah hanya sekitar 100 km, kurang lebih 1 jam perjalanan. Bis masih akan menuju Kudai, tempat pengambilan air zam-zam. Peraturan pemerintah sekarang, jama'ah harus ikut ditunjukkan, agar penghitungan jumlah air ŷanğ dibawa sesuai, menghindari praktek jual beli air langka ini.

Kudai, antri dengan bis ŷanğ bertujuan sama dengan kami. Untuk pengambilan jumlah sedikit, sudah disediakan tempatnya sendiri, semuanya gratis.



Setelah dicek oleh salah seorang petugas, air zam-zam ŷanğ sudah dikemas pun di masukkan ke dalam bagasi bis. Muthowif menempelkan stiker agar tak tertukar dengan travel lain. Masing-masing jamaah mendapat 10 liter air zam-zam.

Perjalanan menuju Jeddah pun dilanjutkan. Jeddah terbagi menjadi dua, Jeddah lama dan baru. Jeddah baru sebenarnya adalah perluasan jeddah lama, mereka menimbun laut dan merubahnya menjadi tempat hunian ŷanğ indah, hampir menyamai kota Dubai, katanya....^.^.. lha ªku sendiri aja belum pernah ke Dubai...

Memasuki jeddah awalnya tak jauh berbeda dengan suasana kota Madinah, namun mendekati pantai, terlihat nyata perbedaannya. Kota baru itu sedang menggeliat menuju kemegahan.



Istana raja Fath terletak di dalam laut, ada air mancur tertinggi didunia , namanya air mancur Namira, namun kami tak mendapati keduannya. Kami hanya melewati empat buah periuk raksasa, hadiah dari salah satu negara tetangga. Periuk itu tergantung di sebuah taman.
Di salah satu sisi jalan juga terdapat monumen mesin penyulingan air raksasa, jeddah memang mempunyai tempat penyulingan terbesar di dunia, dari sinilah suplly kebutuhan air di kota Makkah, Madinah dan sekitarnya.



Ada juga masjid Qishash, terlihat dikejauhan. Tempat berlangsungnya hukum bunuh di Arab Saudi.

Setelah masjid menyeramkan itu, kami tiba di sebuah masjid tepat dipinggir pantai laut merah. Masjid itu agak menjorok ke laut, jika air pasang, bangunan itu terlihat seolah-olah sedang terapung di laut merah. Itulah sebabnya banyak ŷanğ menyebutnya masjid terapung.
Sebenarnya nama masjid itu sendiri adalah masjid Rahmah.


Pemandangan pinggir pantai selalu saja indah, semilir angin sore itu membuat kami mengantuk, serasa ingin duduk berlama-lama di masjid.
Kami pasang aksi foto dari segala sisi, lumayan lhoh...bagus-bagus hasilnya.





Sekitar satu jam disitu, kami bergegas menuju bandara, proses masuk bandara ŷanğ ribet dan ketat juga menjengkelkan sudah menanti. Kurang lebih seperti saat kedatangan kami 8 hari ŷanğ lalu.
Beruntung, terdapat seorang petugas tazkia ŷanğ kemarin baru mengantar kafilah gelombang berikutnya ŷanğ mengantar bagasi kami, dia bisa masuk karena masih memegang visa umroh.
Ada seorang muthowif lagi ŷanğ berusaha masuk menyamar sebagai jama'ah, mengantisipasi keruwetan proses pemeriksaan.
Hmmm.. ribet juga ternyata, kalau ªku mahir dialek Arab pasti nggak begitu susah-susah amat!
Minimal ªku tahu permasalahannya dimana.

Kami antri lumayan lama, barang bagasi aman langsung diurus dua orang dalam tazkia. Hampir sejam kami terbengkalai di sana, namun waktu seakan cepat berlalu dikarenakan kami sudah mengenal akrab satu sama lain, suasana menjadi sedikit haru.
Seminggu lebih kami bertetangga, berangkat ke masjid sama-sama, mengalami beberapa peristiwa menyedihkan, mengejutkan, dan menggembirakan. Mereka adalah keluarga baruku ŷanğ menyenangkan.

Baru kusadari, ternyata serombonganku rata-rata berusia lanjut, ada beberapa ŷanğ sebaya, namun mereka berangkat bersama keluarga besarnya. Makanya kami jarang bercanda bersama.
Rata-rata teman ŷanğ akrab denganku berada di bis 2. Mereka kebanyakan pasangan seumuran denganku ŷanğ berangkat dengan keluarga kecilnya.
Bersama mbah-mbah baru anakku, rame juga lho... anakku jadi banyak ŷanğ memanggilnya 'cucuku'...

Pesawat ŷanğ kami tumpangi adalah GA 981, kali ini giliran ibu ŷanğ terpisah jauh tempat duduknya, suamiku menggantikan posisi Beliau.
Perjalanan menjadi lebih singkat dari saat berangkat, karena kami rata-rata sudah kelelahan, kami tertidur pulas sampai Jakarta..(Eh...tepatnya ªku kali ya..ŷanğ pulas..^.^)

Landing sekitar jam 9 pagi, kami dijemput kakak iparku seorang diri, kalau ŷanğ lainnya ikut, bakalan nggak muat lagi, bawaan kami 3 troly!

Alhamdulillah...akhirnya cita-cita kami ke luar negri, kesampaian..menjadi tamu Allah, merasakan nikmatnya perjamuan di tanah haram dan kebersamaan selama semingguan bersama keluarga dalam suka dan duka, memberikan hikmah tersendiri buat kami.
.
Semoga Allah mengabulkan setiap do'a ŷanğ keluar dari hati, memberikan rahmad_Nya dan senantiasa melindungi kami...
Semoga kami menjadi lebih baik dari sebelumnya...
Semoga ibadah kami makbul dan kami diijinkan menginjak tanah haram kembali...Insya Allah dalam perjamuan haji....
Aamiin. .

Rabu, 11 Mei 2011

THOWAF WADA'

WISATA HATI --------> part 13

Sebenarnya kami berdua ingin sendirian mengucapkan perpisahan pagi itu, selesai subuh. Namun karena diburu waktu mengemas bagasi, akhirnya kami ikut rombongan bis 1 ŷanğ dijadwalkan usai sarapan.
Semuanya ikut, rombongan kecil kami serempak memakai baju putih-putih.

Sepanjang thowaf air mataku tak berhenti mengalir, ªku sering menyembunyikannya dari anakku ŷanğ sesekali melihat ke arahku. "Mama menangis?" katanya curiga, "Besok-besok kan kita bisa ke sini lagi, Ma.." ªku dengan segera meng-amininya.

Thowaf wada' sama seperti halnya melakukan thowaf sunnah, dilakukan sebagai ibadah ŷanğ terakhir kali dilakukan di masjidil harom, maka dinamakan thowaf perpisahan.

Usai thowaf kami berdo'a di hadapan pintu Ka'bah, sepuasnya. Tak kuhiraukan rombongan ŷanğ sudah bergerak kembali ke hotel. ªku benar-benar masih ingin berlama-lama di situ.
Kuulangi lagi do'a-do'ªku sepanjang thowafku, saat usai dhuha, asar ataupun sesudah malam datang.. Kakiku masih mampu mengitari bangunan suci itu dua tiga kali lagi, namun hari ini ªku harus menyudahinya..
ªku tak rela...maka ªku meminta Allah mengundangku kembali..

Kupandangi Ka'bah ŷanğ tampak wibawa dengan jubah sutra hitamnya, berhiaskan sulaman benang emas. Pintunya kokoh menyambut ribuan do'a ŷanğ terfokus pada_Nya, dalam medan maghnet al multazam, diantara pintu dan batu surga.
ªku beruntung telah menggapainya.
Kuingat perjuangan kami saat itu..

Alloh... ªku bersyukur sudah menerima kado terindahmu..
Alloh... hanya karena seijin_Mu, kami sudah menikmati perjamuan istimewa dari_Mu...

Pusaran orang-orang itu hendak menyeretku kembali, ªku mengikutinya sambil menghampiri maqom Ibrahim, mengintip jejak tapak kaki itu untuk terakhir kalinya.
Kerumunan manusia berdesakan memenuhi hijr Ismail, ªku hanya bisa memandanginya dari jauh.

Kulihat semua rombongan kecilku memuaskan diri meminum air zam-zam, anak dan suamiku malah mengguyurkannya ke rambut mereka.
Kami juga mengambil foto sepuasnya. Namun sayang tak satupun foto ŷanğ memuat gambar kami bertiga, ªku, suami dan anakku. Duuh .. Memang harus diulangi lagi ini.. ^.^

Sambil menuju hotel, kupuaskan memandangi Ka'bah, platarannya, tangga masjid, suasana dalam masjid ŷanğ penuh orang-orang membaca Al Qur'an, bercakap-cakap ataupun sekedar mengagumi Ka'bah dari tempat duduknya.

Di luar masjid, beberapa foto juga masih kami ambil, anakku masih berlari-larian lepas di plataran ŷanğ luas itu. Semua berlapis marmer, megah...
Subhanallah...

Allah...dengarlah ªku, ªku ingin kembali lagi...

MENGHABISKAN MALAM DI MASJIDIL HARAM

WISATA HATI -------> part 12

Jam 10.30 suasana masjidil haram masih saja penuh, kami turun sebentar membelikan roti dan makan malam untuk anakku ŷanğ tertidur pulas sepulang tour. Dia hanya bangun sebentar isya dan tertidur pulas kembali.
Makanan ŷanğ sepenuhnya menu hotel Saudi, lama kelamaan membuat restoran jatah kami semakin sepi. Ada alasan lain, bagian bawah hotel adalah mall. Mungkin maghnet mall dan isinya lebih menarik dibanding menu makan restoran hotel ŷanğ kian tak menarik.

Sekitar masjidil haram dikelilingi hotel dan mall, sepulang berjama'ah dari masjid kami sering memutari deretan toko-toko itu, beragam parfum dan tempat-tempat uniknya, toko pakaian mulai dari underwear sampai jubah dan baju koko, mainan juga souvenir.
Harganya juga bisa ditawar kok, banyak penjualnya ŷanğ pandai bahasa Inggris dan Indonesia.

ªku sempat mampir di toko pakaian muslim, isinya bermacam jubah ala Arab. ªku membeli untuk anak dan suamiku, juga orang tua dan keponakan laki-lakiku. Lucu kali ya..jika lebaran besok mereka seragam memakainya..^.^

ªku juga tertarik dengan aneka parfum dan tempatnya, baunya tak membuatku mual, biasanya ªku paling ogah diajak masuk ke toko parfum di Indonesia, baik itu ŷanğ bermerk apalagi ŷanğ pasaran. Heran, begitu  masuk toko parfum di situ rasanya ªku ingin berlama-lama, aromanya wangi ... Ya iyalah..^.^
Ada hajar aswad, coco sina, malaikat subuh, sulthon, silver dan masih banyak lagi. Penjualnya kelewat cepat menyebutkan satu-persatu. Saat kami menanyakan kembali, dia hanya memberi kami selembar kartu nama.

Lho... Masih keliling mall juga? ^.^ .. Sampai tengah malam banyak toko ŷanğ masih buka, tak lupa ªku juga membeli jaket tebal, dua jubah hitam untukku sendiri (weleeeh...), harganya sekitar 150 an real.. lumayan, sebagai kenang-kenangan kalau ªku sudah pernah ke Arab Saudi...hwaa. kasian deeh..!
Beberapa souvenir cantik juga ªku beli, untuk oleh-oleh tentunya.

Setelah puas, ªku kembali ke kamar, bapak, ibu dan anakku ternyata sudah tertidur pulas, ªku meletakkan makanan dan belanjaan di situ. Kemudian kutinggalkan mereka, kami menuju Baitullah kembali, menghabiskan malam berdua di sana, melebur bersama ribuan orang ŷanğ juga berniat sama.



Dengan berpegangan tangan kami masuk dalam putaran thowaf, semua isi hati tercurah dalam do'a-doa kami, memuji_Nya, memohon ampunan, meminta rahmat, keselamatan, kesehatan, kebahagiaan bahkan derajat ŷanğ lebih baik dari sebelumnya.
Hati kami beri'tikad sama, meminta kebahagiaan dunia dan akherat kami, juga tambahan keturunan sholeh/sholehah.
Pegangan tangan kami semakin kuat dalam setiap putarannya, sekuat lantunan do'a,
hatiku haru....

Allah...ijinkan hamba_Mu menemaninya sampai batas usiaku, ªku menginkannya menjadi imam sholehku, menjadi bapak teladan dari anak dan juga diriku.
Ijinkan ªku menjadi istrinya  ŷanğ sholehah, penyabar dan setia mendampinginya.
Ijinkan ªku menjadi ibu ŷanğ bisa membawa anak-anakku menjadi manusia ŷanğ berguna bagi agama dan lingkungannya.
Allah...ijinkan ªku mendampingi mereka, anak-anak, suami dan keluargaku,kelak di surga_Mu..

Putaran kami terhenti dalam hitungan ke tujuh, kami menutupnya dengan do'a dan sholat di belakang maqom Ibrahim.
Setelah itu kuminum segelas air zam-zam dan kami bergegas pulang ke hotel. Nanti menjelang subuh, kami akan melanjutkan tahajud. Kami ingin memejamkan mata sejenak.



Empat malam di masjidil haram terasa begitu singkat, sepertinya baru kemarin kami datang, tiba-tiba esok harus kutinggalkan tempat penuh kenangan ini.



Betapa malam-malam indah itu terbawa sampai berhari-hari saat ªku sudah di tanah air, sampai saat ªku menulis ini,
Semalam ªku juga masih memimpikannya, thowaf mengeliling ka'bah.

BERTEMU ARTIS DAN KE MUSEUM KA'BAH

WISATA HATI -------> part 11

Jadwal ke museum adalah tentatif, jika diijinkan, kami mengunjunginya. Alhamdulillah, ternyata rombongan kami diijinkan melihat museum Ka'bah. Kami disarankan memasuki museum usai magrib.

Kami berangkat sesudah sholat asar, tujuan pertama adalah bertemu dan berkenalan dengan artis padang pasir, siapa lagi kalau bukan unta. ^.^
Ada banyak peternakan untuk tersebar di sepanjang gurun di Makkah, kami mengunjungi salah satunya, kamipun disarankan mencicipi susu unta, hmmm...

Begitu sampai, aroma mirip kandang sapi menebar, beda tipis...^_^
Anak-anak serentak berusaha memegang binatang berbadan besar itu, mereka juga berebut memberi makan dengan rumput kering ŷanğ sudah dipack padat segi empat. Sepertinya, mereka mendatangkan rumput-rumput itu dari luar Arab, mengingat sepanjang perjalanan tak pernah kutemui padang rumput.




Binatang-binatang itu bersih dan jinak, ªku beberapa kali memegang dan membelai mereka. Apalagi ŷanğ masih kecil, terlihat lucu, memandangi kami ŷanğ juga terheran-heran takjub melihatnya. Bulu mata mereka lentik, maka jika memakai maskara dan pelentik bulu mata, sesungguhnya kita meniru keindahan dan kelentikan bulu mata unta.. ^.^..



Ada dua orang sedang sibuk menakar susu, teman-teman serombonganku membelinya, rata-rata dua botol. Hmmm..penasaran dengan rasanya..
Ternyata mirip santan, gurih dan tidak amis. Tapi, ªku cukup mendengarnya dari anak dan suamiku, ªku sendiri sudah eneg mendengarnya..
Kami membeli 4 botol seukuran 6oo ml. Maklum, ternyata 4 pasukan kecilku menyukai rasa susu unta.



Menjelang maghrib kami mengucapkan goodbye pada artis-artis cantik, unta padang pasir. Perjalanan kami lanjutkan ke Hudaibiyah.


Di tempat itu hanya tinggal reruntuhan bangunan tempat perjanjian hudaibiyah dilakukan. Kami hanya mengambil foto berlatar belakang bekas reruntuhan bangunan bersejarah tersebut. Disebelahnya terdapat masjid tua, kami melaksanakan sholat maghrib berjama'ah.

Tak seberapa jauh bis sudah memasuki areal parkir Museum, kami disambut seorang petugas ŷanğ berbicara ala Indonesia, "Ini jama'ah umroh dari Indonesia dan dipersilahkan untuk masuk ke museum Ka'bah, silahkan atau monggo.."..
Serentak kami semua tertawa, petugas menjadi salah tingkah karena menjadi sasaran beberapa kamera kami.

Isi museum terdiri dari beberapa foto dan dokumen sejarah, pintu, pilar, kain penutup dan beberapa benda-benda ŷanğ dahulunya adalah bagian dari Ka'bah, mereka diganti secara berkala.



Pintu masjidil haram juga ada, jam menara, tangga Ka'bah (dahulu pintu ka'bah berada di sisi samping atas), denah Ka'bah, liang emas batu hajar aswad dan masih banyak lagi.






Ada satu gambar ŷanğ membuatku takjub, ternyata air zam-zam muncul dari celah-celah batu cadas. Dalam foto itu, air seolah keluar dari batu, subhanallah...

Sayangnya waktu kami hanya setengah jam, kami harus bergantian dengan antrian banyak orang ŷanğ sudah menunggu diluar museum. Beruntung jepretan kamera kami bisa memuaskan kami melihat benda-benda berharga itu.

Malam terasa cepat berlalu, kami harus segera mengejar isya berjamaah di masjidil harom.

Selasa, 10 Mei 2011

PAK SYAMSUL

WISATA HATI ----------> part 10

Siang itu kami sedang makan di restoran, menu ŷanğ kuambil kukira daging asap, eh ternyata setelah kugigit rasanya gandum asap, eh panggang!

Kami bertemu dengan Pak Syamsul.

"Lho, Pak? Malam itu belok kemana?" tanyaku mengagetkan beliau.

"Masya Alloh...Jeng, ngapunten. Tak kiro ªku kuat, nyatane pisah karo rombongan jebule sengsoro!" jawabnya dengan logat jawa banget, beliau adalah rombongan asal Jogja.

"Lha njenengan kok bisa pisah bagaimana tho Pak?, saya nyari-nyari sampai selesai muter, Njenengan tetep nggak ada.." kata suamiku/

Kami bertiga dalam satu meja.

"Waah, Mas ..kulo muter sampe gempor, lha sampai bar subuh, Mas..nggoleki jalan nggak ketemu!"

He he.. Jadi teringat ªku ŷanğ juga thowaf subuh itu, mengitari masjidil haram, mencari gate 1.
Kasihan juga, seusia beliau dengan kaki ŷanğ bermasalah, pastinya perjuangan berat mendapatkan jalan keluar dari areal masjid seluas itu.

"Terus, kok akhirnya ketemu jalannya Pak? tanyaku penasaran.

"Kulo sholat Jeng, kalihan dungo... Alloh itu memang Maha Pengasih, Jeng..bar sholat kui, kok jadine lancar ketemu..Alhamdulillah.." jawabnya senang. Diwajahnya masih terlihat kelelahan.

Entah mengapa, beberapa kali Pak Syamsul mengalami 'sesuatu', saat itu secara kebetulan kami berada disitu.
Saat hilang dan sepakat sa'i, beliau sendirian duduk termangu menunggu rombongan ŷanğ tak jua menjemputnya, kamipun begitu.

Usai sholat di masjid, kami bermaksud langsung ke kamar. Kami menemukan Pak Syamsul sedang menunggu seseorang, wajahnya tampak bingung.

"Nunggu siapa Pak?" tanyaku

"Oalah Jeng, Mas.. Kulo nunut ke toilet ya?, saya nggak bawa kunci kamar, kan berempat, kuncinya cuma dua, jadi saya kadang ya tunggu-tungguan kalau mau masuk kamar.." katanya sedikit memelas.
Tentu saja dengan sukarela kami mempersilahkan Beliau. Sebenarnya kami berada satu lantai, hanya selisih tiga kamar sepertinya.

"Monggo Pak, silahkan.." aku mempersilahkannya..

Sejenak kami berlima mengobrol banyak, sambil menunggu kemungkinan teman sekamar bapak itu pulang dari masjid. kebetulan bapak mertuaku sama usianya dengan pak Syamsul.

Pak Syamsul berangkat berdua dengan istrinya, namun karena terdapat empat pasangan lansia ŷanğ sebaya, mereka berpisah kamar, memesan dua kamar berisi empat bed. Bapak-bapak sendiri dan ibu-ibu sendiri.

Saat bersiap-siap pulang ke Jakarta terjadi peristiwa lucu. Suamiku mengobrol bersama jama'ah pria di lobby hotel, diantaranya ada pak Syamsul juga.

Pak Syamsul berpeci hitam
.
Entah mengapa, saat semua bergegas chek out hotel, suamiku merasa tas ŷanğ dibawanya bukan tasnya.

"Ayolah..dibawa aja..toh nanti ketemu juga di bis..!" ªku takut ketinggalan rombongan.

Saat turun dari lift anakku buru-buru mengejar pak Syamsul.

"Iya Ma... Itu tasku..!" katanya yakin.

Duh.. padahal tas kami dua kali lebih berat dari tas beliau, kulihat dia berulangkali menaikkan tas kami ke pundaknya.

"Mbah!..Mbah!... itu tasku!" cegat anakku, mengagetkan si bapak.

"Lhoh Le...kok iso sih..!". Semua rombongan jadi tertawa melihat kejadian itu.

"Itu, tasnya Mbah dibawa ayahku!"

Suamiku sudah menunggu dibawah, dia hanya tersenyum saja melihat pak Syamsul ŷanğ serba salah.

"Kok iso tho Mas.. "

"Warnanya hampir sami Pak... Makanya kok tambah enteng tas saya.." jawab suamiku sambil menukar tasnya.

Sepanjang jalan jadinya kami sering mengobrol, sampai akhirnya kamipun berpisah di cengkareng. Rombongan si bapak transit menuju Jogja.

"Insya Allah nanti kita bisa ketemu lagi!"...

TOUR KELILING MAKKAH

WISATA HATI ------------> part 9

Rute kami adalah Jabal Nur, Gua Hiro', Padang Arofah, Jabal Rahmah, Muzdalifah, Mina dan Ji'ronah.

Ji'ronah adalah tempat pengambilan miqot ŷanğ berada di kota Makkah.
Kami dipersilahkan melakukan umroh badal (mewakili) ataupun umroh buat diri sendiri.
Syarat ŷanğ dibadalkan adalah sudah meninggal dunia atau sudah tidak memungkinkan mereka untuk bisa berumroh, boleh keluarga atau siapa saja ŷanğ dikenal baik.

Kami memutuskan tak melakukan umroh lagi, hanya akan thowaf sunnah dan ibadah ŷanğ lainnya.
Untuk ŷanğ berumroh, harus sudah mandi, membawa kain ihrom dan kelengkapan berihrom.

Kami berangkat setelah sarapan, tetap di bis masing-masing, kami menuju Goa Hiro'. Sayangnya rute pertama ini kami hanya bisa memandangi dari kejauhan, ada perbaikan dan gua tidak bisa terlihat dari jalan. Bis hanya berhenti 2 menit saja.


Tak berapa lama kami sampai di Ji'ronah, tempat miqot ŷanğ paling mulia.
Di rombongan kami ada 3 orang ŷanğ melakukan umroh lagi, mereka mampir sejenak untuk mengambil wudhu, sholat sunat ihrom dan kemudian mengambil niat. Tetap di pandu oleh muthowif.
Selanjutnya kami melanjutkan tour kami.

Bis melaju ke Jabal Nur, di gunung ini terdapat Gua Tsur, tempat persembunyian Nabi saat dikejar-kejar kaum Quraisy, Beliau ditemani sahabat setianya Abu Bakar.
Mereka bersembunyi selama tiga hari tiga malam.
Dua orang ŷanğ berjasa dalam persembunyian itu adalah putra Abu Bakar ŷanğ bernama Abdullah, usianya masih 9 tahun, bertgas sebagai mata-mata ayahnya.
Juga putri Abu Bakar ŷanğ bernama Siti Asma', bertugas mengantarkan makan dan minum, padahal saat itu sedang mengandung 9 bulan.



Dalam jarak pandang ŷanğ jauh terlihat bintik-bintik putih sedang merayap naik, mereka adalah para jama'ah ŷanğ berusaha melihat gua Tsur.
Gua itu berdiameter pintu 3 m, namun aneh, sepertinya elastis pintu batunya, memungkinkan orang berbagai ukuran bisa memasukinya.
Subhanallah...
Didalam gua lebih lapang lagi, cukup untuk dua orang sholat disitu, dan pintunya langsung menghadap Ka'bah!

Setelah bisa keluar dari gua inilah Rosululloh menuju Madinah dan mendirikan masjid Quba, dimasjid inilah dilakukan sholat berjamaah ŷanğ pertama kalinya.

Kami hanya mengambil beberapa foto dari pinggir jalan, cuaca sangat panas terik. Kami harus melanjutkan perjalanan ke Padang Arofah.

Sepanjang jalan pemandangannya sangat indah, maklum kami melewati kawasan elite di mekkah, namanya komplek Awali, tempat singgasana orang kaya di kota mekkah.
Ada sebuah rumah sakit gratis ŷanğ kami lewati, Al mustafa An Nuur. Biasanya saat musim haji, rumah sakit ini penuh sesak.

Memasuki padang arofah terlihat banyak pepohonan hijau. Menurut Muthowif, pohon-pohon hijau itu adalah sumbangan dari Indonesia, makanya dikenal dengan nama pohon Sukarno.



Dan diantara tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah ketika padang arofah sudah mulai terasa teduh..
Astaghfirulloh...

Dibuat 9 jalur jalan menuju padang ini, juga ke Mina dan Muzdalifah. Bahkan saat ini sedang dibangun monorel untuk kereta dari makkah menuju padang arofah, diharapkan tahun depan monorel ini siap digunakan.


Banyak tanda-tanda berwarna kuning mengitari padang tandus itu, kita harus mencermatinya, sebab itu adalah batas padang Arofah.
Saat wukuf, pastikan kita berada di wilayah Arofah.

Di sana terdapat sebuah masjid besar, namanya masjid Namira. Masjid itu praktis hanya sekali ramainya, yaitu saat musim haji saja, tepatnya tanggal 9 dzulhijjah.
Hati-hati, bagian luar masjid itu ternyata ada ŷanğ berada diluar wilayah arofah.


Padang Arofah sebagian besar terlihat gersang dan panas, tak ada selembar awanpun ŷanğ mengayomi wilayah tersebut. Benar-benar tergetar hatiku melihatnya, membayangkan padang mahsyar kelak.
Semoga Alloh senantiasa melindungi kami dari siksa neraka..

Setelah itu bis melaju ke Jabal Rahmah, tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa.
Kami disarankan berdo'a menghadap kiblat, demi kebahagiaan dan keutuhan rumah tangga kita.
ªku menyempatkan berdo'a berdua, setelah itu berfoto bersama.




Banyak ŷanğ menjual souvenir disini, juga buah hawa. ªku membelinya 3 biji, seharga 5 real, katanya untuk obat memperoleh keturunan.

Ada unta ŷanğ siap dinaiki, sekali naik 5 real, untanya jalan 5 real, kena jepret 5 real lagi, kurang pas jepret 5 real lagi... ^.^.. Kalau kita diam saja menurut bisa-bisa kalau ditotal menjadi 40 real..makanya jangan segan menolak!


Ada juga motor ATV , sama juga, sekali naik 5 real, belokan dan muter lagi 5 real..di jepret 5 real... He he..


Ada tugu di atas gunung itu, disanalah Adam dan Hawa bertemu, namun tempatnya tinggi, berbatu dan terjal. Kami dilarang naik, karena waktunya terbatas.


Setelah puas berfoto, kami menyusuri Muzdalifah, kemudian Mina. Banyak perbaikan jalan di rute ini, bis hanya berputar-putar mencari jalan keluar kembali lagi ke Mekkah.

Senin, 09 Mei 2011

MENDAPATKAN KADO ISTIMEWA

 WISATA HATI --------------> part 8

Agenda hari ini adalah istirahat  dan  melengkapi ibadah sunnah lainnya.

Setelah hilang lelah dan kantuk, kami masih penasaran ingin melakukan thowaf kembali, Bapak memutuskan tak ikut.

Usai dhuha kami berempat melakukan thowaf sunnah. Alhamdulillah, masih terlihat longgar ..

Anakku juga masih disibukkan dengan do'a-do'anya, ªku berusaha mengalihkannya dengan do'a ringan ŷanğ dihafalnya, kadang masih bisa diikutinya namun kadang hilang, kalah dengan do'anya meminta sederet mainan.

Lancar kami menyelesaikan putaran sampai tujuh, kami berdo'a di Multazam ( kami hanya bisa mengambil arah sudutnya, karena sdh tidak memungkinkan, manusia berjubel sesak disitu..)

Alhamdulillah posisi kami berada di sudut hajar aswad dan pintu Ka'bah, berada didepan garis maqom Ibrahim.
Setelah itu kami mundur kebelakang, sholat sunnah di belakang maqom Ibrahim.



Setelah selesai kami berempat beriringan menuju Hijr Ismail. Dalam desakan banyak orang kami berhasil menyentuh Ka'bah..
Subhanallah...Allohu Akbar!

Seolah terbius, hati kami langsung luruh..

Isak tangis tak terbendung lagi keluar, sampai dadaku sesak, sedu sedan memaku tangan dan wajahku pada bangunan kokoh berselimut sutra itu. ªku keluarkan segenap laraku, ªku adukan semuanya...

Disampingku, suamiku juga tenggelam dalam tangis panjangnya, ibunya mengusap-usap punggungnya, air mata Beliaupun menetes menyaksikan sang anak menyelesaikan pengaduannya.

Sementara anakku juga terlihat sembab matanya, dia bingung menyaksikan kami menangis, dia hanya terdiam bersandar Ka'bah..
Melihatku dan ayahnya menangis..

Setelah puas mengadu, kami mundur kebelakang menuju deretan orang-orang membentuk shaf sholat.
Tujuan kami mencari tempat terlindung agar tak terinjak lalu lalang orang.

Alhamdulillah..sekaligus kami menemukan 4 tempat aman. ªku ŷanğ paling rawan tempatnya, berada dipinggir dan berbatasan dengan orang ŷanğ desak-desakan mencari tempat sholat.

Atas Kuasa Allah, ªku mendapat perlindungan barisan orang ŷanğ sabar mengantri tempat shaf kami.

Kami selesai dengan aman..beriringan kami keluar dari Hijr Isma'il, mencoba melihat peluang menuju Hajar Aswad!

Anakku berada didepan ayahnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki warga negara Indonesia menggandeng erat anakku, kutanya pada suamiku

"Apakah dia orang kita?" Suamiku menggelengkan kepala.

"Hati-hati Yah..pegang anaknya!" jawabku agak khawatir.

Lelaki itu menanyakan sesuatu pada anakku "Mau cium Hajar Aswad, Dek?"

Dengan polosnya anakku mengangguk.

Kami mengikuti lelaki itu menerobos kerumunan orang,
"Hati-hati Pak, jangan lepas pegangan!, ikuti petunjuk kami!" kata lelaki itu sambil terus membawa anakku mendekati Hajar Aswad.

Mendadak hadir disamping kami beberapa orang, mereka membuat pagar hidup membawa kami semakin dekat dengan batu surga itu.

Berada ditengah-tengah ratusan orang dalam satu titik tuju ŷanğ sama, berebut tempat, Masya Allah.. Seperti tenggelam dalam lautan rasanya..
Sebentar ªku melongokkan kepala mengambil nafas,kemudian kembali memusatkan tenaga menahan himpitan banyak orang. sekilas kulihat anakku ŷanğ sempat terjatuh ditangga dibawah batu dalam rumah emasnya,

"Bangun Dek!, jangan sampai jatuh!". kudengar lelaki itu berusaha melindungi anakku, dia kulihat berhasil memasukkan kepalanya dalam liang batu.

Tangan-tangan kekar berusaha menghalau kepala kecilnya,
 "Allahu Akbar!"
 ªku hanya bisa menahan nafasku, menyaksikan perjuangannya.

Setelah itu tak lagi kulihat anakku.

Giliran suamiku, tak begitu jelas ªku melihatnya, saat itu ªku sedang berjuang melawan himpitan manusia-manusia kekar itu,
"Ibu, jangan menyerah..kepala tetap menengadah agar bisa bernafas, jangan sampai jatuh!" kata lelaki ŷanğ melindungiku.

Sekilas kulihat tatapan mata suamiku, tangannya perlahan terlepas dari tanganku.

"Kita bertemu di belakang Pak" kata lelaki ŷanğ melindungiku.

Masih terbayang (bahkan sampai sekarang..) tatapan mata suamiku dipuncak kepasrahannya, saat melepas genggaman tangannya dari tanganku. Seolah itu untuk ŷanğ terakhir kalinya..

ªku tak melihatnya kemudian.
Sayup masih kudengar suaranya , "Alahu Akbar!"

Satu-satunya ŷanğ masih dalam genggamanku adalah tangan Ibu.
Tubuh rentanya merapat dan dalam perlindungan dua orang lagi dibelakangku.

Giliranku, ªku mengerahkan sekuat tenagaku melawan tubuh-tubuh beragam bangsa itu,
Bismillah..
ªku berhasil berdiri tepat diliang emas itu,

"Masuk Bu! Dan segera cium batunya!"

ªku mengikuti suara itu, dan Allahu Akbar, ªku mengecup lama batu hitam mengkilat dari surga, Hajarul Aswad.

Seluruh perjuanganku kudekap lega
Alhamdulillaah..
Panjang ku hela nafas..

Anehnya, dalam himpitan ratusan orang itu, dalam puncak keberhasilanku pagi itu, ªku masih bisa meraih tasku ŷanğ terlepas dan terjatuh ke lantai.

Ibu ŷanğ terlepas saat ªku meraih liang emas, ternyata juga bisa mencium batu itu setelahku.

Kami beriringan menepi sambil mengambil nafas sebanyak-banyaknya, harapanku segera menemukan belahan hati, suami dan anakku.

Alhamdulillah mereka sudah menungguku di dekat Maqam Ibrahim.

Kami terduduk bahagia, sudah melewati perjuangan hidup dan mati semenit ŷanğ lalu.

"Kasih uang ya Yah..?" pintaku pada suamiku.

Kurogoh seluruh isi tasku, kutemukan beberapa lembar real ŷanğ ada didalam dompetku.

Mereka menawar, namun ªku hanya membawa sedikit uang, kutanyakan pada mereka,

"Apa kalian ikhlas membantu kami?"

"Ya Pak, Bu..kami ikhlas!"

Kamipun bersalaman mengucap banyak terimakasih.

Esoknya saat kami tour keliling Makkah barulah kami mengetahui, mereka adalah para joki ŷanğ memang menjual tenaganya untuk mengantar orang-orang ŷanğ berkeinginan mendekati dan mencium Hajarul Aswad.

Alhamdulillah... Sekali lagi ªku berseru, jika saja dari awal kami mengetahuinya, mungkin berbeda ..

Sungguh kami tak pernah mendengar sedikitpun tentang cerita perjokian itu, dan ketidaktahuan kami mengantarkan kami berempat mendapatkan kado dari_Nya ŷanğ istimewa...

Berarti ŷanğ sudah membaca ini, harus pikir-pikir lagi donk jika menemukan orang baik di sekitar Hajar Aswad dan pintu Ka'bah. ^.^
Pasrah pada Allah, kalau memang kita ada kesempatan mendapat hadiahNya, insha Allah rejeki tak akan tertukar..

SA'I dan TAHALUL

WISATA HATI -------------> part 7

Bismillah kami berempat menaiki tangga masjid menuju tempat dilaksanakannya sa'i.
Dua bukit shofa dan Marwa sudah tinggal gundukan batu ŷanğ hitam mengkilap.
Banyak orang-orang berebut tempat itu untuk menadahkan tangan berdo'a menghadap Ka'bah, sembari menyelasaikan putaran ke putaran berikutnya.

Sa'i di mulai dari bukit shofa, setelah mengucapkan do'a kami memulai perjalanan sa'i dengan berjalan dulu, kemudian berlari-lari kecil diantara pilar hijau menuju bukit Marwa, semua orang berlarian dengan tak henti-hentinya melantunkan do'a dan pujian, kamipun begitu.
Terhitung satu jika sudah sampai ke bukit Marwa, berdo'a dipuncaknya dan memulai perjalanan sa'i ŷanğ kedua menuju bukit Shofa.

Perjalanan kami sedikit lambat karena anakku dan pak Syamsul sudah terlihat lelah, setiap saat kami berhenti meminum air zam-zam sepuasnya, kemudian melanjutkan perjalanan kembali.
Semangat akan bergelora jika kami berdampingan dengan serombongan kafilah ŷanğ banyak jumlahnya, mereka melantunkan do'a bersama-sama, kami mengikuti mereka, namun karena keterbatasan tenaga, kami tertinggal kembali.

Menjelang putaran akhir, anakku mulai menunjukkan gelagat kecapaian, mengantuk dan bosan, maklum adzan subuh mulai berkumandang.
Tinggal sekali lagi putaran maka kami akan selesai.
Anakku bersikeras mengikuti jalur kursi roda, rutenya tak melingkar hanya lurus, otomatis jaraknya lebih singkat.
Akhirnya untuk menghindari perdebatan kami mengikutinya memakai jalur kursi roda, hanya saja kami harus lebih hati-hati agar tak tertabrak kereta ŷanğ biasanya didorong cepat oleh pendorong upahan.

Pak syamsul berbeda pikiran, beliau merasa masih sanggup mengikuti arah memutar, Beliau memutuskan tetap dijalur semula.
Agak kaget juga mendapati beliau tak lagi serombongan denganku, kutoleh kekanan dan kekiri, kutunggu sambil berhenti, meminum zam-zam sepuasnya, tetap tak kutemukan pak tua itu.

Demi mengejar subuh berjamaah segera kuselesaikan sa'i kami dan melakukan tahalul.
Suamiku memotong rambutnya dulu, kemudian anaknya, ibu dan selanjutnya ªku.
Ada lima ibu-ibu ŷanğ antri meminta kupotong rambutnya, mereka tidak membawa gunting.

Setelah selesai kami menuju shaf sholat, terlebih dulu ªku mengambil air wudhu dengan kran zam-zam disitu.
Toilet sangat jauh tempatnya, belum lagi kalau antri dan tersesat.

Tak kusangka anakku benar-benar pada puncak kebosanan!
Sepanjang menunggu iqomah meluncur kata-kata ajaibnya ŷanğ intinya capek, ngantuk dan lapar!
Dia merasa sudah selesai dengan ibadah intinya, umroh.
Sholat subuh bisa dilakukan di kamar hotel, toh pahalanya sama, katanya.^.^

Ada seorang ibu ŷanğ menyodorinya permen, dia buang seketika sambil menangis.
Suasana semakin tak terkendali, dia protes habis-habisan.
Setelah melihat rewelnya semakin menjadi-jadi, ªku dan ibu menuruti kemauannya lagi, kami keluar masjid dan bermaksud pulang menuju hotel.

Ŷanğ kuingat, pintu kami pintu 1 dan arahnya searah menara yg ada jamnya.
Masya Allah...
Kami masih berdiri di pintu 45, berarti kami harus memutar 90 derajat menuju pintu 1.


Beruntung anakku mau kubujuk sebentar agar ªku dan ibu ikut jama'ah sholat subuh sebentar, sementara dia bersikeras sholat subuh di kamar.
Dia menunggu kami di tangga masuk, menunggu kami menyelesaikan subuh kami ŷanğ bacaan surat setelah Al Fatihahnya sepanjang An Naziat ataupun 'Abasa. ^.^

Alhamdulillah tanpa protes, setelah selesai kami terseok-seok pulang dengan memutar jalan ŷanğ lumayan jauhnya...
Sepertinya kami  melakukan thowaf kembali.

MEMULAI UMROH

WISATA  HATI  --------------> part 6

Hari ke 4 Ahad 24 April 2011

Jam 06.30 : Tas bagasi harus sudah didepan kamar masing-masing.
Jam 07.00 : sarapan pagi di hotel
Jam 11.00 : Mandi persiapan ihrom
Jam 12.24 : Dhuhur di masjid Nabawi sekaligus ziarah wada'
Jam 13.00 : Makan siang, memakai baju ihrom dan check out hotel.

Pagi itu sehabis subuh tak karuan sibuknya kami, mengemasi barang ŷanğ berserakan dua kamar!. Walaupun agak terlambat, akhirnya selesai juga.

Saat berangkat kami menyisakan 3 tas di tenteng ( tepatnya...diseret sih..)  dan ternyata lumayan susah, akhirnya hari itu, kami hanya menyisakan dua tas ŷanğ kami tenteng, selain tas tangan ŷanğ memang masing-masing harus membawa satu, isinya buku do'a, kaos kaki/tangan, masker, obat-obatan, dompet dan tentu saja dua botol air!.

Walaupun kami tak mengikuti manasik, bapak sudah pernah menunaikan haji tahun 1994.
Jadi suami dan anakku memakai kain ihrom melihat cara bapak memakainya.
Seperti memakai kain sarung, dengan terlebih dulu menggabungkan dua sisinya.
Satu kain lagi hanya menyelimutkannya di kedua bahu, nanti jika thowaf, bahu kanan harus terbuka.


ªku dan ibu hanya memakai mukena atasan, kaos kaki dan kaos tangan ŷanğ terbuka telapaknya. Kami berdua memakai gamis berwarna putih.

Terlebih dulu kami mandi, merapikan rambut, memotong kuku dan memakai pewangi.
Saat mandi dan sesudahnya kami masih boleh menggunakan wangi-wangian, namun setelah berihrom berlaku larangan-larangan dalam berihrom, yaitu
-dilarang memakai wangi-wangian, 
-memotong kuku, rambut dan kulit, 
-mencabut pepohonan, 
-memburu dan membunuh binatang, 
-bermesraan apalagi bersetubuh dan 
-menikahkan ataupun dinikahkan.

Sedangkan hal hal selain itu boleh-boleh saja, makan, buang hajat, tidur, mandi dll, dengan syarat kain ihrom ŷanğ kita pakai terbebas dari najis.

Untuk lelaki juga dilarang 
-memakai tutup kepala dan 
-alas kaki ŷanğ menututupi mata kaki.

Sedangkan wanita dilarang memakai cadar.
Penggunaan tas, payung, kaca mata diperbolehkan.
He he.. Makanya banyak foto-fotoku ŷanğ tetap narsis pake kaca mata kan?...

Perjalanan dari Madinah menuju Makkah lumayan panjang, 5 jam.

Kami tetap terbagi dalam 2 bis.
Pengambilan miqot untuk arah dari Madinah di masjid Bir Ali, Madinah.
Kami mengambil niat umroh disitu.


Bis hanya berhenti sejenak, mempersilahkan siapa saja ŷanğ ingin ke toilet dan memeriksa apakah semua persyaratan ihrom sudah selesai.

Ternyata, banyak bapak-bapak (termasuk suamiku) ŷanğ masih mengenakan celana dalam..^.^
Beruntung sempat diingatkan para muthowif.
Suamiku juga mengganti sepatunya dengan sandal jepit.

Dari Bir Ali kami langsung menuju kota Makkah, bis sengaja melaju pelan saat mendekati Makkah, hal ini karena berdekatan dengan jam sholat Isya, biasanya jalanan sekitar Masjidil Harom penuh dengan orang-orang sholat.
Nanti jangan heran jika di sepanjang jalanan dan plataran mall dan hotel, jika masuk waktunya sholat, banyak jama'ah sholat yang bertebaran di sembarang tempat!. Semua akses jalan sekitar masjidil haram pasti tertutup bagi kendaraan.

Makkah berbeda dengan Madinah, kalau Madinah masih sejuk, segar dan banyak pepohonan, sedangkan Makkah, kotanya berbatu cadas. Gedung-gedung didirikan diatas bebatuan.
Subhanallah...


Bukan saja alamnya, orang-orangnyapun 180 derajat berbeda dengan Madinah!

Saat bis memasuki areal parkir, kami diburu waktu untuk segera turun dari bis, menyeret bawaan, menerobos lalu lalang orang, berebut lift dan berdesak-desakan dengan banyak orang!.
Benar-benar terlupakan adegan gandeng menggandeng kemarin selama di Madinah.

ªku terpisah beberapa kali dengan ibu apalagi anak dan suamiku. Masya Allah...
Semua kutitipkan padaNya.

Lift harus berganti beberapa kali menuju lobby hotel, berebut dengan banyak orang.

Beruntung Ibu bertemu suamiku ŷanğ mendorong Bapak, sambil menyeret sebuah koper.

Anakku terpisah sendiri dalam lift ŷanğ berbeda dengan kami, kulihat ada seorang Muthowif ŷanğ berada di lift ŷanğ sama.

ªku dengan sebuah koperku masih antri di lift berikutnya.

Kami bertemu di lobby hotel Al Shafwah, wajah wajah menegang semua!
Sock terapi di awal perjamuan di kota Makkah.

Kami terpisah 13 lantai dengan kamar Bapak/Ibu, waduuuh..
Tak ada waktu lagi untuk protes!
Kami diharuskan bersabar di kota suci itu.
Kota dimana setiap amalan kita dilipatgandakan sebanyak 100 ribu kali.
Jika kebaikan alangkah nikmatnya namun jika sebaliknya,
Naudzubillah...

Ibadah umroh kami akan dilanjutkan usai makan malam, kami bergegas meletakkan bawaan kami ke kamar hotel, selanjutnya makan malam dan segera ke Baitullah..
Puncak dari perjalanan kami.


Muthowif menawarkan tenaga dorong kursi roda untuk Bapak, kami menyetujuinya.
Mengingat ªku harus menuntun ibu, sedangkan anakku?? Dalam situasi padatnya orang, ªku tak rela melepasnya..
Dengan demikian suamiku beralih tanggung jawab menjaga ibu, sedangkan ªku menemani anakku.

Beberapa pesan disampaikan sebelum kami memasuki Masjidil Haram, hati-hati dengan bawaan terutama hp berkamera, kadang disita oleh penjaga.
Arah adalah hal ŷanğ paling penting, letak Al shafwah berada searah dengan Jam di menara masjid.

Kami harus mengingat nomer pintu masuk, kami berada di pintu 1.

Saat memasuki areal thowaf, tempat bertemu adalah pilar bertanda hijau di dekat deretan kran air zam-zam.
Ŷanğ jelas, nomer handphone muthowif harus diingat, juga nomer  posko tazkia.

Saat itu jam menunjukkan pukul 22.35.
Ribuan orang lalu lalang diluar dan didalam masjid, baru tersadar, beberapa pesan Muthowif tadi begitu berharga, pintu masuk masjid terlalu banyak dan setiap sudutnya persis sama.
Apalagi setelah melihat orang berputar-putar dan kita juga thowaf, jika tak mengingat baik baik kita akan tersesat.


Dalam putaran pertama kami masih utuh serombongan, putaran kedua perlahan mulai tercerai berai, putaran ketiga kami berempat kehilangan rombongan.
Akhirnya kami berempat beriringan thowaf sampai selesai.

Dalam setiap putaran ªku membimbing anakku membaca do'a sehafalnya dia, sebelum berangkat ªku menyuruhnya menuliskan apa ŷanğ hendak dia pintakan pada Allah.
Dan benar juga, seusai dia minta menjadi anak sholeh, meminta adik, mendo'akan bapak ibunya, meminta naik kelas, dia juga meminta sederet mainan, mulai dari PSP, Nintendo Wi dan PS 3.

Tak henti-hentinya ªku mengusap kepalanya seraya berdo'a "Rabby habli minasshalikhiin.."

Alhamdulillah dia semangat mengikuti thowaf sampai tujuh putarannya.
Begitu pula saat kami menyelesaikan do'a dan sholat dibelakang maqam Ibrahim.

Setelah selesai kami menuju pilar bertanda hijau, tak kutemui satupun anggota rombongan disitu, sejam lebih kami menunggu..kupikir mereka m berpuas diri berdo'a usai thowaf.

Kami hanya bertemu dengan satu orang jamaah ŷanğ tercerai dari rombongan kami juga.
Bapak syamsul namanya. Beliau seusia bapak, mengalami bengkak di bagian mata kaki salah satunya, mungkin diabetes.
Beliau tertatih-tatih jalannya sempoyongan, kami sepakat melakukan sa'i bersama.
Saat itu kami berjumpa dengan pak Ust pembimbing, ternyata mereka semua baru saja selesai sa'i, dan kami ketinggalan!.

AMBIL HIKMAHNYA

Wisata Hati --------------> part 5

Sebisa mungkin selama di Madinah kami disarankan memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi. Lokasi hotel ŷanğ hanya beberapa langkah dari masjid memudahkan kami kapan saja bisa turun ke masjid.

Seluruh agenda jalan-jalan disesuaikan jamnya ba'da dhuha sampai sebelum dhuhur, atau ba'da asar sampai sebelum maghrib.
Malam sampai pagi terserah pada jama'ah, menikmati kenyamanan hotel ataupun kenikmatan masjid.



Semangat kami masih menyala di hari pertama dan kedua itu, kenyamanan kota Madinah juga sangat mendukung, tenaga kami masih mampu menyelesaikan tour sekaligus berlama-lama didalam masjid Nabawi, tak terasa tiba-tiba waktu sarapan sudah menjelang.

Ada suasana terbalik dalam rombongan kecilku,akan ªku ceritakan, semata-mata biar bisa diambil hikmahnya, untukku terutama.

Kami bertiga menghabiskan waktu semalaman di masjid Nabawi, sementara Bapak/Ibu mengeluhkan capek dan sakit, sehingga untuk makanpun mereka meminta perhatian lebih dari anak cucunya.

Ada banyak sisipan dosa kami di sini, melihat peluang ibadah ŷanğ harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dihari-hari berharga itu, sementara semangat Beliau-beliau ini belum juga tersentuh.

Saat ªku ajak berjama'ah sholat di masjid Bapak mengeluhkan tensinya naik, 170 katanya.
Mereka kebetulan membawa alat pengukur digital.
Sedangkan Ibu mengeluh lelah dan tak tega meninggalkan Bapak.

Kulihat ada rona tak rela di wajah suamiku, mungkin gemes kali ya...

Sedangkan sebagean besar rombongan bis kami adalah lansia ŷanğ sebaya bahkan beberapa diantaranya lebih tua, mereka tanpa anak-anaknya, sehat dan bersemangat.
Mereka menenteng koper-koper mereka sendiri, naik turun hotel sendiri tanpa ada ŷanğ melayani.

Keadaan ŷanğ berbalik dengan rombongan kecil kami, praktis tak banyak teman seperjalanan ŷanğ kami kenal, karena perhatian kami berdua tertumpah untuk mereka.
Hanya ada satu dua orang ŷanğ kukenal, salah satunya tetangga kamarku no 10010, mamanya Arya, anak kami juga  bersahabat selama dalam perjalanan. 



Kami sering berangkat shalat bersama, lama kelamaan persahabatan terjalin dengan sendirinya.

Kuutarakan kondisi Bapakku, saat dia menanyakan, lebih tepatnya menasehatiku,

"Kok Ibu ditinggal lagi sih?"..katanya.

Entah kenapa kami sepertinya sudah mengenal lebih lama dari usia kebersamaan kami.

Mendengar kondisi bapak, dia ikut prihatin dan menyarankan ditest lagi tekanan darahnya.

Ternyata suami istri itu pasangan dokter gigi dan dokter anak.
Subhanallah.. ªku mengeluh pada orang ŷanğ tepat.

Iseng kuutarakan tekanan darahku saat terakhir ªku menghadap dokter, 155/110.

"Hah... Cepetan dicek lagi sekarang, ªku pingin lihat!" katanya kaget.

Waktu itu sudah jam 23.30, kami sebenarnya berniat di masjid sampai subuh.

ªku meminjam alat ukur tensi Bapak, sebelumnya kuukur dulu tekanan Beliau, ternyata 163/93.

Sedangkan punyaku 150/105.
Nyatanya, tekanan darahku ŷanğ justru berada dalam batas tidak normal!

Suamiku segera mencari apotik ŷanğ buka ditengah malam itu, obat ŷanğ kubawa tinggal sebiji dan sudah kuberikan pada Bapak usai makan malam tadi.

Apotik masih buka, namun kami kesulitan berkomunikasi dengan pegawainya.
Kami memutuskan mencari Muthowif untuk membantu.

Dalam sejam Mama Arya sudah 4 kali menelponku, menanyakan apakah ªku sudah meminum obatnya, kujelaskan bahwa ªku harus menyertakan resep, karena mereka ternyata tak mau mengeluarkan obat tanpa resep dokter.

Mama Arya memintaku kekamarnya, dia memberikan selembar resep ŷanğ kubutuhkan, Alhamdulillah..akhirnya tengah malam itu 'captopril 25 mg' bisa kuperoleh, dan kuminum separuh tabletnya pagi dan malam.

Esok paginya dan seterusnya sahabatku itu rajin menanyakan keadaanku.



Kehebohan pagi buta itu memberikan hikmah buat kami, kejadian itu tak luput dari perhatian Bapak dan Ibu mertuaku, sejak itu mereka berdua sedikit berubah.

Diriku apalagi!,ªku wajib menahan emosiku, memintakan kesabaran lagi pada Allah.
Bagaimanapun melihat 'sesuatu' antara suamiku dan orang tuanya sedikit banyak mempengaruhi emosiku.

Alhamdulillah anakku tak sedikitpun menunjukkan lelah dan rewel sampai detik itu.
ªku hanya menyarankan suamiku berdo'a untuk kami, menyemangati Bapak Ibu mertuaku agar mereka bercermin pada teman-teman serombongan lainnya.

Jika sebelumnya mereka minta dilayani, diantar jemput dari atau ke kamar Beliau, sekarang jika sudah tiba waktunya sholat di masjid, mereka sudah siap-siap didalam kamarnya, bahkan kadang-kadang mereka sudah mengetok pintu kamar kami.

Alhamdulillah...
Minimal mereka mempunyai semangat seperti teman-teman rombongan lansia ŷanğ lainnya.

Rasa lega kulihat terpancar dari wajah suamiku, keinginannya mengajak umroh kedua orang tuanya adalah untuk itu, dia ingin kedua orang tuanya bersemangat menghabiskan masa tua mereka sebaik-baiknya, dengan ibadah.

Semua perlu waktu, kesabaran dan do'a, ªku yakin dia tak lelah memohonkannya untuk kami dan kedua orang tuanya.



Sampai pada hari terakhir di kota Madinah, kami merasakan kota itu benar-benar damai, nyaman dan tenteram.
Orang-orangnya ramah dan terlihat melindungi tamu-tamu negara lain ŷanğ berpostur lebih kecil dari mereka. Indonesia, Malaysia dan warga Asia lainnya mendapat perlakuan lebih istimewa dibanding warga negara berpostur besar lainnya.

O ​Î​Ɣ‎âä.. Sepanjang jalan menuju masjid banyak orang-orang menjajakan dagangan, ada jubah-jubah hitam, pasmina, souvenir, parfum, jam tangan bahkan Al-Qur'an.

Saat melihat orang menjual Al Qur'an, mereka mengatakan "Waqaf! Waqaf! "

Awalnya ªku tak mengerti apa maksudnya, ternyata Al Qur'an itu diperuntukkan bagi siapa saja ŷanğ ingin mewaqafkannya untuk dibaca jama'ah di masjid Nabawi.
Harganya sekitar 50 real.
Banyaknya jama'ah ŷanğ i'tikaf di masjid itu memungkinkan Al Qur'an ŷanğ kita waqafkan akan dibaca ribuan bahkan jutaan orang!

Aneka souvenir, kalung kalung cantik berharga 10 real tiap packnya, jam tangan satuan seharga 25 real, namun jika kita membeli 10 biji kita mendapat bonus sebiji, hi hi... Indonesia banget!..

Pasmina beragam harganya, ada ŷanğ 5 real sebiji ada pula ŷanğ 20 real. Jubah rata-rata 50 real harganya.
Katanya harga di Madinah lebih murah daripada di Makkah, namun tunggu dulu..ternyata lokasi hotel di Makkah nanti berada di atasnya Mall Al shafwah...jadi acara belanja ternyata lebih mengasikkan di Makkah.^.^