Selasa, 27 November 2018

HAFALAN HANIN

Masya Allah, terhitung 13 Februari 2017, semenjak mulai TPQ Al Hidayah kelas ABanaat, Hanin memulai juga hafalannya.

Dimulai dari surat An Naba.

Seminggu 3 kali pertemuan, selama sejam setengah rata- rata.
Ustadzah akan membacakan perpenggal kalimat dalam satu ayat, agar santri mudah menirukannya. Diulang ulang sampai santri benar- benar lugas menghafalnya baik mahroj dan tajwidnya tanpa salah.
Istiqomah perpertemuan satu ayat. Jika kurang fasih bisa di ulang sampai 3 kali pertemuan.
Begitu seterusnya.

Sampai hari ini, Annaba sudah selesai ayat 1 sampai 40
Lanjut An Naziat ayat 1 sampai 15 yang sudah Al Banaat hafal

Rata-rata kelas ini 50 persennya sudah lancar. Karena perbedaan usia santri dan tingkat konsentrasinya.
Ada lagi yang berpengaruh sangat kuat, peran wali santri memurajaah ananda di rumah maupun disetiap ada kesempatan.
Hanin, misalnya.
Dia tidak pernah mau murajaah denganku, karena aku bukan ustadzahnya ....hiks...
Tapi kalo sedang tugas jadi ustadzah menggantikan ustdzah yang berhalangan hadir, barulah anakku ini mau berhadapan dengan mamanya, hafalan...he hee..

Saat bermain, kadang kami battle, siapa yang paling kuat hafalannya, dia pemenangnya. Biasanya antara aku, Hanin, Ayahnya dan juga Kakaknya.
Berhasil!!!
Menyeret semua menghafal, akhirnya...

Yang paling seru adalah ketika dalam perjalanan, sambil melihat lihat pemandangan sepanjang jalan, kami battle ber empat.
Masya Allah.... 

Ini hafalan Hanin Annaziat 1 sampai 15




Sabtu, 03 November 2018

MUT-AN

Ceritanya sedang ketemuan dengan marketing salah satu founder sebuah kegiatan berbasis islam.

Sore sore disela nungguin Al Banat ngaji. 

Masih muda muda, kelihatan sedikit energik, berapi-api, mungkin karena sedang mempresentasikan proposalnya ya...jadi aku sedikit terkesima dengan gayanya berbicara.

Agak terbawa situasi, jadinya kami mulai bercanda disela-selanya.
Aku bercerita bahwa dulu aku juga type orang yang kurang lebih sama dengan mereka, punya ambisi, cita-cita dan segudang rencana.
Ketawa ketiwi kami mentertawakan argumenku, kenapa aku dulu nyasar jadi seorang penulis, jiaaah...sedikit terbang menyebutkan julukan itu.

Ibarat bunga yang mulai layu, seketika mekar terkena siraman air, ada energi kembali untuk menatap langit.

Ada harapan, yuuuks mbak, kita jalin kerjasama dibidang ini, katanya di akhir presentasi.

Hmm. . angin sore melenyapkan seketika semangatku, seiring mereka melangkah pergi, membawa harapan mereka suatu saat  bersama aku membangun cita-citanya.

Jujur, aku masih mengharapkan energiku bisa terbangun saat bersama tadi, bersinergi dengan para sahabat semisi, namun ada yang lebih menahanku.
Ternyata semangatku tak cukup kuat jika berjalan sendiri..

Tik tak tik tik.....buka tutup jendela email yang sedari tadi menunggu jawaban.....