Senin, 23 Maret 2020

PAGI INI..

Baru semalem aku merasa sepi yang begitu menyayat, mata susah untuk terpejam. Menggambarkannya seperti deket2 pemakaman kok ya takut kualat, berlebihan.
Tapi benar, ketakutan yang merasukiku sepertinya menahan mataku untuk terpejam.

Kulihat suamiku sudah terlelap, sangat.
Dengkurnya menumbuhkan welas, kasian, 2 malam dia kuusir tidur dikamar depan, karena kuraba sedikit panas dan batuk sesekali.
Yang jadi alasanku adalah, "Kasihanilah anak kecilmu, jangan sampai tertular walaupun hanya flu biasa."

Sepi ini, membantuku menghitung berapa banyak aku membuang waktuku sia sia.
Padahal, siapa saja sedang terintai kematian.
Sebelum mataku berhasil kuajak terpejam, aku berjanji, besok kami harus mulai bertekad mengisolasi diri.

Ku telpon si Mpok, "Dua pekan ini libur saja dulu, istirahat, tapi jangan keluar rumah, apalagi kerja ke orang lain. Akan ibu penuhi gajian Mpok, jadi Mpok hanya cukup istirahat saja dirumah."

Pagi ini, ada pesanan garam ke arah kencana loka, bismillah, roda ekonomi tetap harus berjalan.
Aku siapkan masker, uang kembalian dan kotak kosong untuk nantinya tempat uang kembalian. Begitu uang dari orang lain kuterima langsung kusemprot desinfektan yang siap sedia di mobil. 

Keluar rumah, suasana sepi.
Sampai ke gerbang, masih juga sepi.
Ada komitmen Mak-mak komplek, orang yang keluar masuk harus disemprot dulu, apalagi yang memasuki komplek.

Masih sepi.
Satpam juga masih berdiri santun, melambaikan tangan, tanpa ada aksi lain selain senyum dan melambaikan tangan.
Ada mobil yang berpapasan masukpun masih sama, cukup hanya senyum dengan tangan memberi salam.
Masih terlihat sama saat seminggu kemarin aku keluar dari komplek.
Yaa, sudah seminggu ini aku mengisolasi diri didalam rumah.

 Ada tanya keheranan ke suamiku, "Kok jalanan masih ramai saja?".

 Orang orang juga hanya satu dua yang mengenakan ,masker, beberapa muda mudi malah masih cekikikan di atas motor yang mereka naiki.

"Mereka terlalu cuek dan perlu dikasih pengertian", itu saja jawab suamiku.

Seketika terbersit keinginan ke pasar kaget sebelah, yang hanya ada 3 atau 4 gerobak sayurnya, lumayan aman daripada ke pasar modern yang harus bertemu dengan banyak orang

Suasana masih lumayan se[i.
Hanya beberapa ojol, tukang sapu, tukang parkir dan beberapa penjual gerobak menyiapkan dagangannya.

Masih dengan masker yang menutupi hidung dan mulutku, aku turun menuju lapak sayur yang sudah ada.

"Kenapa tidak kau pakai maskernya?", celetuk tukang ojek ke tukang sayur dihadapanku.

 "Lupa, susah napas, ha ha ha," jawab si tukang sayur sembari terkekeh.

Aku toleh kanan kiri, ternyata ada sekitaran 10 orang disitu, cuma aku yang pakai masker.
Berarti mereka sedang mentertawakan aku.

Ya weslah, mau gimana lagi.

Namun ini membukakan sedikit kungkungan ketakutanku, bahwa diluar sana banyak yang masih membutuhkan oksigen segar untuk hidup mereka terus berjalan.
Entah yang mereka hirup bersih atau tidak, tak mereka pedulikan.
Anak istrinya dirumah lebih membutujkan sesuap nasi daripada harus setiap hari hanya disuguhi berita-berita orang berduit yang satu persatu berguguran.

 Entahlah, sekilas itu yang kupahami didepan mataku.

 Ada penyesalan, kenapa si Mpok kusuruh istirahat, akankah kaki tangannya pegal- pegal karena harus libur menyapu, mengepel, memasak dan naik turun tangga sampai setengah harinya?. Terbayang kegiatan itu nantinya beralih kepundakku, mulai hari ini dan masih 2 pekan lagi kujanjikan semua akan normal kembali.
Ufttt...

Tiba-tiba aku memahami, kenapa si mpok tertawa saat aku tawari opsi untuk meliburkan dirinya dengan alasan dia paling resiko karena harus pulang pergi naik KRL.

Sudah terjadi.
Tak mungkin kucabut kembali masa liburnya, setidaknya untuk dua pekan yang kujanjikan. Bismillah. Untuk keadaan lebih baik lagi, in sya Allah.

Sabtu, 21 Maret 2020

DESINFEKTAN

Sebenarnya nggak ingin ikutan panik, namun setiap kali pingin cuekin hape, adaa saja yang menggelitik buat nemgok update berita yang ada.
Dasar Emak-emak, mungkin sudah wajar kalau selalu gerah melihat brita dan gosip simungil corona yang  terbaru.
Simpang siurnya berita, tips dan trik juga tausiyah singkat berkenaan dengan ini, terus terang memusingkan, apalagi kalo sudah adrenalinku terpancing.
Tak hanya berita, terkadang pustingan mengambil potongan hadist, isi ceramah ulama',juga bisa dipelintirkan semaunya yang posting.

Sore ini, padahal dari kemarin sudah kucuekin.
Perihal tips membuat cairan desinfektan sendiri.
Bahannya cukup gampang, secup byclin dan 9 cup air biasa, diaduk dan semprotkan ke seluruh ruangan.

Karena sedikit terbawa hembusan update korban yang meningkat, tiba-tiba aku tergerak membuat campuran yang kemarin heboh digruo WA emak-emak komplek, waduh, mungkin cuma aku sendiri yang belum action ini.

Tanpa mikir apa-apa, kucampur bahan yang ada, dengan menggunakan sarung tangan plastik aku mulai menyemprotkan ke seluruh ruangan, termasuk sofa, kasur, korden juga jendela kecuali lantai, karena aku yakin pasti terasa panas dikulit bila kena injak.

Setelah selesai, sepertinya baik-baik saja.
Selang beberapa saat kemudian, waduh, rasanya mulai sesak nafasku.
Buru-buru lari kekamar yang kebetulan karena ada adek, jadi tidak kusemprot.
Kututup jendela dan pintu, masih saja kamarku terasa pengap dan berbau byclin.

Waaah....ada yang salah ini...
Buru-buru ku buka WA grup sebelah, ternyata ada sanggahan dan koreksi dari tetangga yang kebetulan seorang dokter, bahwa pemakaian byclin kurang bagus, karena selain daya uapnya rendah juga nanti akan meninggalkan residu hypocloritte yang akan menempel lama di permukaan kain, sofa juga peralatan dapur.
Untuk yang sensitif seperti aku, tentunya akan sangat mengganggu karena baunya lumayan lama hilangnya.

Langsung kusambar lap bersih, kulumuri dengan sabun cair, segera kulap semua yang tadi kusemprot.
Hadeh.... mengungsi deh selama beberapa jam ke teras, menunggu hilang baunya dari seluruh ruangan, apalagi kamar.

Ada-ada saja...
Tapi it"s Ok sih...namanya eksperiment..
Maunya takut kehabisan stok dan memang sekarang bener susah mendapatkannya, juga tergiur lebih murah dan hemat...
Juga, tidak semua orang sesensitip aku, mungkin Mak yang lain enjoy aja menghirup bahan pemutih ini, serasa dikolam renang, katanya... wk wk...

Boleh dicobain kalo ada yang mau....






Kamis, 19 Maret 2020

HOW ARE YOU ?

Kepikiran sebenarnya, apa kabar kalian, sahabat- sahabatku?
Aku ingin memikirkan kalian dalam situasi lumayan kalut ini, namun apa daya, akupun kadangkala berperang juga dengan situasiku sendiri.
Tak mengapa, masih sewajarnya saja dan alhamdulillah bisa kuatasi, sampai saat ini.

Kadang kala akupun merasakan sesak napas, namun in sya Allah karena sensitifnya perasaanku sendiri. 
Aku merasa area mulutku seperti berjamur, tenggorokanku terkadang mengalirkan dahak encer ke area mulut, kadang juga tertelan bersama ludah, uft...
Kenapakah gerangan??
Tersangkut si mungil Corona ?? 
Naudzubillah,  jangannnn!!!

Untuk gogling keadaan seperti ini perlu tenaga menyiapkan rasa, aku harus memilah artikel yang damai-damai saja, menentramkan dan jangan terlalu berat.
Cukuplah simpang siurnya berita Corona menciutkan nyaliku meneruskan chattingan di WA grup sebelah menyebelah.
Pusingggggg dan bikin mengkerut. 
Yang ada selanjutnya ku clear chat semua postingan yang ada tanpa kubaca terlebih dahulu.

Dalam panik yang kurasa masih sewajarnya, aku biasanya membaca Al Mulk, Al Kahfi dan mengulang ulang dzikir pagi dan petang.
Air mata ikut menggambarkan perasaanku disaat tertentu, teringat jadwal haji, mutasi, keinginan pulang untuk berpamitan, sedih mau meninggalkan anak, dannn, mana porsi corona??
Sebenarnya masih kalah dengan nervousnya hajian.
Kalah jauh....
Hanya terfikir, gimana harus meninggalkan mereka ditengah suasana kacau seperti ini??
Sedih?? 
Sebenarnya nggak?, lebih ke memikirkan rasa takut mereka ditinggal orang tuanya.

Ada Allah...

Bismillahi tawakkaltu 'alallaah....

Cepatlah berlalu ..










Senin, 16 Maret 2020

EMPAT KOMA SEMBILAN

Aku mulai sensitip. Sepertinya pendengaranku mulai waspada terhadap suara detak jantungku, uft..
Keisengan yang tak kuduga akibatnya ini membuatku nyaris tak bisa memejamkan mata.
Apa yang sudah kuminum?, kumakan? sehingga membuat kaliumku yang biasanya kuwaspadai turun tiba-tiba mencapai angka yang cukup tinggi, nyaris diambang batas normal!.

Pagi, biasanya aku minum ramuan jahe, sereh dan 2 atau 3 kuntum bunga telang, dengan sedikit gula aren tentunya biar terasa manis.
Hangat- hangat setelah sholat subuh sembari mendengarkan kajian di televisi.

Siang sedikit aku biasa melihat teras atas, memetik beberapa biji buah ciplukan.
Aku sengaja memakan sekitar 10 biji perhari, karena minggu2 kemarin terlihat kolesterolku diangka 300, lumayan tinggi, aku ingin menggerusnya dengan si ciplukan.

Menjelang sore biasanya ada 2 minuman pilhanku, antara kopi atau segelas teh rosella. Aku memilih salah satu, namun terkadang menjelang tidur aku meminum teh rosella kembali.

Dua harian aku terganggu dengan suara berdegup jantungku, entah itu hanya kepanikan atau memang benar adanya. Aku tak berani memastikan lagi dengan iseng, tetap berusaha menenangkan diri, bahwa bisa jadi aku hanya kurang minum air putih!

Tak mau kecolongan lagi, aku menggelontor tenggorokanku dengan minimal setengah gelas air putih setiap 15 menit sekali. Sepertinya iya, karena riwayat cek laboratorium sebulan kemarin hasil tes urinku smuanya normal, termasuk hasil fungsi ginjal juga bagus semua.

Bismillah, ini hanya kurang minum dan bisa jadi karena kolesterolku masih cukup tinggi.
Aku sudah rutin olah raga mengelilingi komplek tiap pagi, sebanyak 2x putaran, kurang lebih 2 km.
Semoga bisa normal kembali....

Aamiin...

Rabu, 19 Februari 2020

UJI NYALI

Adalah kemarin, menemani si cantik sholihahku field trip ke Gelanggang samodra Ancol.
Tentunya berombongan sesekolah, dan ternyata berjubel pula dengan beberapa sekolah TK dan SD yang beragenda sama.
Rute pertama adalah wahana 5D, pertunjukan sea lion and friend, dholphin,  mermaid dan terakhir ke  Sea world.

Sengaja bertahan tak ingin ditemani suami ataupun membawa si mbak, hitung hitung uji nyali, pikirku.
Test tenaga dan uji panik, itu yang terpenting.
Gimana tidak penting, aku harus mempersiapkan mentalku menghadapi situasi seperti ini, persiapan harus segera kumulai.

Pikiranku terbelenggu kesiapan psikis, akankah aku sanggup memasuki area thawaf, sa'i didalam sebuah masjid yang nantinya pasti berjubel umat manusia.
Okelah atasnya berbatas langit, bukan lagi beratap genteng ataupun bangunan beton yang secara logik bisa kuhitung kesiapan oksigen didalamny, itu bentuk terapi positif yang kutanamkan.
Namun beberapa bulan terakhir ini, selalu saja terbersit kesimpulan, aku harus membawa obat penenang!.

Galau tentunya, memang harus??
Fisikku mengatakan lain, namun terkadang dalam ketidakmampuanku menghalau gangguan halusinasi yang sering datang tiba-tiba, aku berkesimpulan "harus".

Apa kata orang? hiks...
Dalam sadar aku bisa menganggap diriku "memalukan", namun secara sadar pula, ini toh demi kelancaran ibadahku nanti, gak ada yang salah kok.
Tak perlu memperdulikan kata orang, yang penting berniat, ini untuk kelancaran ibadahku sendiri, toh orang lain disana nantinya tak akan sempat peduli dengan diriku, pastinya mereka akan  sibuk dengan kelancaran ibadahnya  masing-masing.

Bismillah..
Berangkat jam 07.00 dari rumah, diantar suami sampai ke tempat pemberangkatan bis. Berkumpul dengan anak-anak didampingi para mama yang rata-rata usianya 10 tahunan dibawahku, hmmm, siapa takut?

Ku bawa rangsel berisi  beberapa keperluan si adik dan snack berikut minuman, palaningnya membawa minuman susu dan supply kalium, eh ternyata lupa tidak beli, vitaminpun lupa tidak keminum.
Adik juga membawa rangsel kecil berisi permen dan minumannya berikut beberapa snack juga, tidak berat, hanya untuk sekedar berbagi beban kecil aja dengan aku.

Sesampai tujuan, sekitar jam 09.50,  kami langsung antri pembagian tiket masuk.
Pertunjukan pertama adalah 5D, dimulai sekitar jam 10.00.
Kami bergegas diposisi antrian, alhamdulillah mendapat antrian di show yang jam ke dua, 15 menit kemudian.
Kurang lebih dengan persiapan sekitar 20 sampai 30 menit tenggang waktunya dengan sesi yang pertama.

Wow, lumayan banyak ternyata, satu kali show bisa menampung sekitar 200 orang, kami harus bersabar menunggu giliran.
Yup...begitu dipanggil giliran barisan kita, antrian satu-satu menuju gerbang. Kugandeng erat tangan sikecilku, biar aman dalam genggamanku ditengah ratusan orang yang berjubel rapat berebut masuk gerbang.

Petugas membagikan kaca mata 5D ke masing masing penonton.

Satu persatu kami memasuki lorong menuju pintu masuk ruang pertunjukan. Tak terbayangkan di depan, ternyata lorongnya begitu panjaanggg dan gelapppp, hiks...
Jalannyapun naik berkelok kelok, iya sih, yang terhampar di luaran memang nampak bangunan wahana 5D ini seperti kasteel yang berdiri kokoh, mirip juga seperti benteng yang berdiri tinggi.
Lumayan ngos-ngosan sebenarnya, mengingat begitu panjang lorong yang telah kulewati tadi.

Hmm... beruntung aku tak sempat berfikiran aneh-aneh tenttang gambaran bangunan ini tadi. Yang ada dibenakku adalah menjadi penjaga adik menikmati petualangannya,  bersama mama, he he...
Padahal seingatku kami, suami, kakak dan adik, beberapa bulan kemarin ke sini, dan aku memilih menunggu diluar wahana.

Sampai di ruang pertunjukan, ruangan sudah gelap gulita, hanya lampu arah kursi-kursi saja yang dihidupkan.
Petugas memberi peringatan, jika ada yang ketakutan, boleh melambaikan tangan, nanti petugas akan membimbing penonton untuk keluar ruangan.
Ada senyum kecil sebenarnya dari mulut aku.

Selang beberapa saat kemudian film diputar.
Ruangan jadi bergemuruh dengan suara sound system yang bergema, berikut instrument horor yang mengiringi film, juga riuh dengan teriakan dan juga tangisan anak-anak yang ketakutan.

Buat aku kemarin kemarin, sebenarnya ini bisa menggoyahkan mentalku, biasanya suara yang bergema apalagi bergemuruh dalam ruangan tertutup, gelap apalagi, akan menggoyahkan ketahanan adrenalinku.
Tetapi,kemarin, hingga pertunjukan film 5D yang sepertinya horor bagi anak-anak berlangsung damai saja.
Alhamdulillah...
Tak terfikir sama sekali hal-hal menakutkan dan kepanikan yang seperti biasa sering menggangguku.
Normal- normal saja...seperti tak pernah terjadi apa-apa, tidak seperti kemarin kemarin, yang pernah kupikirkan...

Selesai pertunjukan, kami berebut antrian lagi menuju pertunjukan sealion.
Sudah lumayan panas hawanya, kusempatkan memakan beberaapa snack dan sisa nasi sarapan  tadi pagi, aku gak boleh terlambat lelah, demi sebagai penjaga adik.

Setelah gerbang dibuka, berebut kami memasuki arenanya, maklum, arena pertunjukan yang muat sekitar 500 orang itu hanya menyediakan 1 pintu masuk.
Didalam arena aku mengambil tempat duduk yang berada agak ke atas, biar leluasa terlihat dan tidak terlalu terjebak pengap karena banyaknya penonton.
Pertunjukan berdurasi sekitar 10 sampai 15 menit.

Setelah selesai kami menuju ke show dolphin.
Tempatnya tidak begitu jauh dari show sea lion , namun tempat menuju arena pertunjukannya harus naik tangga yang lumayan tinggi dan tentunya penuh sesak juga.
Ruangannya juga sedikit terbuka namun lebih luas dari arena yang sea lion.
Katanya bisa muat lebih dari 1100 penonton.
Pantesan sesak dan lebih bergemuruh suaranya.

Beberapa anak ada yang berfoto dengan para hewan laut tadi, dholpin dan sea lion.
Adik memilih tidakkkk...walaupun sempat kupanas-panasin bahwa beberapa temannya berfoto ria.
Kami memilih ishoma, berdamai dengan penat di bawah pohon menikmati makan siang dan secangkir kopi.
Terlena dengan suasana, ternyata aku tertinggal satu pertunjukan lagi, mermaid.
Waah, rugi dunk, katanya para mermaidnya cantik-cantik... he he jadi penasaran juga.

Rute terakhir adalah ke Sea world, ada tempat baru yang belum pernah kuliat, spot ubur-ubur.
Oiya, sepanjang kegelapan yang kulaui diarea inipun sepertinya kulalui dengan biasa aja, tak ada tanda-tanda kekurangan oksigen yang biasa kualami jika memasuki ruang gelap, lorong sempit dan tak berujung.
Kami malah asik berfoto-foto disegala sudut yang seru.

Bahkan ada pertunjukan memberi makan ikan oleh penyelam, sekilas itu bener-bener menegangkan sebenarnya, penyelam berkali-kali terseret ikan raksasa yang jauh lebih besar darinya, berebut makanan.
Sekali lagi, aku melihatnya wajar-wajar aja.
Mereka hanya berebut makanan, dan penyelamnya sudah berkawan dengan para ikan.

"Mama lulus!", begitu kukabarkan ke suami dan si kakak.

Kemenangan besar ini sepertinyapun ditanggapi dingin saja oleh mereka, hadeh...
Terbukti tak ada tanggapan sama sekali, biasa aja.

Ya sudahlah, memang harusnya biasa aja.
Kecewa??
Ya nggaklah...Ini beneran berarti besar buatku.
Aku harus menata dan meyakinkan diri, nanti insha Allah semua akan baik baik saja, di pesawat, di dalam masjidil haram, didalam kerumunan thaawaf, sa'i apalagi saat  di Mina, di Arafah....

Bismillah , aku hanya bisa berserah...
Berharap dimudahkan....








Rabu, 05 Februari 2020

PELANGI

After rain....

Warna itu tetap indah
Walaupun hujan mengguyur deras
Mengikis debu yang  tebal
Dan menghalangi jarak pandangku

Engkau tetaplah engkau
Namun setelah hujan kali ini
Perlahan lukisan indah Mu
Mewarnai pula kalbuku...

Kali ini
Benar, aku tak ingin kau  melepas genggamanmu
Bulir indah dulu
Memenuhi setiap detik rindu

Aku yakin ini dari Mu
Telah Kau dengar segala pintaku
Rengkuhlah kami
Dalam kasih sayangMu

Labbaik Allahumma labbaikk

Aku ingin bebas tersungkur dalam do'a do'aku


COPYCAT

Antara bangga dan sebel...
Siapa sih yang gak seneng kalo ide2 kita mendapat apresiasi baik di mata teman?
Diikutin malah... hwiii ... sejenak berada diatas awan.
Namun ketika kemudian terus menerus segala gerak gerik dan ide kita dicopas habis-habisan dan membuat si dianya justru berada diawan? Duuuhh, menyebalkan yang ada.

Kalau aku sih justru pingin beda, kalaupun ada teman yang maksa-maksa meniru apa yang disarankan, justru biasanya aku malah ogah.
Kenapa kita tidak menjadi diri sendiri aja?

Saran positif sih tetap kita terima, namun tidak harus sama persis meniru apa yang dia katakan dan anjurkan.
Harus sesuai dengan karakter kita sendiri, walaupun arah dan tujuannya sama.

Sebel menghadapi teman yang kayak gini justru hanya akan menguras energi buat iri dan dengki, sudahlah...
Namun kalau memang kita tidak nyaman dengan keadaan ini, alangkah baiknya kita mulai menutup diri dari seseorang ini.
Menghilanglah dari segala media sosial yang biasanya jadi sumber kepo an dia.
Menghilanglah dari aktifitas yang sering dilakukan terutama jika itu biasanya jadi ajang curhatan.
Saat curhat, biasanya ada ide-ide yang keluar tanpa kendali, dia diam-diam akan merekamnya dan mencontek  isi otak kita.

Duh... kok ya nyaman dengan predikat yang  palsu itu.
Boleh jadi si dia memang lebih jago dan pintar menangkap peluang dari kita, toh teman2nya tidak tau kalo sebenernya ide itu adalah buah dari contekan.

Apa sih yang bisa dibanggakan?

Hmmm...
Naudzubillah...
Semoga tetap bisa memegang prinsip dan tetap menjadi diri sendiri.

Kamis, 23 Januari 2020

KEJUTAN

Ada keyakinan kuat di hati, namun kadangkala digoyahkan oleh godaan.
Takut meraba-raba, namun sungguh ada keharuan yang jelas ingin aku tumpahkan..
Sekarang...dan nanti
Di halaman RumahMu.

Engkau Maha Pengasih
Engkau Maha Penyayang..
Apa lagi yang bisa meluluhkan yakinku
Maafkan...
Ampunkan hamba...

Engkau Yang mengundang kami..
Engkau pula yang mengirimkan tiketnya
Untuk kami...
Masha Allah...

Siang bolong..
Ada telpon dari nomer seluler, nomer hp sudah tertera nama CS Depo.
Mendadak menegang sarafku, ge er

Nomer ini pernah kutolak beberapa kali dua tahun yang lalu, karena kuanggap nomer penipuan.
Ternyata nomer pegawai Depo yang mengabarkan nama suamiku mendapat hadiah sepeda motor Revo.
Dua tahun yang lalu

Tadi, nomer ini mendadak menelpon kembali, nggak salah dunk kalo aku ke ge-eran.
Shalawat terus mengiringi si mbak CS memberikan kabar gembira, tak mau kulepas usaha maksimal ini, mumpung ada harapan besar, ditelpon Depo di saat penantian pengumuman hadiah gebyar 8 Milyar Depo Bangunan.

Allahu Akbar !!!!

Benar, namaku menjadi salah satu pemenang i unit sepeda motor Revo, lagi...
Masha Allah...

Nikmat mana lagi yang hendak kau dustakan ?????

Ampuni Aku Ya Allah...
Terkadang hamba masih kurang bersyukur

Tetap yakinkan kami
Tetap kuatkan kami
Tetap dampingi kami...







Sabtu, 18 Januari 2020

MEMASRAHKAN KEHENDAK

Tak gampang menjadi orang baik atau berpura pura baik dimata orang lain, apalagi jika sudah terbentuk mindset kurang bagus didiri kita, oleh orang yang terlanjur membenci.

Bukan menyalahkan orang, namun terkadang juga kita ingin membela diri.
Menjawab demi mempertahankan alibi juga bukan perkara yang mudah, apalagi buat aku, yang malas berbicara jika kurasa tak terlalu penting.

Cukup disini aku menuangkan pembelaanku, karena sejatinya apapun yang kulakukan belum tentu bisa diterima baik, apalagi oleh orang-orang yang membenciku.

Kemarin, aku masih bisa berdalih, karena secara fisik aku masih sering terlihat sedikit kurang sehat, Yaaa...yang membedakan status sehatku adalah adanya selang infus ditangan dan kelumpuhan.
Sekarang, aku sudah sembuh.
Alhamdulillah..

Namun ada yang tersisa, semacam anxiety, kata teman yang seorang psikiatri, akibat trauma berlebihan setelah hipokalemia.

Wajar sih , hampir setiap orang mengalami kecemasan ini, namun, ada hal yang kurang bisa kubagi, kecemasanku terasa aneh dan berlebihan.
Cap penakut dan berlebihan, terkadang menggangguku, semua orang jadi tak percaya, termasuk orang terdekatku.
Kejadian kecil dan sederhana saja, bisa kumainkan dengan otakku berlipat lipat akibatnya kedepan.

Sedih, terpuruk, merasa diabaikan, tidak disayangi kerap menghantui.
Biasanya keadaan itu muncul sendiri tanpa diduga ketika lapar, susah dan kurang tidur dan saat ada alarm tubuh yang secara tidak sengaja terdeteksi alam bawah sadarku.

Memalukan, aneh...tapi itulah, semua seperti diluar kehendakku.

Tersisih dari keluarga, sudah biasa.
Apalagi mereka tak faham apa itu hipokalemia, apa itu anxiety dan apa itu trauma.
Dijelaskanpun susah.

Menjadi pergunjingan sudah makananku.
Menjadi tak baik sudah melekat didiriku.
Apapun yang kulakukan sepertinya tetap dianggap kurang memuaskan mereka.
Sudahlah...
Tuntutan mereka terlalu banyak buatku, itulah masalahnya.

Tak mungkin aku menghambat diriku sendiri untuk lebih bermanfaat dengan hanya mendengar segelintir pendapat orang yang tak menyukaiku..
Masih banyak yang tak mau tau tentang kekuranganku.
Yang penting setiap hari harus manfaat...
Tak peduli seberapa kuat syaithan menghambatku lewat mereka.

Mungkin ini dianggap penyebab, namun kutolak anggapan mereka
Ini akibat...
Aku yang memahami diriku...

Memasrahkan kehendak dan jangan memaksakan kehendak...jadi kata-kata inspiratif dan menyejukkanku akhir-akhir ini.

Hanya Allah yang tahu, apa yang kulakukan, apa yang ingin kulakukan dan niatan apa yang aku lakukan.
Berserah pada alur kehendakNya.
Jangan pernah menyakiti orang, walaupun kita tersakiti.
Ihlaskan...


PERPANJANG PASPOR

Semenjak umroh tahun 2011 sampai sekarang, paspor sama sekali tidak pernah terpakai lagi, hiks...
Sama sekali tak terbersit niat pergi keluar negerih...
Malahan ada semacam janji, tak akan keluar negeri kalau belum berhaji...masha Allah...

Memang bukan type yang suka traveling, bukan cari-cari alasan lhoh...
Ada biayapun yang lebih terfikir adalah kebutuhan orang lain yang lebih memerlukan daripada kita bersenang-senang, apalagi gak ada biaya... wk wk, justru malah jadi pikiran...

Sejak 2016, paspor sudah tidak berlaku lagi, jadi kami harus memperpanjang.

Persyaratan yang harus kami persiapkan:

- FC Setoran awal BPIH
- FC KTP
- FC KK
- Akta kelahiran/ijazah SD atau SMP/buku nikah
- Paspor  jika sudah memiliki atau paspor lama jika sudah expired.

Persiapan KK dan surat keterangan KTPku sudah beres, berharap dengan ijazah dan buku nikah sudah bisa memenuhi syarat ternyata masih kurang meyakinkan petugas.
Intinya adalah menelusuri silsilah keluarga dari beberapa dokumen kuat, semisal ijazah SD, yang dicari adalah nama lengkap orang tua.

Menjelang pengambilan foto paspor secara kolektif, aku menanyakan kembali kelengkapan berkasku pada pegawai depag, mengingat kurang rapinya mereka dalam administrasi, terbaca sejak beberapa kali mondar mandir melengkapi berkas ke depag.
Benar... mereka masih tetap menanyakan akta kelahiran!
Suamiku sudah memiliki akta, sedangkan aku, bbelum..yang ada hanya selembar kecil kertas surat kelahiran, itupun sudah coklat lusuh dan geripis digigit ngengat.

Gerak cepat, kami segera ke dukcapil, tanpa daftar online.
Dengan membawa dokumen haji, kita dipermudah menyelesaikan apa yang kita butuhkan.
Kami hanya perlu mengisi form manual kelengkapan berkas, menyertakan dokumen pelengkap dan membawa surat keterangan dari kelurahan.
Ini diperlukan karena tempat lahirku ada di Jember, sementara kami sekarang berdomisili di Tangerang selatan.

Proses di kelurahan ternyata yang lebih menyita waktu, kesannya mereka sedang mencari 'peluang', dih, kami cuek aja...dengan sabar dan santai kuturuti apa maunya, sedikit menjengkelkan, namun sudahlah..asal surat bisa kami dapatkan.

Berkas penunjang yang lumayan menarik adalah, harus ada surat keterangan lahir, untungnya masih ada, harus ada saksi lahir, berjumlah 2 orang saksi.
Aku mencantumkan nama ibuku sendiri, biasa juga ayah kandung, namun karena sudah meninggal, aku mencantumkan nama adikku. He he...tak masuk akal kan??? masa adiknya menjadi saksi lahir kakaknya???
Nyatanya tak sejeli itu petugas memeriksa berkas, nyatanya lolos kok.
Pakai tanda tangan pula!, semakin tidak masuk akal, akhirnya ya terpaksa terjadi pemalsuan. wk wk..

Hampir setengah harian, akhirnya surat kami terima, bergegas langsung meluncur ke dukcapil kembali.
Tak sampai setengah jam, antrianku dipanggil,bahkan saat itu sudah jam istirahat, namun loket tetap beraktifitas, rupanya mereka bergantian bekerja saat jam istirahat.

Beberapa berkas yang kuserahkan petugas ::

- Form isian untuk akta yang sudah disiapkan,
- Surat pengantar kelurahan
- FC KK Tangsel
- FC KTP
- Surat kelahiran kalau ada
- FC KTP saksi 1
- FC KTP saksi 2
- FC buku nikah kita
- 2 lembar Materai 6000

Akta siap dalam 14 hari kerja.
Weits...padahal pengurusan paspor sekitar seminggu lagi.
Kami keluarkan jurus maut, akta kami perlukan urgent, begitu alasan kupakai, karena kami mengikuti pengurusan paspor secara kolektif di depag.
Alhamdulillah, note URGENT di berkas kami menjadi harapan, akta akan selesai seminggu kemudian, insha Allah..

Benar juga, seminggu kemudian akta sudah jadi, walaupun ada sedikit miss komunikasi petugas, dikarenakan petugas lupa membubuhkan note kunci di kertas pengambilan akta.
Lumayanlah, sedikit bersabar menunggu sekitar sejam akta kemudian bisa diambil.
Alhamdulillah...

Pada hari berikutnya kami menuju kantor imigrasi kelas 1 Tangerang Selatan, sekitar jam 08.00. Kami bertemu dengan beberapa jama'ah yang lain yang ikut pengurusan dari depag.
Beberapa kelompok berstatus jama'ah KBIH yayasan dan beberapa lagi jama'ah KBIH mandiri.

Sempat mengobrol sebentar dengan mereka, menguatkan kami, tetep semangat lanjut di KBIH mandiri KUA Serpong.
Bismillah...

Kami berkumpul dikantin, ada beberapa pegawai Depag yang selalu mendampingi, membawakan berkas-berkas, menyeleksi dan menyiapkan daftar antrian kami.
Beberapa jama'ah harus melengkapi berkas yang belum ada, ada juga yang tulis ulang form isisan karena salah warna tinta bolpoint, warna harus tinta hitam.

Ada beberapa yang harus di BAP dikarenakan ketahuan sudah memiliki paspor namun ternyata hilang tanpa pemberitahuan.
Beruntungnya pengurusan kehilangan dan BAP tersedia semua di kantor tersebut, tanpa harus ke kepolisian setempat, hanya saja membutuhkan waktu yang lumayan lama dan sedikit mondar mandir.
Tak masalah besar sih, tidak sampai memakan waktu setengah harian.

Antrian cukup panjang, karena ada sesi sedikit wawancara dan mencocokkan data diri, pengambilan foto dan pembayaran sesuai barcode yang dikeluarkan.

Jam 11.00 selesai, paspor jadi sekitar seminggu kemudian dan akan langsung diambil oleh pegawai Depag.
Kami tinggal menunggu info dari petugas, seminggu kemudian.
Alhamdulillah...



Akhirnya kami dijanjikan maksimal seminggu ini akta akan disiapkan, insha Allah...

Jumat, 17 Januari 2020

PEMBAHARUAN KK

Sudah lama sebenarnya mengetahui kalau KK yang kami punya sudah tidak berlaku, KK yg ada terbitan kecamatan, sementara yang diakui adalah terbitan Dukcapil.
Karena kesibukan, jadi terlupakan.
Setelah dokumen diperiksa Depag barulah teringat kalau KK yang kami punya harus segera diperbaharui.

Semua pelayanan Dukcapil Tangerang Selatan sekarang melalui sistem online, kami harus mendaftar secara online terlebih dulu untuk mendapatkan antrian penggantian KK.
Ada kuota pelayanan yang disediakan, jadi jika mendaftar sekarang belum tentu mendapat antrian saat itu ataupun sehari dua hari kedepan. Tergantung jumlah pendatang dan kuota hari itu.

Pendaftaran online terbilang mudah, tinggal kita mengisi nomer identitas, nomer KK, keperluan datang dan selanjutnya kita mengisi form data dan kelengkapan berkas yang diperlukan.

Pada hari yang sudah tercatat daftar antrian kami datang langsung ke kantor Dukcapil.
Tempatnya nyaman banget, full AC, meja petugas berjajar rapi serta tempat tunggu antriannyapun nyaman, bersih dan tersedia area bermain anak yang lumayan luas.
Hmm...menunggu berjam jam disini tak akan terasa capek.

Free wifi, di depan, kanan, kiri terpampang slogan slogan menyejukkan dan semua pegawainya murah senyum dan ramah.
Nyata, sentuhan wanita dari pemimpin cantik Ibu Airin, salut....

Nomer antrian kami 93, kurang lebih hampir sejam kami menunggu, setelah menghadap petugas dan menyerahkan berkas kami disuruh mengambil KK baru di jam 14.00
Cepet kan ???
Dan memang benar, jam 14.00 KK kluaran Dukcapil kami sudah beres.
Alhamdulillah...

Oiya, aku juga diharuskan membuat surat keterangan kepanjangan nama, nama yang tertera di KTP dan KK berbeda. Daripada nanti menjadi masalah sewaktu pembuatan paspor, maka aku siapkan surat keterangan ini.
Caranya mudah banget, tinggal minta antrian offline aja ke petugas, antrian konsultasi.
Tak membutuhkan waktu lama, surat keterangan sudah jadi, surat dibuat berdasarkan KK yang sudah kami revisi.
Jadi masuk keruang konsultasinya setelah KK jadi ya..

Kamis, 16 Januari 2020

HALU - ANTARA AKU DAN KAMU

Bahwa aku menikmati semua perjalanan ini
Jangan ditanya apa yang membuatku nikmat
Kalaupun terpaksa kau tanyakan
Lihatlah...tak benar yakin itu jawabku
Cukuplah dengan do'a aku ungkapkan sejujurnya.

Saat aku terduduk diam
Dalam marah
Melihatmu melepas pandanganmu dariku
Padahal
kau belum lepaskan genggamanmu

Kau ingat ingat
Pintaku hanya satu
Jangan pernah kau lepaskan tanganmu

Cuma sesaat
Taukah kamu
Aku sudah merasa
Kau acuhkan

Aku terdiam
Dalam khusuk aku meminta
Aku tak pedulikan
Aku hanya ingin
Menggenggamu juga dalam damai

Percayalah..



MCU

Agenda hari ini adalah mendapatkan surat keterangan kesanggupan berangkat haji, isthatho'ah namanya.

Surat isthithaah dikeluarkan oleh puskesmas setempat, sebenarnya yang lebih berhak adalah puskesmas tempat asal daftar, namun setelah kami berkonsultasi via telephon dengan kepala sie  haji Sidoarjo, Bapak Rokhmat Nasrudin, kami diperkenankan melengkapi berkas-berkas pendukung di Tangerang saja, tanpa harus datang untuk verifikasi data ke Sidoarjo.
Nomer ini aku dapatkan dari pencarian link ke depag sidoarjo melalui eks teman IMM.
Masha Allah, Semoga Allah merahmati kalian...aamiin...

Hal yang langsung jadi fokusku adalah berapa biaya yang dibutuhkan untuk check laboratorium? Hiks... wajarlah, daripada nantinya kejebak situasi yang mengharu biru, ha ha ha..

Daripada terus tanda tanya, kami memulai perjalanan ini dengan daftar antriaan puskesmas, tujuannya meminta rujukan dokter untuk chek lab.
Datang dari jam 08.00 pagi, berempat kami ke puskesmas, beruntung ada si Kakak, jadi si adik masih ada teman biar tidak terlalu bosan.
Allah mengirimnya untuk kami...

Baru pertama kalinya menginjakkan kaki ke puskesmas, ternyata antriannya lumayan panjang, namun suasananya masih enak, bersih dan rapi, antrian ke 1097 dan 1098 sepertinya baik baik saja kami lalui sampai jam 14.00 an...
Bertemu dengan mbak dokter umum, lumayan ramah dan kooperatif, tensiku normal, suamiku juga, alhamdulillah.

Setelah memberi surat rujukan ke laboratorium, kami diberi 2 pilihan, boleh test darah ke lab puskesmas atau ke lab swasta lain. Hanya saja fasilitas puskesmas kurang lengkap, jadi tetap ada beberapa test yang harus dilakukan mandiri di swasta atau RSU.
Untuk keperluan tadi ternyata tak sepeserpun dibebabankan biaya, termasuk test darah, gratis tis...
Padahal setelah ku check harga, MCU keperluan haji di prodia menghabiskan biaya sekitar 1,6 juta perorang, di biomedika sekitar 1,3 juta/orang.
Di RSU tangerang sekitar separohnya, 650 an ribu/orang, lumayan kannn???

Karena alasan tidak mau disuntik dua kali, aku memilih menjalani MCU di RSU tangerang, sedang suamiku sebagian di puskesmas yang gratis dan sisanya di ambil darah lagi di RSU tangerang.

Berangkat dari jam 07.30 dari rumah setelah mengantar adik sekolah.
Kondisi kami sedang puasa minimal 10 sampai 12 jam,  ini kudapat setelah tanya ke laboratorium, apa yang harus dipersiapkan sebelum menjalani MCU, tidak sedang haid, tidak beraktifitas berat sebelumnya dan harus puasa minimal 10 jam sampai 12 jam.

Sampai di RSU suasana sudah penuh sesak, namun masih oke lah, bersih, rapi dan nyaman.
Kami bertanya ke petugas, dimana letak laboratorium, ternyata ada dilantai 5.

Sampai lantai 5 kami serahkan rujukan dari puskesmas kemarin, tidak mau terjebak lagi dalam ketidak pastian, kutanyakan lagi kebutuhan biayanya, ternyata di angka 400 an ribu untuk test darah  lengkap.
Prosedurnya adalah, check harga dilantai 5 kemudian bayar di kasir dilantai 1, barulah diambil darahnya. hasil bisa diambil dua jam kemudian.
Oiya, untuk test darah PP aku harus test lagi dua jam setelah makan.
artinya pengambilan hasil sejam an setelah aku jalani test yang kedua.

Setelah selesai ambil darah, kami menuju laboratorium radiologi untuk foto thorak dan EKG, radiologi ada di lantai 1sedang EKG ada dilantai 4.

Ternyata kami harus mendapatkan ijin dulu dari prodi MCU, harus membawa rujukan dari dokter MCU. Prodi MCU ada di lantai 4.

Untuk bisa konsultasi dokter, kami harus mendaftar terlebih dulu untuk mendapatkan kartu pasien, setelah itu membayar biaya untuk kartu pasien dan konsultasi dokter.
Kemudian kami ke lantai 4 sekalian minta rujukan bisa foto thorak dan EKG.
Biaya semuanya hanya sekitar 200 ribuan

Prosedurnya adalah, konsultasi ke dokter MCU lantai 4, membawa rujukan ke ruang radiologi, dicheck harga dilantai 1, bayar dikasir lantai 1dan menunggu antrian foto yang ternyata lumayan banyak.

Kami memutuskan makan terlebih dahulu, dari puasa semalam belum ada kesempatan berbuka nasi, sekitar jam 11.00.
Soto daging di kantin belakang RSU lumayan enak dan murah lho..dagingnya banyak dan kuahnyapun sedap, sampai sampai kepikiran untuk bawa pulang ke rumah. hi hi

Berhitung dengan efektifitas waktu, perhitungan naik turun tangga dan melihat porsi antrian, akhirnya kami putuskan menjalani EKG dulu dilantai 4, setelah itu antri untuk test darah yang ke dua dilantai 5, barulah ambil foto rontgen dilantai 1, kemudian ambil test darah kembali dilantai 5.

Hasil kesemua test lab kami ambil keesokan harinya, kemudian kami serahkan ke petugas di puskesmas bagian haji, mbak Ghea.
Kesimpulan akan diberikan dokter umum setelah dipastikan test kesehatan kami memenuhi ketentuan sehat dan layak berhaji.

Bismillah...harus dijaga, karena ternyata kolesterol kami lumayan tinggi.

Dibekali obat penurun kolesterol selama satu bulan, kami diwajibkan menjalani test kedua sebulan kemudian.

Masha Allah... sebegitu riweh kalo dibayangkan, namun alhamdulillah, kami enjoy menjalani semua, anggap saja latihan sabar dan latihan pernafasan. he he...

Beberapa dokumen yang harus dipersiapkan untuk puskesmas adalah :

- 1 lbr FC Setoran awal BPIH
- 1 lbr FC KTP dan BPJS jika punya
-  3 lbr Pas foto 4x6
- 5 lbr Pas foto 3x4
- 1 lbr materai 6000 untuk jamaah laki2/
- 2 lbr materai 6000 untuk jamaah perempuan
- FC hasil MCU dan hasil konsultasi dokter.

Cemungud...




Rabu, 15 Januari 2020

UNDANGAN

Masha Allah...
Alhamdulillah
Allahu Akbar..

Campur aduk rasanya, ditunggu-tunggu dan nyatanya bengong juga mendengarnya...
Bahagia
Bingung..
Tak percaya...tapi nyatanya memang percaya...

Bismillah, sehat itu yang lebih kuharapkan dari semuanya..

Labbaik Allahumma labbaikk....

Terduduk haru juga tangis ...
Allahu Akbar...hanya itu yg bisa kuucapkan mewakili suasana hatiku saat ini...

Satu- satu persiapan kumulai ditengah nol rupiah tabungan.
Yaaa, sudah hampir setahunan ini sebenarnya persiapan sudah kami mulai. Beberapa kali ku cek keberangkatan kami adalah tahun 2021, setahun lagi!

Plannya adalah, keluar dulu dari pekerjaan, karena bagaimanapun berdasarkan pengalaman, persiapan haji setidaknya harus dalam lingkungan kerja yang bisa mensupport kami, perusahaan tempat kerja suami sepertinya jauh dari suasana seperti ini, yang ada antinya kami malah dipersulit.
Selanjutnya kami akan merintis usaha sendiri, dengan modal menjual beberapa aset kami yang ada,.
Sebelum keluar dari kerja kami sudah memulainya, mempersiapkan semua, kami menyisakan sedikit gaji untuk merenov rumah di Sidoarjo, tujuannya agar bisa menghasilkan uang, sementara kami belum ada pemasukan.

Setengah jalan, ternyata sesuatu yang rencananya terjadi, sudah terjadi, suami dihadapkan situasi sulit, pilihannya adalah resign dipercepat.
Alhamdulillah...sebenarnya ini adalah yang kuharapkan, kami bisa memulai usaha secepatnya.

Ternyata tak mudah, nyatanya setelah beberapa bulan tak kunjung juga ada ide memulai usaha, kendalanya adalah dimodal, bagaimana tidak, rumah yang kami persiapkan jadi tumpuan modal belum siap dilelang...

Kami tetap bersabar, bertahan dengan satu proyek tempat tinggal pribadi yang sedang dikerjakan suamiku, alhamdulillah...setidaknya kami tidak kelaparan ..

Sampai saat awal januari kemarin, tiba-tiba nama kami berdua tercantum dalam daftar calon jama'ah haji 2020. Masha Allah...

Sudah kuduga, kami akan berangkat tahun ini, beberapa kejutan sudah kurasakan, seolah kami sedang dibersihkan oleh Allah...
Susah diterjemahkan dengan kata dan tulisan...
Allah Maha Sayang pada kami....

Agenda pertama kami adalah memastikan benar tidaknya nama kami masuk antrian tahun ini, kami bergegas ke depag tangerang selatan, kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah kami.
Kami bertemu dengan P Arif untuk konsultasi rencana kami mutasi dari Sidoarjo ke Tangsel, alasannya karena kami sudah bermukim di Tangsel.

Beberapa prosedur mutasi dijelaskan gamblang oleh beliau, bahwa proses mutasi bisa dilaksanakan setelah pelunasan kekurangan biaya haji.Pelunasan bisa dilakukan jika peserta haji lolos test isthatha'ah kesehatan, artinya kami diwajibkan medikal check up untuk menentukan kesanggupan kesehatan kami berangkat haji, secara mental dan fisik.

Setelah pelunasan, kami harus menyelesaikan perpanjangan paspor, kemudian kami harus mendapat surat keterangan kesanggupan  penerimaan jamaah dari depag Tangsel.
Surat surat itulah nantinya yang akan kami bawa untuk proses mutasi.

Bismillah.... Allah yang mengundang kami
Kami pasrah pada ketentuanNya..
Insha Allah terbaik...
Aamiin...