Minggu, 06 Maret 2016

MEMBEDAKAN LOBSTER JANTAN DAN BETINA

Cukup mudah kok membedakan mana lobter yang jantan dan betina, gak perlu harus berani memegangnya. . .he he. . sampai saat ini aku juga belum berani memegang lobter dewasa.

Untuk anakan di bawah 3 atau 4 bulan, belum terlalu kelihatan visual penampakan jenis kelaminnya. namun diatas usia tersebut sudaha dapat terlihat dari capit sebelah luarnya yang terlihat berbeda antara jantan dan betina.

Lobter jantan jenis redclaw  mempunyai capit sebelah luar yang terdapat  bercak berwarna merah, capitnya lebih besar, kepalanya juga sedikit lebih besar dari betina. Tanda merah ini juga menandakan lobster telah siap kawin, walaupun masih tergolong indukan muda. Jika terjadi pernikahan dini, anakan yang dihasilkan tidak terlalu banyak.
Sebaliknya, lobster betina mempunyai capit yang lebih kecil dari jantan, kepala juga lebih kecil.

Selain itu dapat dilihat juga perbedaannya dengan cara memegang bagian kepala lobster, lihat bagian bawah tubuhnya, perhatikan pada pangkal kakinya. Lobster jantan memiliki penis berupa dua gumpalan daging yang menonjol pada pangkal kaki pertama dari bawah ( ekor ). Sedang pada betina tidak tampak tonjolan itu, namun terdapat lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah dan tidak terdapat kulit keras yang menutupi lubang itu,. Lubang tersebut adalah alat kelaminnya, tempat keluarnya telur telur lobster.

Awalnya memang sedikit susah, lambat laun kita akan dengan mudah membedakannya

Selamat berjuang!!




Selasa, 01 Maret 2016

NOL

Aib ini kubagi sebagai lucu-lucuan, namun sebenarnya tidak lucu, tragis! tepatnya, ha ha ha. .

Beberapa bulan ini, keuangan kami lumayan sekarat, tabungan habis, benar benar habis.
Harus tetap bersyukur, kurang apa kami ini, rumah sudah lumayan besar, mobil ada 2, hp banyak, usaha ada, anak, suami, aku juga sehat. Kali ini, hanya tabungan saja yang sedang gak ada. Perhiasanku juga satu persatu kurelakan di jual, beberapa bulan terakhir ini.

Ada beberapa kesalahan management keuangan di keluarga kami, miss komunikasi dan kebiasaan hidup boros yang kami jalani, sekeluarga.

Kali ini benar benar terjadi, puncak dari penghabisan isi dompet kami. Uang tidak ada sama sekali, suamiku yang sedang dinas luar kota pun sama, pulsa juga habis, semuanya.
Kami hanya mengandalkan koneksi wifi yang masih ada,
Gajian masih juga belum keluar, padahal februari sudah diujung tenggelam.
Tiba- tiba listrik padam, ternyata pulsa listrik juga ikut-ikutan habis.
Panik tentu saja!

Beruntung suamiku masih bisa meminjam uang ke temannya untuk membeli pulsa listrik, minimal malam ini anak istrinya tidak tidur dalam keadaan gelap dan tanpa AC, dan kami masih bisa berkomunikasi.

Gak bisa kompromi, denyut nadiku terasa semakin cepat, stress berat. Aku merasa tak enak badan, madu, susu, sari kurma tak mempan lagi.
Waduh, aku harus ke dokter! tapi uangnya??
Menyesal, kenapa kartu BPJS kami biarkan terlambat membayarnya, hanya karena kami belum pernah menggunakan layanan gratis tersebut.

Saking paniknya aku sempat mengirim WA ke salah satu temanku, maksudnya agar aku bisa menitipkan anak-anakku selagi aku lari ke dokter. Namun beruntung, WA belum sempat terbaca olehnya sampai pagi.
Suamiku menangkanku dengan tetap menelpon sampai aku terlelap dengan sendirinya, artinya aku bisa mengatasi panikku malam ini, sampai pagi..
Alhamdulillah.

Pagi hari, temanku menawarkan bantuan mengantarkanku berobat ke dokter langganannya, pingin sihhh. . karena sampai pagi ini, badanku masih terasa lemas dan terasa tegang. Kutolak dengan manis tawarannya, aku sudah membaik, alasanku.

Ingin menangis, tapi apa yang kutangisi??
Ingin mengeluh?? apa yang kukeluhkan??
Ingin berbagi alias curhat?? Ya malu dunk!!

Begitu banyak orang kekurangan diluar sana, mereka bahkan tidur di rumah rumah sempit, kadang tanpa alas lagi, bahkan makanpun tak ada. setiap hari. Kami hanya merasakannya sehari ini.
Besok, harapan kami ada di gajian!!!

Pembelajaran.
Itulah yang terjadi pada kami, kali ini.

He he he... kalau nggak ditulis, bisa lupa bahwa kejadian ini pernah terjadi.

YUK, BUDI DAYA LOBSTER AIR TAWAR DI RUMAH!, SERU LHOH

Sebenarnya ini sudah menjadi hobbyku sekeluarga terhadap perikanan dan sejenisnya, maka tidak terlalu sulit  mempelajarinya, tentunya dengan modal "senang".

Memelihara lobster air tawar ( LAT) cukup mudah, hampir mirip dengan  memelihara ikan pada umumnya, tapi tau nggak, sebenarnya malah lebih gampang dan tahan banting. Ini kubuktikan sendiri, saat aku memelihara ikan koi, hampir sebulan sekali ada saja ikan  yang mati, padahal harganya tidak murah. Semenjak berganti lobster, jarang sekali ada yang mati. Bagi seorang istri, kematian seekor apalagi beberapa ekor ikan koi bukan saja menimbulkan kekecewaan, namun jelas itu kerugian!, he he he..

Untuk budi daya rumahan, seperti yang kujalani saat ini. cukup gampang, berikut beberapa pengalaman yang bisa teman  tiru.

Langkah awal beternak lobster adalah:

-  Siapkan aquarium, atau kolam semen bekas memelihara ikan, lengkap dengan filternya. Ukurannya terserah, sesuai dengan yang kita miliki dan kita butuhkan. Sebagai standart kepadatan kolam adalah: 100 ekor/m2 untuk anakan. Jika ingin memelihara yang sudah agak dewasa 5 - 10 ekor/m2.

- Pemakaian air bisa menggunakan air PAM, sungai, atau air Tanah. Kondisi umum keperluan air untuk LAT adalah mempunyai pH kisaran 6-8 .
Sederhananya, jika menggunakan air PAM, air Tanah cukup kita diamkan 12 jam atau boleh juga semalaman sebelum LAT dimasukkan ke kolam.
Jika memakai air sungai, pHnya relative mendekati kebutuhan pH LAT, jadi bisa langsung dimasukkan.

- Bibit LAT bisa kalian dapatkan di beberapa sentra peternakan Lobster, saat ini sudah banyak dijual di media online. Rata-rata harga bibit anakan usia 2 bulan dijual Rp. 2000,00 sampai Rp.5000,00 tergantung jumlah pemesanan.

- Pakan Lobster ( berupa pellet ) juga gampang sekali di cari, walaupun demikian kita bisa memberinya makan sisa potongan ayam, sayuran, ubi atau singkong yang diparut. Tipsnya adalah, lebih baik makanan itu direbus dahulu, selain agar tidak terlalu amis, untuk sayuran bisa membuatnya tenggelam ke dalam air.
Namun ada nggak enaknya, kolam jadi berbau anyir dan gampang kotor, sehingga harus sering dikuras.
Aku hanya menguras kolam semen sekitar sebulan sekali, sedang aquarium hanya menyedot kotorannya seminggu sekali. Gak ribet bukan??

Oh iya, lobster suka di tempat yang gelap, jadi kita juga harus menyiapkan tempat sembunyi, bisa berupa potongan pipa, rooster, asbes, fiber atau tumpukan genting didasar kolam.

Masa panen LAT tergolong agak lama menurutku, namun harganya yang lumayan tinggi cukuplah mengobati rasa capek dan jenuh selama berbulan- bulan, toh kita tidak terlalu ribet juga memeliharanya.
LAT dewasa usia 7 bulan dipasaran sekitar Rp. 150.000 - 200.000 / kg.
Jika lebih besar lagi bias diatas Rp. 350.000/kg.

Bagaimana??? tertarik nggak??. .
Yuk. . saya siap membantu teman-teman yang membutuhkan informasi selanjutnya.

Selasa, 23 Februari 2016

TETANGGA OH TETANGGA

Setahun lebih hidup dikomplek perumahan baruku, suasana yang sebenarnya tak jauh beda dengan lingkungan rumah rumah yang pernah kami tempati, maklum selama umur pernikahan kami, sudah 18 kali kami pindah rumah!, huik....dasar kontraktor! ha ha ha.


Komplek kali ini hanya berbeda kota. Lingkungan, type tetangga dan suasana jalanannya hapir sama. aku type orang yang tak suka keramaian, cenderung manusia rumahan, maka type tetangga sebenarnya tak perlu dipermasalakan.

Karena kondisi fisik dan psikisku yang agak kacau akhir akhir inilah, maka tetangga menjadi penting buatku. Bayangkan jika tiba-tiba saja aku drop seperti kemarin kemarin, menghubungi tetangga menjadi catatan pertama yang ku tulis buat anak lelakiku jika ada kesulitan, apapun itu.



Aku mulai mengikuti beberapa kegiatan, yang pertama adalah pengajian. Letak masjid yang hanya selang beberapa rumah saja mengharuskanku tak melewatkan kesempatan ini, lumayanlah, seminggu atau dua minggu sekali ada saja kegiatan ibu ibu di masjid itu.

Ada juga kursus menjahit, memasak yang diadakan para tetanggaku, bergantian tempatnya, seminggu sekali. Alhasil, nudah bukan mengisi kegiatan di komplekku?.

Masalah kemudian timbul saat lambat laun terlihat sifat masing masing tetanggaku, umumnya adalah bergosip. Saat si A tak ada di acara ini , mereka mencari cari kejelekannya, saat si C gilirannya tidak hadir, nasibnya serupa dan sama!. Hadeeeh. . .suatu saat giliranku pasti ada!.
Lama kelamaan muncul 2 grup yang berseberangan, anggota kegiatanpun otomatis berkurang, tergantung pada grup siapa yang lebih dominan di kegiatan tersebut.

Aku, tak ingin terjebak keduanya, kuambil jalan tengahnya, aku berusaha tak memihak. Kegiatan yang positif buatku terus saja ku ikuti, mau bagaimana lagi?, kalau kuturuti kata hati, sebenarnya aku tak ingin berada ditengah tengah mereka, demi rasa mengisi kesepianku, ya weslah. . . cuek amat!.

Lumayan, hari hariku tak terasa lagi sendiri, masih ada teman. tetangga ditengah kerasnya kehidupan di Jakarta, hati damai jika masih memiliki lingkungan seperti ini.
Buatku yang masih ada trauma HK kemarin, kesendirin, ketakutan harus dilawan, selagi itu bukan lagi penyakit.
Aku sudah sembuh!