Kamis, 30 Maret 2017

TIGA BELAS TAHUN KEMUDIAN

Ini adalah sedikit tulisanku tentang perjuanganku menambah anak.

Dari kelahiran anakku pertama tak sekalipun kami mengikuti KB, kami berharap anakku ke dua, ke tiga dan ke empat muncul kemudian. Bidan dan tukang urut desa mengatakan bahwa benih telur di rahimku banyak, kemungkinan kelah anakku banyak. Ternyata tak juga kunjung datang kehamilan yang kami nantikan.
Setahun, dua tahun, lima bahkan tiga belas tahun usia anakku yang pertama,

Ketika anakku berusia 5 tahun, aku pernah mengikuti saran dokter kandungan untuk menghangatkan rahimku. Beberapa kali aku menjalaninya dengan cara perutku di sinari dengan suhu tertentu.
Bosan dengan penyinaran kami merubah pola dan jadwal hubungan kami. Dari model gaya, jadwal jam sampai beberapa hal yang lucu dan aneh kami terapkan. he he. . japri ajah kalo kepo ya. .

Usia 7 tahunan aku pernah mengikuti program dokter juga, dengan cara tiup rahim, namun aku belum sempat menjalani tiup rahim karena aku merasa takut.
Ada cerita lucu saat mengikuti program ini. Aku di ajak tetanggaku dan dipaksa mengikuti program ini, karena kepeduliannya terhadapku. Beberapa kali menjalani pemeriksaan dokter, dia selalu menemaniku. Ternyata justru dia yang hamil. Dengan nada marah dia menyalahkan aku, karena dia belum siap untuk hamil lagi.

Pernah juga terulang kejadian ini pada sahabatku. Kami punya genk ibu-ibu teman TK anakku. Salah satunya melahirkan anak keduanya, Saat kami menjenguknya, sahabatku ini mencuri popok bayinya untukku. Ternyata ritual sakti itu manjur, sahabatku hamil anak keduanya, bukan aku, he he. .
Lagi-lagi aku yang disalahkan.

Ada keinginan mengulang terapi yang dulu pernah kulakukan, minum air tajin dan jamu tradisional, entah karena apa, aku malas mengulangnya kembali.
Hal yang kucoba terapkan adalah rajin makan buah-buahan, Hampir setiap hari aku membuat rujak dan  membeli mangga,

Aku konsumsi propolis juga, selama bertahun tahun, karena aku mengalami hipertensi, juga agar menambah kesuburan, katanya.
Bosan dengan propolis aku berhenti meminumnya, hingga akhirnya aku sering sakit sakitan.
Tentang ini panjang juga ceritanya, kuceritakan pada postingan jauh sebelumnya.

Pada saat aku sering sakit aku juga mengkonsumsi penenang atas pantauan dokter psikiatri  selama kurang lebih setahunan.
Setelah suasana tenang dan sehat inilah aku kembali menjalani pengobatan herbal di cempaka putih, Pak Zafar namanya, pengobatan ala persia.
Kami diberi ramuan untuk pria dan wanita masing-masing selama 4 bulan, Hanya sekali datang saja, harus suami itri dan membawa riwayat medik yang dimiliki.
Obatnya bervareasi tergantung keluhan pasien.
Sayangnya baru sebulan aku tambah sering keluar masuk rumah sakit, entah karena memang kondisiku sedang buruk ataukah akibat pengobatan ini. Aku menghentikan pengobatan. Suamiku tetap menjalaninya sampai lulus 4 bulan kemudian.

Kurang lebih 4 bulan kemudian penantian kami terkabul, aku positip hamil. Alhamdulillah. .
Akhirnya. . setelah 13 tahun menunggu. . .


Minggu, 26 Maret 2017

LIMA TAHUN KEMUDIAN

Setelah menulis bahan lomba kemarin, terbersit niat membagi pengalamanku mendapatkan anak. Sepertinya mudah, namun sebenarnya berliku.
Alloh mengajari aku bersabar, berusaha agar aku lebih kuat dan pintar dari sebelumnya.
Semua karena kebaikanNya, menganugerahi kami, sepasang anak yang insya Alloh akan kami didik dan rawat dengan sepenuh cinta kami.

Kami menikah di bulan Mei 1995,  di usia suamiku 25 tahun dan aku 22 tahun. Saat itu kami sedang menyelesaikan skripsi yang kebetulan satu judul. Agar tugas cepat selesai dan menghindari fitnah, kami memutuskan menikah walaupun kami belum lulus kuliah.
Awal tahun 1996 kami berhasil lulus dengan nilai skripsi yang cukup memuaskan.

Setelah wisuda, kami memulai babak baru kehidupan. Sebelumnya biaya hidup kami masih ditopang orang tua, karena kami masih belum bekerja, kami bergantung dengan biaya hidup anak kuliahan, masing-masing.
Kami memutuskan memulai hidup berdua di pulau Bali, anggap saja kami berbulan madu, he he. .
Kehidupan di sana kami lalui dengan suka duka yang terasa indah, bagaimana tidak, kami sudah bertekad tidak bergantung dengan orang tua lagi. Apapun keadaan kami sepertinya baik baik saja, dan memang kami anggap baik-baik saja.

Jika liburan kami menjelajahi pulau Bali, ber empat. Ada 2 orang lagi sahabat sepenanggungan yang selalu bersama. Hidup sepertinya tak kekurangan apa-apa.
Tak terasa hampir lima tahunan semua berjalan seperti ini, hanya setiap kali libur lebaran selalu ada pertanyaan tentang keberadaan momongan yang belum juga hadir diantara kami.
Ternyata sudah lima tahun. .

Karena sudah mulai risih dengan pertanyaan-pertanyaan itu, aku mulai memikirkan kekuranganku ini, aku mulai bertanya ke tetanggaku kostan. Ada yang menyarankan ke dokter, ada juga yang menyarankan pijat dan juga minum ramuan jamu tradisional.

Aku masih ingat beberapa hal yang kulakukan yang berkaitan dengan terapi ingin punya anak, tapi aku tidak tahu persisnya terapi yang mana yang paling manjur.
Step step terapiku juga tidak berjalan berurutan, biasanya selesai terapi satu, aku akan jeda beberapa bulan, memastikan apakah terapiku manjur atau tidak.

Yang pertama kulakukan adalah stop konsumsi obat. Aku kategori orang yang gampang lelah dan pusing, Hampir seminggu sekali aku minum obat sakit kepala dan kadang kala tolak angin. Semenjak memulai terapi aku menggunakan cara kerokan jika aku mengalami sakit kepala, kalaupun tak mempan aku berusaha semaksimal mungkin tidak minum obat.

Hal kedua yang kulakukan adalah makan buah. Kondisi perekonimian kami tidak bagus, membeli buah adalah sesuatu yang masih mewah buatku. Beruntung kami mempunyai tetangga supplier keranjang buah dari rotan. Seminggu sekali mereka mengirimkan kerajiannnya ke beberapa toko buah langganannya, pulangnya mereka membawa sekeranjangg besar buah yang sudah di reject toko, beberapa masih bagus dan segar. Kami selalu mendapatkan jatah berkilo-kilo buah beraneka macam. Plum merah, hitam, pear, apel merah, kuning dan ijo, jeruk kecut sampai yang manis. Hmm, alhamdulillah yaa. . .

Selanjutnya adalah hal yang paling tidak enak. Aku harus meminum air bilasan beras setiap hari. Beras yang kumasak kucuci dengan air matang dulu, bilasannya ku simpan sampai setengah hari. Kalo bisa sih sehari sebenarnya, tapi aku pernah merasakannya, basi. .
Akhirnya aku meminumnya setelah setengah hari kuperam.
Ada cara lainnya, beras dimasak dulu, air didihannya pertama itulah yang diperam sehari untuk di minum, air tajin namanya.

Terapi yang terakhir adalah jamu tradisional jawa. Bahannya terbuat dari jamu-jamuan jawa seperti biasa ditambah satu ramuan pokok, yaitu pohon pepaya gantung.
Pohon pepaya itu diambil mulai dari akar, ponon daun sampai bunganya.
Biasanya pohon yang baru keluar bunganya itu di cabut samapi akarnya kemudian di rebus bersama bahan-bahan jamu jawa untuk kesehatan dan kesuburan.
Aku mempunyai tukang jamu asli dari solo waktu itu yang membuatkanku ramuan tersebut.

Benar lhoo, setelah 3 bulanan aku menjalani terapi itu, aku positip hamil anak pertamaku. Kejutannya lagi, beberapa orang yang tinggal di lingkup kostanku juga ikutan hamil. Bahkan ibu baik hati supplier keranjangpun ikutan hamil, padahal dia sudah menjadi seorang nenek. Setahuku dia kemudian menggugurkan kandungannya.

Tukang jahit sebelahpun juga demikian, dia sudah 12 tahun tidak mempunyai keturunan, bersamaan dengaku dia akhirnya hamil juga. Ada lagi, seorang istri simpananpun akhirnya juga ikut hamil, nasibnya juga buruk, dia terpaksa juga dibuang sebelum ketahuan suaminya, Naudzubillahi mindzalik.
Padahal banyak orang sepertiku yang begitu menginginkan kehadiran seorang bayi.
Ibu kost kami juga hamil, tetangga sebelah juga hamil, total ada sekitar 10 anak yang seumuran dengan anakku pertama.
Entah karena jamu yang diminum kami sama, ataukah memang sedang musimnya hamil, Walllohu älam'. .

Bagiku, ini adalah anugerah Illahi buat keluarga kami, doá kami pasti sudah disimpan oleh Nya, hendak di beri ketika saatnya kami siap diberi amanahNYa.
Trimakasih ya Alloh.. . jadikanlah anakku menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah kelak, aamiin. .



Senin, 20 Maret 2017

JANGAN PERNAH MENYERAH

Usiaku 39 tahun, 4 tahun yang lalu..

"Bapak dan Ibu sudah selesai melempar jumroh.  Alhamdulillah, ibadah hajinya sudah selesai," Bapak memberi kabar dari telepon genggamnya. Jam 23.17 WIB, seingatku.

Kutarik selimut meneruskan tidurku kembali disamping suamiku yang tetap lelap dengan mimpinya. Biasanya dia terbangun dengan mimpi yang sepertinya sama. Kukira sebagian adalah khayalannya saja.
"Ma, semalam Ayah mimpi, Kakak punya adik lagi, wajahnya mirip Kakak. Kulihat teliti, ya Kakak kecil itu dah. . ."

Selalu sama, selama 13 tahun.

Adzan subuh membangunkanku, kulirik testpack yang ada di laci meja.
"Jangan-jangan bulan ini hamil, siapa tahu doá yang kutitipkan bapak dan ibuku terkabul!."
Sempat gemetaran dan tak percaya, testpacknya muncul dua garis merah.
 "Ayah, lihatlah, Mama punya hadiah buat Ayah. . .".
Aku memeluknya, dia menangis haru.
 "Akhirnya kita bisa punya anak lagi!.''

Kujalani kehamilan ajaib ini dengan penuh hati-hati, mengingat usiaku yang tak lagi muda. Sampai kemudian menginjak usia 4 bulan, tiba-tiba muncul flek coklat di celanaku. Lemas dan deg-degan saat itu. Padahal minggu ini sedang proses pindahan ke rumah baru karena masa kontrakan kami sudah habis.
Dokter memberiku obat penguat kandungan. Aku disarankan  tidak melakukan aktifitas yang berat lagi.

Beberapa hari kemudian, kehati-hatianku tak juga berpengaruh banyak, bukan lagi flek coklat yang ada, namun benar-benar darah merah yang mengalir, seperti haid. Panik, tentu saja.
Suamiku bergegas membawaku ke dokter kandungan. Kali ini aku terpaksa pindah ke dokter yang lebih senior lagi. Ditemukan virus dan kelainan pada kandunganku.
Toksoplasma, posisi mulut rahimku dan plasenta previa yang membuat kandunganku gampang pendarahan, jika aku melakukan aktifitas yang sedikit berlebihan.

"Bedrest total!, buang air kecilpun harus pakai pispot ya..!.'' Sedikit memaksa dokter menasehatiku.

Demi impian, aku tak mengeluh sedikitpun. Suamiku juga sama, dia merawatku dengan sabar. Si kakak juga.
Mereka berdua melayani diri sendiri setiap hari, dari membuat sarapan sampai makan malamnya. Semua bersuka cita menyambut kehadiran adik kecil, perempuan, berambut ikal dan panjang, impian kami.

Sebelum aku hamil, ada satu penyakit yang aku derita, sampai berganti dokter beberapa kalipun belum ditemukan apa penyebabnya.
Mungkin karena hormonku sedang baik saat kehamilan, aku sedikit merasa lebih baik. Terkadang aku merasakan kelumpuhan, denyut nadi yang meningkat dan kelelahan yang sangat. Dokter bilang, itu hanya karena kehamilan dan akibat bedrest saja. Aliran darah menjadi tidak lancar sehingga aku sering mengalami kelumpuhan.

Belakangan diketahui, penyakitku adalah Hipokalemia, diakibatkan ada tumor yang tumbuh di kelenjar adrenalinku. Keadaan yang aku alami saat kalium darahku menurun adalah seperti lampu yang voltase listriknya sedang turun, kriyip-kriyip mau mati, he he. ., tiba-tiba lumpuh, berdebar, ketakutan yang sangat, berfikiran mau dijemput malaikat maut dan lebay, begitu kata suami dan anakku.
Penampilan fisikku tak berubah, namun tiba-tiba aku sudah terbaring di rumah sakit, karena aku mengeluh lemas, berdebar kencang dan mau mati.

Bulan ke 5 kembali terjadi pendarahan, aku diwajibkan kontrol seminggu sekali. Janin sewaktu-waktu bisa keluar jika kondisiku tak juga membaik.
Berbagai saran dokter sudah kuturuti, termasuk jangan banyak bergerak, walaupun ditempat tidur. Istighfar dan terus berdoá, berharap semua baik-baik saja.
Kulewatkan waktu dengan banyak membaca dan membuat kerajinan tangan, menyulam, untuk mengurangi kebosananku terbaring diam setiap hari, sampai menjelang kelahiran nanti, kurang lebih 4 bulan lagi.

Beberapa kali masih terjadi pendarahan, kulewati dengan beberapa kali  opname di rumah sakit, Masya Alloh, semoga aku di beri kekuatan.
Kusiapkan beberapa catatan, untuk suamiku, untuk kakak dan untuk calon bidadari kecilku.

Untuk suamiku, aku menitipkan pesan, jika kelak terjadi sesuatu dengan kami, utamakan keselamatan si adik. Kasihan, dia masih belum menikmati dunia, biarlah dia selamat terlebih dahulu.
Aku juga menuliskan catatan cara membesarkannya walaupun tanpa aku.

Untuk anak laki-lakiku, aku berharap dia menyayangi sang adik, layaknya angan-angannya dulu jika kelak dia diberi kesempatan mempunyai teman hidupnya, adik perempuan berambut keriting dan panjang.

Ada beberapa tulisanku untuk si adik, sedikit menggambarkan siapa ibunya, seberapa cantiknya dan harapan-harapanku terhadapnya kelak.

Bukan lagi menghitung minggu, hari demi hari yang aku lalui seperti ajaib menurutku.
 "Aku terbebas dari maut!." Begitu pikirku jika aku terbangun dipagi hari.
Kulakukan persiapan dengan perasaan yang tak menentu, antara senang dan ketakutan akan kematian.

Menjelang bulan ke 8 kesehatanku lebih baik. Aku sudah diijinkan turun dari tempat tidur, beraktifitas ringan walaupun jika terlalu berlebihan, tiba-tiba bisa terjadi kontraksi,

Karena beberapa kali masih juga terjadi kontraksi, akhirnya aku harus disuntik pematangan paru. Dikhawatirkan jika kontraksiku bertambah sering, akan berakibat janin lahir prematur. Sekitar 6 kali injeksi di masukkan ketubuhku, rasanya aneh setiap kali jarum suntik itu mengalirkan isinya. Tidak sakit, namun rasa geli yang panjang dan aneh. Sebelumnya juga pernah kujalani suntikan ini sebanyak 10 kali, di usia kandungan 6 bulanan..
Alhamdulillah, selalu ku ucap syukur usai menjalaninya.

Sampai minggu ke 34, berat janin masih di bawah normal. Aku diharuskan mengkonsumsi ice cream untuk membantu menaikkan berat badan janin.
Awalnya enak saja makan ice cream, tapi kalo setiap hari harus menghabiskan minimal 350 ml, neg juga rasanya.

Menjelang proses operasi, kepala adik masih di atas, tensiku juga masih tinggi, rata-rata 160/105. Suster dengan telaten menenangkanku dengan berbagai cara, hingga diketahui detak jantung bayi mulai melemah. Akhirnya dokter segera mengambil tindakan, operasi harus segera di lakukan.

Hari Selasa, jam 10.15 lahirlah bidadari kecil kami, cantik seperti ibunya, ehem. . .
Panjang 48 cm, berat badan 2,8 kg.
Alhamdulillah, kondisinya sehat, normal, begitupun aku.
Belum juga selesai merapikan jahitan, dokter menanyaiku, Äpa masih mau nambah lagi, Bu ?."
Spontan aku menjawabnya, "Mau, Dok..," dengan wajah bersemangat.

Was-wasku terbayar sudah. Hilang semua takutku melihat wajah tak berdayanya.
Aku harus sehat demi dia, si kecil yang kami nantikan 13 tahun ini. Apapun yang terjadi, aku harus bisa menemaninya, menjaganya sampai setua mungkin.

Ada yang lucu dengan tingkah si Kakak, sampai seminggu setelah adiknya lahir, dia sama sekali tidak tertarik menengoknya, sesekali saja dia melihat tanpa menyentuhnya. Pernah ku paksa untuk menyentuh adiknya, eh, buru-buru dia ambil air wudhu, bukan muhrim katanya.
Kakak baru terlihat bertingkah biasa setelah kurang lebih sebulan kemudian. Itupun masih saja terlontar pertanyaan, "Anak siapa ini, kok tiba-tiba ada di rumah kita?."

Karena kondisiku selama menyusui kembali menurun dan harus bolak balik opname, aku memutuskan menjalani operasi pengangkatan tumor setahun setengah kemudian. Penundaan tindakan itu di ambil karena aku masih ingin memberi ASI selama mungkin.

Sekarang kondisiku sudah benar-benar pulih, bisa menikmati keseruan menjadi seorang ibu kembali. Bersyukur setiap harinya, menjalani peran seorang ibu bagi dua anakku dan juga seorang istri yang baik adalah bentuk terimakasihku pada Alloh, bahwa aku sudah di beri kepercayaan seorang anak lagi, sudah disembuhkan dari penyakit yang sudah 5 tahun tidak diketahui penyebabnya.

Anakku. . .
Bukan lelah yang ingin ibu bagi
Namun semangat ibu berjuang untukmu
Kalaulah ada perasaan takut
Itu karena adik kembarmu yang bercokol di adrenal ibu
Maafkan ibu yang sempat berfikiran meninggalkanmu

Sekarang. .
Yuk. . kita songsong masa depanmu bersama
Dengan Ayah
juga Kakak.. .
Cinta kami semua
Untukmu. .



Tangerang, sambil momong anak


Tulisan ini semata -mata untuk menguatkan semangat teman-teman yang sedang berjuang mendapatkan anak, semoga bermanfaat.

Trimakasih mbak #GADianOnasis atas kesempatannya berbagi cerita.

Temans,Yuks ikutan lomba ini di http://www.dianonasis.com/2017/02/ga-perdana-dian-onasis-tema-anak-itu.html


Beberapa catatan :

- Toksoplasma   : Virus yang bisa mengakibatkan kecacatan pada fetus/janin.

- Placenta Previa : Kondisi dimana seluruh atau sebagian placenta menutupi jalan lahir bayi, pada kondisi normal seharusnya bergerak naik ke atas menjauhi mulut rahim.

- Hipokalemia : Kondisi kekurangan kalium dalam darah. Ada tulisan tentang penyakit ini di postinganku sebelumnya. http://space-mama.blogspot.co.id/2015/02/aku-sembuh-dari-hipokalemia-semoga.html

- Kelenjar Adrenal : Kelenjar yang meproduksi hormon adrenalin, hormon yang mengatur dan memacu aktifitas jantung, metabolisme glukogen terutama saat stres, menstimulasi otak menjadi waspada dan lebih sensitif.