Senin, 09 Mei 2011

MEMULAI UMROH

WISATA  HATI  --------------> part 6

Hari ke 4 Ahad 24 April 2011

Jam 06.30 : Tas bagasi harus sudah didepan kamar masing-masing.
Jam 07.00 : sarapan pagi di hotel
Jam 11.00 : Mandi persiapan ihrom
Jam 12.24 : Dhuhur di masjid Nabawi sekaligus ziarah wada'
Jam 13.00 : Makan siang, memakai baju ihrom dan check out hotel.

Pagi itu sehabis subuh tak karuan sibuknya kami, mengemasi barang ŷanğ berserakan dua kamar!. Walaupun agak terlambat, akhirnya selesai juga.

Saat berangkat kami menyisakan 3 tas di tenteng ( tepatnya...diseret sih..)  dan ternyata lumayan susah, akhirnya hari itu, kami hanya menyisakan dua tas ŷanğ kami tenteng, selain tas tangan ŷanğ memang masing-masing harus membawa satu, isinya buku do'a, kaos kaki/tangan, masker, obat-obatan, dompet dan tentu saja dua botol air!.

Walaupun kami tak mengikuti manasik, bapak sudah pernah menunaikan haji tahun 1994.
Jadi suami dan anakku memakai kain ihrom melihat cara bapak memakainya.
Seperti memakai kain sarung, dengan terlebih dulu menggabungkan dua sisinya.
Satu kain lagi hanya menyelimutkannya di kedua bahu, nanti jika thowaf, bahu kanan harus terbuka.


ªku dan ibu hanya memakai mukena atasan, kaos kaki dan kaos tangan ŷanğ terbuka telapaknya. Kami berdua memakai gamis berwarna putih.

Terlebih dulu kami mandi, merapikan rambut, memotong kuku dan memakai pewangi.
Saat mandi dan sesudahnya kami masih boleh menggunakan wangi-wangian, namun setelah berihrom berlaku larangan-larangan dalam berihrom, yaitu
-dilarang memakai wangi-wangian, 
-memotong kuku, rambut dan kulit, 
-mencabut pepohonan, 
-memburu dan membunuh binatang, 
-bermesraan apalagi bersetubuh dan 
-menikahkan ataupun dinikahkan.

Sedangkan hal hal selain itu boleh-boleh saja, makan, buang hajat, tidur, mandi dll, dengan syarat kain ihrom ŷanğ kita pakai terbebas dari najis.

Untuk lelaki juga dilarang 
-memakai tutup kepala dan 
-alas kaki ŷanğ menututupi mata kaki.

Sedangkan wanita dilarang memakai cadar.
Penggunaan tas, payung, kaca mata diperbolehkan.
He he.. Makanya banyak foto-fotoku ŷanğ tetap narsis pake kaca mata kan?...

Perjalanan dari Madinah menuju Makkah lumayan panjang, 5 jam.

Kami tetap terbagi dalam 2 bis.
Pengambilan miqot untuk arah dari Madinah di masjid Bir Ali, Madinah.
Kami mengambil niat umroh disitu.


Bis hanya berhenti sejenak, mempersilahkan siapa saja ŷanğ ingin ke toilet dan memeriksa apakah semua persyaratan ihrom sudah selesai.

Ternyata, banyak bapak-bapak (termasuk suamiku) ŷanğ masih mengenakan celana dalam..^.^
Beruntung sempat diingatkan para muthowif.
Suamiku juga mengganti sepatunya dengan sandal jepit.

Dari Bir Ali kami langsung menuju kota Makkah, bis sengaja melaju pelan saat mendekati Makkah, hal ini karena berdekatan dengan jam sholat Isya, biasanya jalanan sekitar Masjidil Harom penuh dengan orang-orang sholat.
Nanti jangan heran jika di sepanjang jalanan dan plataran mall dan hotel, jika masuk waktunya sholat, banyak jama'ah sholat yang bertebaran di sembarang tempat!. Semua akses jalan sekitar masjidil haram pasti tertutup bagi kendaraan.

Makkah berbeda dengan Madinah, kalau Madinah masih sejuk, segar dan banyak pepohonan, sedangkan Makkah, kotanya berbatu cadas. Gedung-gedung didirikan diatas bebatuan.
Subhanallah...


Bukan saja alamnya, orang-orangnyapun 180 derajat berbeda dengan Madinah!

Saat bis memasuki areal parkir, kami diburu waktu untuk segera turun dari bis, menyeret bawaan, menerobos lalu lalang orang, berebut lift dan berdesak-desakan dengan banyak orang!.
Benar-benar terlupakan adegan gandeng menggandeng kemarin selama di Madinah.

ªku terpisah beberapa kali dengan ibu apalagi anak dan suamiku. Masya Allah...
Semua kutitipkan padaNya.

Lift harus berganti beberapa kali menuju lobby hotel, berebut dengan banyak orang.

Beruntung Ibu bertemu suamiku ŷanğ mendorong Bapak, sambil menyeret sebuah koper.

Anakku terpisah sendiri dalam lift ŷanğ berbeda dengan kami, kulihat ada seorang Muthowif ŷanğ berada di lift ŷanğ sama.

ªku dengan sebuah koperku masih antri di lift berikutnya.

Kami bertemu di lobby hotel Al Shafwah, wajah wajah menegang semua!
Sock terapi di awal perjamuan di kota Makkah.

Kami terpisah 13 lantai dengan kamar Bapak/Ibu, waduuuh..
Tak ada waktu lagi untuk protes!
Kami diharuskan bersabar di kota suci itu.
Kota dimana setiap amalan kita dilipatgandakan sebanyak 100 ribu kali.
Jika kebaikan alangkah nikmatnya namun jika sebaliknya,
Naudzubillah...

Ibadah umroh kami akan dilanjutkan usai makan malam, kami bergegas meletakkan bawaan kami ke kamar hotel, selanjutnya makan malam dan segera ke Baitullah..
Puncak dari perjalanan kami.


Muthowif menawarkan tenaga dorong kursi roda untuk Bapak, kami menyetujuinya.
Mengingat ªku harus menuntun ibu, sedangkan anakku?? Dalam situasi padatnya orang, ªku tak rela melepasnya..
Dengan demikian suamiku beralih tanggung jawab menjaga ibu, sedangkan ªku menemani anakku.

Beberapa pesan disampaikan sebelum kami memasuki Masjidil Haram, hati-hati dengan bawaan terutama hp berkamera, kadang disita oleh penjaga.
Arah adalah hal ŷanğ paling penting, letak Al shafwah berada searah dengan Jam di menara masjid.

Kami harus mengingat nomer pintu masuk, kami berada di pintu 1.

Saat memasuki areal thowaf, tempat bertemu adalah pilar bertanda hijau di dekat deretan kran air zam-zam.
Ŷanğ jelas, nomer handphone muthowif harus diingat, juga nomer  posko tazkia.

Saat itu jam menunjukkan pukul 22.35.
Ribuan orang lalu lalang diluar dan didalam masjid, baru tersadar, beberapa pesan Muthowif tadi begitu berharga, pintu masuk masjid terlalu banyak dan setiap sudutnya persis sama.
Apalagi setelah melihat orang berputar-putar dan kita juga thowaf, jika tak mengingat baik baik kita akan tersesat.


Dalam putaran pertama kami masih utuh serombongan, putaran kedua perlahan mulai tercerai berai, putaran ketiga kami berempat kehilangan rombongan.
Akhirnya kami berempat beriringan thowaf sampai selesai.

Dalam setiap putaran ªku membimbing anakku membaca do'a sehafalnya dia, sebelum berangkat ªku menyuruhnya menuliskan apa ŷanğ hendak dia pintakan pada Allah.
Dan benar juga, seusai dia minta menjadi anak sholeh, meminta adik, mendo'akan bapak ibunya, meminta naik kelas, dia juga meminta sederet mainan, mulai dari PSP, Nintendo Wi dan PS 3.

Tak henti-hentinya ªku mengusap kepalanya seraya berdo'a "Rabby habli minasshalikhiin.."

Alhamdulillah dia semangat mengikuti thowaf sampai tujuh putarannya.
Begitu pula saat kami menyelesaikan do'a dan sholat dibelakang maqam Ibrahim.

Setelah selesai kami menuju pilar bertanda hijau, tak kutemui satupun anggota rombongan disitu, sejam lebih kami menunggu..kupikir mereka m berpuas diri berdo'a usai thowaf.

Kami hanya bertemu dengan satu orang jamaah ŷanğ tercerai dari rombongan kami juga.
Bapak syamsul namanya. Beliau seusia bapak, mengalami bengkak di bagian mata kaki salah satunya, mungkin diabetes.
Beliau tertatih-tatih jalannya sempoyongan, kami sepakat melakukan sa'i bersama.
Saat itu kami berjumpa dengan pak Ust pembimbing, ternyata mereka semua baru saja selesai sa'i, dan kami ketinggalan!.

Tidak ada komentar: