Selasa, 23 Januari 2024

WARAS

Hari ini nggak banyak yang kukerjain. Padahal dalam 6 hari kedepan bakalan ada bazar yang rame, semoga yaaa, kabarnya sih begitu.Event tahunan kota Tangerang selatan sebagai penghasil duren. Usahaku mendapat tempat bazar gratis sebagai perwakilan kecamatan Serpong.

Padahal aku belum nyiapin stiker mangkok, banner, kartu nama, apalagi produk.Yup, beberapa varian sedang kosong. Kemarin  rada males nyetok karena memang modalnya muterrr mulu, gak berhenti di post produksi, wk wk

Begitulah. Lumayan masih menantang adrenalin beberapa kegiatanku dalam usaha. Dikejar target memenuhi kriteria usaha bertumbuh, bukannya mandeg, stabil gak ada kemajuan...

Hi hi, masih mendinganlah stabil, semoga nggak malah merosot turun menuju nyerah. Nggaklah, apa yang sudah kubangun dengan sepenuh tenaga ini nggak boleh mundur, harus maju walaupun harus tertatih.

Yup... udah waras kok ya, mesti berfikirnya juga bener. 

Kamu bisa... 

Insya Allah

Rabu, 26 Juli 2023

UNDANGAN KE TIGA

Kayak mimpi aja, menjalani proses dari mulai persiapan, shocknya, rangkaian ibadahnya sampai akhirnya bisa menyandang gelar Bu Hajjah, Masya Allah. 
Nggak kebayang, tiba - tiba udah selesai, dikasih sehat, kenyamanan dan kenikmatan selama di sana.

Dua kali tertunda. 2020 karena pandemi dan 2021 karena pembatasan kuota  Kami sudah melunasi BPIH, melengkapi dokumen mutasi juga suntik meningitis. Semua sudah siyap, tinggal angkat koper, namun Allah berkehendak lain. 
Bukan tanpa maksud Allah memilihkan ini untukku. Aku yakin, Dia memilihkan waktu yang tepat.
Aku harus menjalani rangkaian persiapan, bukan materi, tapi lebih ke mental, ninggalin keluarga, apalagi anakku masih berusia 9 tahun. Banyak banget yang kupikirkan, apalagi di tengah situasi pandemi kemarin.

Tahun 2023 ini, alhamdulillah semua seperti sudah diatur Allah. semua persiapan dimudahkan, anak - anak juga dalam penjagaanNya.
Aku,yang jujur, masih trauma dengan segala ketakutan, sampai H-1 pun hanya bisa pasrah, memohon aku disembuhkan dengan sebenar-benarnya, memohon dikuatkan menjalani ibadah, disenangkan dan dipulangkan dengan keadaan sehat kembali.
Masya Allah, semua dikabulkan.

Perjalananku lancar seperti tak pernah ada kejadian dan trauma apapun. Naik pesawat dengan tenang, bahkan aku sibuk mengambil gambar, mengagumi indahnya awan dan ketinggian. Naik turun lift sampai lantai 14, biasa saja kujalani tiap hari. 
Ke masjid, kami  jalan kaki belasan kilo meter hampir tiap hari dan berjubel dengan jutaan orang saat menjalani puncak haji.

Aku, yang kemarin sibuk menakar tenaga, berhitung kesiapan oksigen dan memenuhi tas dengan banyak obat-obatan, ternyata sampai sana semua berjalan baik - baik saja. 
kelelahan dan sempat sakit, namun itu dialami oleh hampir 75 persen jama'ah usai menjalani prosesi haji.

Alhamdulillah.. semua berjalan lancar.
Yakin saja, Allah akan menyediakan jamuan terbaik untuk tamu - tamuNya


Senin, 23 Maret 2020

PAGI INI..

Baru semalem aku merasa sepi yang begitu menyayat, mata susah untuk terpejam. Menggambarkannya seperti deket2 pemakaman kok ya takut kualat, berlebihan.
Tapi benar, ketakutan yang merasukiku sepertinya menahan mataku untuk terpejam.

Kulihat suamiku sudah terlelap, sangat.
Dengkurnya menumbuhkan welas, kasian, 2 malam dia kuusir tidur dikamar depan, karena kuraba sedikit panas dan batuk sesekali.
Yang jadi alasanku adalah, "Kasihanilah anak kecilmu, jangan sampai tertular walaupun hanya flu biasa."

Sepi ini, membantuku menghitung berapa banyak aku membuang waktuku sia sia.
Padahal, siapa saja sedang terintai kematian.
Sebelum mataku berhasil kuajak terpejam, aku berjanji, besok kami harus mulai bertekad mengisolasi diri.

Ku telpon si Mpok, "Dua pekan ini libur saja dulu, istirahat, tapi jangan keluar rumah, apalagi kerja ke orang lain. Akan ibu penuhi gajian Mpok, jadi Mpok hanya cukup istirahat saja dirumah."

Pagi ini, ada pesanan garam ke arah kencana loka, bismillah, roda ekonomi tetap harus berjalan.
Aku siapkan masker, uang kembalian dan kotak kosong untuk nantinya tempat uang kembalian. Begitu uang dari orang lain kuterima langsung kusemprot desinfektan yang siap sedia di mobil. 

Keluar rumah, suasana sepi.
Sampai ke gerbang, masih juga sepi.
Ada komitmen Mak-mak komplek, orang yang keluar masuk harus disemprot dulu, apalagi yang memasuki komplek.

Masih sepi.
Satpam juga masih berdiri santun, melambaikan tangan, tanpa ada aksi lain selain senyum dan melambaikan tangan.
Ada mobil yang berpapasan masukpun masih sama, cukup hanya senyum dengan tangan memberi salam.
Masih terlihat sama saat seminggu kemarin aku keluar dari komplek.
Yaa, sudah seminggu ini aku mengisolasi diri didalam rumah.

 Ada tanya keheranan ke suamiku, "Kok jalanan masih ramai saja?".

 Orang orang juga hanya satu dua yang mengenakan ,masker, beberapa muda mudi malah masih cekikikan di atas motor yang mereka naiki.

"Mereka terlalu cuek dan perlu dikasih pengertian", itu saja jawab suamiku.

Seketika terbersit keinginan ke pasar kaget sebelah, yang hanya ada 3 atau 4 gerobak sayurnya, lumayan aman daripada ke pasar modern yang harus bertemu dengan banyak orang

Suasana masih lumayan se[i.
Hanya beberapa ojol, tukang sapu, tukang parkir dan beberapa penjual gerobak menyiapkan dagangannya.

Masih dengan masker yang menutupi hidung dan mulutku, aku turun menuju lapak sayur yang sudah ada.

"Kenapa tidak kau pakai maskernya?", celetuk tukang ojek ke tukang sayur dihadapanku.

 "Lupa, susah napas, ha ha ha," jawab si tukang sayur sembari terkekeh.

Aku toleh kanan kiri, ternyata ada sekitaran 10 orang disitu, cuma aku yang pakai masker.
Berarti mereka sedang mentertawakan aku.

Ya weslah, mau gimana lagi.

Namun ini membukakan sedikit kungkungan ketakutanku, bahwa diluar sana banyak yang masih membutuhkan oksigen segar untuk hidup mereka terus berjalan.
Entah yang mereka hirup bersih atau tidak, tak mereka pedulikan.
Anak istrinya dirumah lebih membutujkan sesuap nasi daripada harus setiap hari hanya disuguhi berita-berita orang berduit yang satu persatu berguguran.

 Entahlah, sekilas itu yang kupahami didepan mataku.

 Ada penyesalan, kenapa si Mpok kusuruh istirahat, akankah kaki tangannya pegal- pegal karena harus libur menyapu, mengepel, memasak dan naik turun tangga sampai setengah harinya?. Terbayang kegiatan itu nantinya beralih kepundakku, mulai hari ini dan masih 2 pekan lagi kujanjikan semua akan normal kembali.
Ufttt...

Tiba-tiba aku memahami, kenapa si mpok tertawa saat aku tawari opsi untuk meliburkan dirinya dengan alasan dia paling resiko karena harus pulang pergi naik KRL.

Sudah terjadi.
Tak mungkin kucabut kembali masa liburnya, setidaknya untuk dua pekan yang kujanjikan. Bismillah. Untuk keadaan lebih baik lagi, in sya Allah.

Sabtu, 21 Maret 2020

DESINFEKTAN

Sebenarnya nggak ingin ikutan panik, namun setiap kali pingin cuekin hape, adaa saja yang menggelitik buat nemgok update berita yang ada.
Dasar Emak-emak, mungkin sudah wajar kalau selalu gerah melihat brita dan gosip simungil corona yang  terbaru.
Simpang siurnya berita, tips dan trik juga tausiyah singkat berkenaan dengan ini, terus terang memusingkan, apalagi kalo sudah adrenalinku terpancing.
Tak hanya berita, terkadang pustingan mengambil potongan hadist, isi ceramah ulama',juga bisa dipelintirkan semaunya yang posting.

Sore ini, padahal dari kemarin sudah kucuekin.
Perihal tips membuat cairan desinfektan sendiri.
Bahannya cukup gampang, secup byclin dan 9 cup air biasa, diaduk dan semprotkan ke seluruh ruangan.

Karena sedikit terbawa hembusan update korban yang meningkat, tiba-tiba aku tergerak membuat campuran yang kemarin heboh digruo WA emak-emak komplek, waduh, mungkin cuma aku sendiri yang belum action ini.

Tanpa mikir apa-apa, kucampur bahan yang ada, dengan menggunakan sarung tangan plastik aku mulai menyemprotkan ke seluruh ruangan, termasuk sofa, kasur, korden juga jendela kecuali lantai, karena aku yakin pasti terasa panas dikulit bila kena injak.

Setelah selesai, sepertinya baik-baik saja.
Selang beberapa saat kemudian, waduh, rasanya mulai sesak nafasku.
Buru-buru lari kekamar yang kebetulan karena ada adek, jadi tidak kusemprot.
Kututup jendela dan pintu, masih saja kamarku terasa pengap dan berbau byclin.

Waaah....ada yang salah ini...
Buru-buru ku buka WA grup sebelah, ternyata ada sanggahan dan koreksi dari tetangga yang kebetulan seorang dokter, bahwa pemakaian byclin kurang bagus, karena selain daya uapnya rendah juga nanti akan meninggalkan residu hypocloritte yang akan menempel lama di permukaan kain, sofa juga peralatan dapur.
Untuk yang sensitif seperti aku, tentunya akan sangat mengganggu karena baunya lumayan lama hilangnya.

Langsung kusambar lap bersih, kulumuri dengan sabun cair, segera kulap semua yang tadi kusemprot.
Hadeh.... mengungsi deh selama beberapa jam ke teras, menunggu hilang baunya dari seluruh ruangan, apalagi kamar.

Ada-ada saja...
Tapi it"s Ok sih...namanya eksperiment..
Maunya takut kehabisan stok dan memang sekarang bener susah mendapatkannya, juga tergiur lebih murah dan hemat...
Juga, tidak semua orang sesensitip aku, mungkin Mak yang lain enjoy aja menghirup bahan pemutih ini, serasa dikolam renang, katanya... wk wk...

Boleh dicobain kalo ada yang mau....