Selasa, 29 Desember 2009

Teman Curhat

Belajar dari respon anak terhadap tindakan kita


Memahami kemauan anak adalah tugas sangat berat bagi orang tua. “Sifat yang serupa bertolak belakang” agak nyerempet sedikit dengan teori salah satu bidang study Ilmu Pengetahuan, kira –kira berkaitan tidak ya?…. Begitulah kesimpulan yang saya ambil belajar dari pengalaman memahami watak dan perilaku si kecil.
Kasus sederhana saya ambil dari sejam belajar bersama anak membahas materi matematika. Walaupun musim liburan sekolah, saya menganjurkan anak sedikit membuka buka buku pelajarannya tapi bukan belajar, hanya sekedar membolak balik halaman sambil berusaha mencari sesuatu yang bisa menarik perhatiaannya, mulai dari gambar2 yang ada atau sekedar istilah lucu dan unik dari kata kata yang tertulis disana. Dari hal –hal yang unik dan menarik tadi, saya berusaha sebisa mungkin membawanya ke isi materi yang ada. Bukan perjuangan mudah memang, apalagi kalau anak mulai curiga dengan maksud orang tuannya membolak balik buku pelajaran. Bukankah waktunya hari libur? Untuk apa harus belajar?

Sejam dengan anak dalam situasi yang setengah serius bisa berubah menjadi ajang pertengkaran, begitulah saya menamakannya, apalagi kalau bukan bertengkar jika suara sudah sama2 nada tinggi dan saling mempertahankan pendapat masing- masing.
Banyak koreksi dari orang tua lebih diutamakan daripada mengoreksi prilaku anak, orang tua lebih bisa diajak kompromi, lebih bisa berfikir dan memang orang tualah yang harus bisa memahami jiwa anak.Ini tips bagi orang tua yang ingin belajar, dan menginginkan anaknya lebih bisa meringankan tugas orang tua, lho kok...
Memang hubungan antara anak dan orang tua sebenarnya saling menguntungkan, jika anak lebih dekat akan berimbas kepada kedekatan emosi dan kasih sayang, dan jika demikian hubungan akan lebih terbuka, lebih menyenangkan, dan kita bisa memanfaatkannya untuk memantau perkembangan anak.
Keterbukaan membuat anak lebih bisa mencurahkan isi hatinya, sedikit demi sedikit kita bisa menanamkan nilai-nilai yang kita anggap perlu untuk bekal si anak besar nanti tanpa perlu menggurui apalagi memaksa. Kedekatan yang demikian bisa menjadikan anak pribadi yang penuh percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab karena merasa dipercayai oleh orang tuanya.
Ada beberapa tips lagi yang semuanya berdasarkan pengalaman penulis mengamati polah tingkah buah hati , tentunya dengan pasang surut kadar kejituannya. Apa salahnya di coba..
1. Jangan jadi juragannya.
2. Jangan over protective trhdp anak, bisa jadi dia tidak mandiri.
3. Anggap anak lebih pinter dari kita ( Eits.. jgn kelihatan tidak pinter lho ya..)
4. Jangan pernah membanding2kan dengan yang lain, menyakitkan kayaknya..
5. Jangan mengorek hal2 yang dianggapnya pribadi, cari tau dengan cara lain, dengan menempatkan kita sebagai teman adalah solusinya.
6.Jangan terlalu banyak memberi contoh pengalaman pribadi kita di masa lalu, sepertinya dua tiga kalinya menjadi hal basi baginya.
7. Jangan menduakan hati, artinya jika anak sedang membutuhkan perhatian kita, sebaiknya kitapun harus fokus kemasalahnya, tinggalkan sejenak aktifitas kita untuknya. dengan begitu anak akan lebih mudah menempatkan kita sebagai sahabat terdekatnya.
8. Jangan memotong pembicaraannya atau cerita2nya, bersabarlah untuk menjadi pendengar terbaiknya.
9. Jangan mencela selera pribadinya, carilah cara yang lebih halus bila itu benar2 selera yang nantinya akan membuatnya malu didepan teman2nya, baik masalah baju, pembicaraan konyol ataupun makanan.
10. Ternyata menjadi sahabat anak yang bisa dipercaya bisa menumbuhkan gairah untuk menjadi seorang ibu yang lebih baik lagi.
Yup.. selamat berjuang menjadi ibu yang berhasil mengantarkan anak meraih mimpinya.

1 komentar:

ayah ihsan mengatakan...

Satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah kesabaran.
Sabar menghadapi tingkah pola si kecil yang semata wayang.
Ada kalanya sifat manjanya keluar lebih menonjol.
Disinilah peran orang tua sangat penting, bagaimana memberi perhatian yang lebih demi kemandirian dan membangun pola fikir si kecil, bukan memanjakan.
Bila kita terlalu memanjakan berarti mengikis pelan2 kemandirian si kecil, inilah yang mesti dihindari