Jumat, 18 Desember 2009

Setengah Mati Rasanya!

Gerombolan jambu yang ranum didepan rumah tak kunjung habis, padahal sudah dipanen berulang kali.Heran juga, andaikan jambu air Gelas atau jenis lain yang manis, mungkin tak perlu berbagi dengan terlalu banyak orang ( ketahuan pelit nih). Jenis jambu ini kecil, bergerombol banyak banget, warnanya merah ranum, kalau sudah berwarna keunguan, aduhai bikin air liur menetes.Siapa sangka rasanya masem banget, membuat gigi terasa ngilu. Orang biasanya memakannya sebagai Rujak buah bersama Mangga muda, Belimbing, Bengkuang dan Nanas.Siapa kira-kira yang hamil muda ya?.. pasti pas kalau mereka sedang mengidam rujak.
Gerimis kecil tiba- tiba membuyarkan pengamatanku terhadap si Jambu, teringat anakku yang hari ini adalah hari terakhir ujian EHB disekolahnya, semoga dia bisa mengerjakan so'al ujiannya dengan baik.Tak banyak yang aku harapkan mengingat untuk membaca pelajaran saja butuh dua jam pemanasan melihat deretan acara TV, SpongeBob, Avatar, Momon dan lainnya, satu jam berikut jadwal catur dulu. Selesai catur barulah melihat lembaran buku pelajarannya, tak sampai setengah jam sudah terdengar "finished"..Walah... sudah rampung bener tuh...Mau dilanjutin belajarnya? alhasil satu jam kedepan adalah peperangan antara mama dan anakkya. He he..begitulah.

Tumbuh sebagai anak yang extra manja, membuat dia kerap lolos dari berbagai aturan harus belajar, harus mandiri dan keharusan lainnya.Mungkin itu yang ada dibenak sebagian orang, namun untuk yang pernah satu sekolah, satu gang perumahan dan satu genk pertemanan sedikit banyak memahami karakter anak semata wayangku. Bukan anak yang jenius di matematika atau science, tapi dia adalah anak yang punya wawasan jauh terhadap science terutama. Tak hapal perkalian walaupun deret 2 sekalipun, tapi untuk menghitung deret perkalian itu tidak lah terlalu lelet banget.Untuk menghapal bagian-bagian penting IPS, PKN dan agama rasanya buat dia adalah beban yang teramat berat.
Sebagai seorang ibu, ingin memang melihat anaknya menjadi yang terbaik.Tapi kasih sayang kami melebihi dari sekedar mempunyai anak yang bisa membanggakan orang tuanya, kami ingin anak kami bangga dengan dirinya, dan cukuplah orang tua mendapatkan bonus dari apa yang telah diperolehnya. Mungkin benar juga ungkapan kami lebih kepada karena fakta yang terjadi adalah nilai kemampuan anakku yang menurut standar pintar masih belum cukup, tapi aku yakin sekali anakku pintar.Keyakinan seorang ibu yang tahu setiap saat perkembangan berfikirnya, yang orang lain tak tahu.Disaat anak anak yang lain mengeluarkan bocoran nilai ulangannya, anakku dengan bangganya duluan menjawab " aku dapat 70", hebat oi..", temannya yang lain dengan datar menjawab, "cuma salah satu tante, jadinya mendapat 90", "Aku dapat 100 Te, IPS dan Agama juga " sela yang lain lagi. Waduh..kasian melihat ekspresi anakku. Nilai 70 yang begitu dibanggakannya, diperoleh dengan perjuangan berat semalaman dengan menyisihkan waktu-waktu terbaiknya ternyata dianggap sepele dengan jatuhnya pamor perjuangannya. Oh.. anakku, mama dipihakmu, ujarku di hati.
"Mama...mama.." Oom satpam sekolah sudah berdiri didepan pagar rumah, mengantar jagoanku pulang sekolah. Basah kuyup seluruh seragam dan tasnya, padahal hujan sudah agak lama berhenti.Pastilah main hujan-hujanan di sekolah.Untungnya ujian telah usai sehingga tak jadi masalah berat bagiku untuk terlalu banyak bertanya lagi, " terima kasih Pak " ujarku ke Satpam tersebut.Kurenggut tas yang disodorkan si Oom, " kapan2 biar dibawa sendiri tasnya Pak". Memang kebiasan kecilnya membuat harus diperingatkan lagi.
"Ayo mandi dan keramas dulu Say, biar tidak pusing setelah kena air hujan " pintaku.Selesai mandi dan keramas biasanya kami mengobrol sebentar di atas tempat tidur. Pura - pura minta waktu melepas kangen setelah seharian sekolah, berusaha dengan sabar dan hati2 kukorek cerita2 lucunya disekolah sambil biar aku tahu juga kira- kira bisa tidaknya dia mengerjakan ulangannya.Kalau temannya yang lain pastilah tidak sehati-hati diriku untuk sekedar tahu kegiatan disekolah, dari mulai ulah teman yang usil, guru yang galak atau cerita ala ABG anak2 SD yang sudah mengenal pubertas. Lucu lucu cerita yang aku dapat dari sesama ibu2, tapi tetap bukan dari mulut anakku sendiri.Kali ini aku harus bisa mengoreknya.
"Nanti dulu Mama..Aku ada cerita yang membuat mama bisa kaget" katanya, cepat2 aku ambil posisi mendengarkan, ada apakah gerangan, tak perlu repot- repot merayu ternyata ada juga yang mau diceritakan, apalagi bisa membuat aku gembira.Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk dan mengelapnya, kemudian menyelimutinya dulu, aku mendengarkan anakku dengan seksama. " Aku setengah mati rasanya Ma,tadi Teacher Indah memberitahu bocoran nilaiku,katanya Math nilainya 82,Science 90". "Alhamdulillah... jawabku senang. Tidak sia- sia dong belajarnya.. " Ternyata aku tertinggi kedua setelah Farhan, Yes ternyata aku bisa mendapatkan nilai 90 " Ulangnya entah untuk yang keberapa kalinya sampai sang ayah pulang pada malam harinya."Semoga suamiku memberikan apresiasi yang setimpal dengan kegembiraan anaknya" pintaku dalam hati.
Benar juga, begitu ayahnya datang, tak karuan luapan kegembiraan mereka. Momen penting yang sangat jarang didapatkannya yaitu bisa memperoleh nilai tertinggi sepanjang sekolahnya sampai grade 4.Luapan ekspresi yang terus terang membuatku terharu, oh.. anakku ternyata untuk memperoleh nilai 90 adalah prestasi hebatnya saat ini. Senyum mengembang senantiasa ada dalam langkah riangnya hari ini, benar juga, ternyata memperoleh prestasi rasanya setengah mati senangnya.. setengah mati pula aku dan suamiku merasakan kegembiraan melihat jagoanku bahagia.Kegembiraan yang hanya milik kami sekeluarga.
Prestasi anak tak hanya didapat dengan sandang juara atau berapa banyak piala yang diperolehnya. Macam karakter anak sekarang menjadi pertimbangan bahwa semua anak adalah juara.Ini yang membuat sekarang bermunculan sekolah- sekolah yang lebih mengedepankan multiple Intelegent siswanya. Beruntunglah anakku ini memperoleh pendidikan yang tidak melulu mengejar kompetisi. Namun dilihat secuil kisah ekspresif tadi,tidak mungkin juga menghilangkan jiwa kompetensi anak, bahwa bisa mengalahkan saingannya adalah hal yang terindah, menjadi yang terbaik adalah impiannya. Wadow.. menjadi pe er para guru didik membuat anak sebagai juara dimasing2 keahlian yang dimilikinya.
Hari ini adalah terindah bagi anakku sepanjang perolehan nilainya disekolah, semoga bisa membuat dia lebih bersemangat lagi dalam belajar. Setiap perolehan nilainya sebenarnya adalah prestasinya juga mengalahkan segala godaan meluangkan waktu sejenak untuk belajar. Menjadi prestasi terbaik pula kami orang tuanya menjadikannya lebih bergairah mengharapkan lebih banyak pengharapan lagi kedepan. Sungguh harapan adalah cita- citanya kelak, semoga usaha kerasnya bisa mewujudkannya.


Penulis bukan Sarjana Psikolog dan Sarjana Pendidikan, masih banyak koreksi yang penulis harapkan dari pembaca di dua bidang tersebut

2 komentar:

Anonim mengatakan...

He he... pasti nanti jadi tambah pintar tuh..

vie mengatakan...

.. buatku.. kebagiaan anak adalah utama.. perjuangan kita.. membuatnya berkembang sempurna dg segala potensi dan kemampuannya adalah tanggung jawab kita orang tua.. Ttg prestasinya bagaimana ..? itu adalah bonus dari sang pemilik sejatinya.. so.. mari kita fokus utk membuatnya senantiasa bahagia.. dan berkembang dg sempurna selepas itu.. serahkan pada ahlinya... hehe..