Kamis, 17 Desember 2009

Ah.. Anak Baru Satu Kok Ribet..

Setengah curhat

Tak banyak kesibukan, itu kira- kira yang membuat banyak sekali angan2ku lenyap terbang entah kemana. Berijazah Sarjana Teknik Sipil dengan nilai Cumlaude dan julukan selalu Juara dari SD sampai Sarjana, membuat aku agak sensitif menanggapi setiap permasalahan yang aku hadapi. Bukan tak sanggup menghadapi, tapi lebih ke bobot masalahnya yang jauh dari masalah sang mantan Juara atau seorang Sarjana Teknik.

Dulu, tak banyak keluhan, mungkin karena keterbatasan sarana komunikasi. Bagaimana bisa ku tahu, Hp saja tak punya apalagi seperangkat komputer. Kesibukanku hanya mengurus si Jagoan kecilku yang terus terang banyak sekali tingkahnya, keingintahuannya dari hal2 kecil semasa kecil sampai sekarang beranjak umur 9 tahun kuakui agak berbeda dengan anak seusianya. Memang tak banyak yang tahu keistimewaan anakku, karena dia jauh dari label prestasi yang pernah aku punyai, tapi dibalik keengganan dia untuk show off angan2nya penuh dengan kreatifitas yang mungkin orang lain tak banyak tahu.


Aku mengeluh di suatu situs jejaring sosial tentang anakku yang ingin merakit robot sendiri, tak banyak yang tertarik atau mungkin percaya, dalam bayangan mereka pastilah robot mainan atau ada juga yang gampang menyarankan "les aja lah..." simple memang solusinya kalau anak mereka adalah anakku. yah.. gak bakalan mungkin la yau...

Anakku adalah tipe anak yang serba ingin tahu, gemar mencari tahu, gemar mengoleksi buku yang menurut dia akan menyelesaikan pe er keingintahuannya, kurang percaya terhadap orang lain ( akibat dia selalu ingin mencari tahu jawaban dengan caranya sendiri ) suka bosan terhadap sesuatu yang tidak memberikan hasil secepatnya, dan ingin selalu melihat ayah dan mamanya jadi yang terbaik dan serba bisa. Ya Allah... sederet prestasi di masa lalu ternyata hanya masa lalu bagi anakku...seandainya dulu aku punya handycam atau minimal foto- foto usang yang mengabadikan semua prestasi itu.. masa lalu memang hanya masa lalu..

Inilah kasus sensitif yang menjadi problemku. Untuk memenuhi keingintahuan anak yang nota bene beda jauh segala pemikiran, permasalahan dan fasilitas yang menunjang saat ini menjadikan kita sering dianggap tidak lulus sekolah oleh anak kita ( Ups... bukannya terdakwanya adalah penulis sendiri .. ).Menjadi tertantang ! itu kalau dalam separuh capek setelah membereskan rumah, mencuci baju dan memasak, adalah pe er, kalau anakku menganggap aku tidak bisa, harus segera malu, kok sampai kalah sama anak!. Sedangkan seperempat jam kedepan, setelah meluruskan kaki sejenak menengok acara TV dan kemudian teringat masih ada menu yang tertinggal dan itu adalah pesanan anak seusai pulang sekolah, teringat setrikaan yang belum selesai, separuh segera berubah menjadi capek full maka berubah pula tantangan itu menjadi sindiran halus bagiku yang begitu mengena jauh di hati... wah.. benar benar tersiksa...andai ada yang tahu isi hatiku. Bak batu yang dilemparkan... bunga yang lunglai perlahan jatuh ketanah...mata yang redup tak mampu menahan kantuknya... ah... tidur ajalah kalau begitu..Hiks...

Ada obatnya sekarang, tersedianya komputer sejenak membuat kegirangan merona di wajah seorang ibu ini, mengenali google, twitter, facebook,chatting dan lain sebagainya teman maya, membuat mata terbuka, masih ada jalan untuk mengulang kesuksesan masa muda, eh ..memang sudah tidak muda ?...Ternyata pasien ibu ibu banyak juga, walaupun terkadang mereka tidak sevulgar diriku menyatakan aku kalah sebabak dari anakku, dari teman2ku tapi setidaknya aku tahu merekapun ada yang senasib, kalau ditanya takkan ada yang mengaku.

Apakah sudah menemukan jalan sampai detik ini ? jawabannya adalah belum. kasian deh... Komputer yang sejatinya menjadi teman baruku tak luput juga merebut perhatian si Jagoanku dan itu artinya permasalahan bertambah satu ? dua ? eits.. tambah banyak!. dua kali klik kupahami, anakku satu klik sudah tahu. Ya Allah.. terima kasih Engkau beri aku anak yang pintar, tak apa lah aku ini menjadi mama yang kurang pintar menurut anakku, aku tak akan mengeluh ( bener nih..) maksudku aku tak berusaha mengeluh di hadapanMu, benar kan aku tak pernah mengeluh begitu ?? hanya Engkau Yang Tahu...

Belajarlah selagi engkau bisa... kata salah satu teman, menanggapi keluhanku. Sesendok air hangat menyentuh wajahku, agak panas.. Ups wajahku memerah sepertinya... malu?? sedikit...Bagaimana tidak malu, dia menyebutkan sederet nama anakya, seabreg kegiatannya, usahanya dan... aku tidak lagi membacanya... bukan lagi malu yang kurasakan, tapi iri, dengki dan ... andaikan aku ada dilingkungan ibu ibu penggosip, pastilah buru2 aku mendaftar menjadi anggotanya, biar ada teman, ada yang menghibur, ada yang masih bisa melihat sisi baikku yang sedang terpuruk karena secara tidak langsung terledek ( aih.. bahasanya ..) punya anak satu kok ribet amat....

Apa yang harus aku lakukan... teriakku. Pelan- pelan aku meluapkan emosiku ke suami, duh.. diapain suaminya bu??.. gak apa apa kok, itulah untungnya punya suami yang sabar. Menggebu aku menceritakan kehebatanku dulu ( ah.. dulu lagi ) basi..dan mungkin sudah basi pula bagi suamiku, mungkin juga sang pendengar setia juga faham aku sedang kebakaran jenggot dengan para pesaingnya. Terus, apakah hanya demikian solusinya?. take action now ! itu yang sering aku dapatkan dari berpuluh buku yang aku dapat dan koleksi.

Tunggu dulu,Ternyata tak sengaja aku merasakan ada persamaan antara aku dan anakku, gemar koleksi buku.Wah.. ada ide baru nih.. aku berharap bisa menemukan jawaban dari segudang pertanyaan, bukan jawaban dari orang lain.

Andaikan aku seorang psikolog, mungkin dari cerita ini sudah tergambar apa yang mesti aku harus lakukan ( besok, pasti deh, mencari buku psikologi yang cocok dengan permasalahan ini ).Atau mungkin ada yang bisa membantuku dengan sarannya, boleh..

Ada kelegaan yang mungkin bisa menjadi jalan keluarnya, ribetnya anakku bisa aku cari jawabannya dari diriku sendiri, setidakknya apa yang aku rasakan, apa yang aku inginkan mungkin juga menjadi angan- angan dan keinginan anakku. Kesempatan mewujudkan mimpi harus lah terwujud karena ada aku, seorang mama yang dulu pernah kehilangan banyak mimpi2nya karena keterbatasan, karena tak ada yang memotivasi dan mendukungnya.

Orang lain biarlah menjadi diri mereka sendiri, sedangkan aku tak boleh berusaha untuk menjadi mereka. Keberhasilan mereka harus memacuku menjadikan lebih baik lagi. Setapak demi setapak, bukan dengan meloncat apalagi melewati tangga darurat. Ada kemampuandan kesiapan yang harus diukur. Keyakinanku bahwa suatu saat aku tak kan lagi iri dengan keabreg celoteh sahabat2ku, membawa aku sudah bisa mengakhiri tulisanku ini. Dibaca dan selalu dibaca akan membawa semangatku tumbuh secara wajar, sesuai logika dan entah apalagi yang ingin ku sumpahkan pada sederet nama yang banyak berkeliaran didunia maya, penumbuh semangat membara, tapi sungguh bagiku hanya berumur maximal 2 hari, setelah itu, kembali lagi perasaan dilecehkan oleh akibat emosi yang meluap kalah dari tantangan dan ternyata tertipu lagi dengan rayuan "take action Now ! ah... balada seorang ibu yang bingung mencari penghasilan tambahan...( lho kok...banyak yang dilatar belakangi begitu kan..).

Akhirnya, Alhamdulillah.. Allah memberikan satu anak buat kami, pasti ada hikmahnya. Apapun nanti Insya Allah mama dan ayah akan berbuat terbaik untukmu. Untuk sahabat2ku, ternyata sedikit sindiraanmu yang tanpa sengaja memberikan gairah hidupku berwarna, semoga persahabatan kita bisa abadi. Saling memahami, mengkritik juga bisa menjadikan persahabat kita lebih berarti. Untuk suamiku, bersabarlah menghadapi istrimu ini...





Dipagi mendung, sambil menunggu jagoanku pulang sekolah

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Banyak anak atau tidak, Allah sudah memberikan yang terbaik tentunya.. semoga banyak hikmah yang bisa diambil.