Jumat, 17 Juni 2011

Menjelang Bagi Rapor

Dari kemarin-kemarin anakku sudah banyak berdo'a agar naik kelas, bahkan di depan Ka'bah kudengar do'a itu disepanjang thowafnya.

"Nanti kalau aku tidak naik kelas, Mama jangan marah ya?" katanya suatu ketika.

"Ya nggaklah...Yang Mama takutkan adalah kalau anak mama jadi malu..."

Tiba-tiba ada telepon dari sekolahnya, padahal hari sudah menjelang asar.

"Ibu....saya Bu Ery, wali kelas ananda, ini baru saja rapat guru membahas kenaikan kelas. Nilai PAI ananda dibawah KKM, Bu...terutama Al Qur'an Hadist. Kami memberikan kesempatan agar nilai ananda bisa diperbaiki, mengingat nilai PAI harus berada di atas nilai KKM agar ananda bisa naik ke kelas 6."

Agak lemeees.....mengingat malam sebelum ulangan mata pelajaran itu...

"Materinya Al Buruj, terjemahan dan keterangannya ( ada di buku catatan ), hukum mim sukun dan khulafaur rosyidin." aku membacakan kisi-kisi yang sudah diberikan, "Hafalan sama Mama yuuuk...pasti sudah hafalan dikelas kan?."

"Itu bukan dihafalkan, Mama...... difahami, lagian materinya nggak ada di buku catatan.."

"Kok bisa nggak ada di catatan?...di juz amma kan lengkap say..tinggal dihafalkan disitu sudah cukup, sama saja..." kataku sambil melihat buku catatannya. Yang ada memang nggak sampai sehalaman, keterangan dan hikmah diturunkan surat Al Buruj, surat ke 85 itu.

"Lho, kok belum diajarin sudah masuk ulangang? apa sudah ditulis, terus nggak mencatat kali ??" tebakanku membuatnya sedikit marah.

"Mama jangan menuduh dong...! memang segitu aja yang diajarkan..."

"Ya sudah..., hafalan juz amma saja.." sambil kusodorkan terbuka surat Al Buruj.

"Nggak dihafal, Mamaaaaa....susah sih ngomong sama Mama, di   fa   ha   mi... bukan  di  ha  fal...!" jawabnya sudah dengan nada tinggi.

"Namanya besok ulangan, ya harus dihafal dong...! bagaimana kalau soalnya 'Apa arti ayat ke 12 dan bagaimana bunyinya?.''

"Tau dah...Mama nggak ngerti!" jawabnya sewot, "Pokoknya aku maunya memahami saja, lagian dicatatanku nggak ada! cuma selembar doang, apa susahnya menghafal!"

Aku sudah mulai capek berdebat, ku-ambil juz ammma dan mulai kutanya ayat per ayat. Tentu saja anakku belum hafal. Pasti dikelas belum hafalan surat ini, jika tidak dia akan lancar menghafalnya.
Terakhir hafalan surat pendeknya adalah As Syams lengkap arti dan penjelasannya.
Atau jangan-jangan waktu menghafal surat ini bertepatan cuti sepuluh harinya kemarin.

Agak susah memaksanya kali ini, yang ada difikirannya adalah 'dipahami' bukan 'dihafalkan', ditambah 'dicatatan' buka 'di juz amma'.
"Oh anakku...!" pekikku jengkel. Namun tetap kupaksakan walaupun hari itu penuh pertengkaran kecil.

"Mama pinter, yang keluar tadi ayat ke 12 dan artinya" katanya sepulang ujian.
Kubiarkan dia menyelesaikan ceritanya. Senyum kecil kusembunyikan agar tak menambah rasa bersalahnya.
"Jelas aku nggak bisa, Ma...aku nggak hafal..." lanjutnya cuek.

Aku terdiam, mau menyalahkan apalagi marah juga terlambat!

Mendengar Bu Ery  mau menutup telepon, aku memintanya menyampaikan sendiri berita dan remidialnya, lengkap dengan anjuran menghafal Al Buruj...
Manggut-manggut kulihat saat mendengar telepon dari gurunya, senyumnya terlihat tegang.

"Mamaaa....jangan marah kalau aku nggak naik kelas ya?.." katanya sambil memelukku.

"Memang nggak naik kelas kata Bu Ery tadi?" tanyaku pura-pura nggak tahu.

"Ya jelaslah...kalau PAI dibawah KKM, itu tandanya nggak naik kelas!, Bu Ery nggak bisa bohong..." dia terdiam sesaat, tiba-tiba.."Ha ha ha....aneh kalau aku nggak naik, kan lucu.....ya Ma???"

"Ya iyalah...lucu banget! jelas!" aku juga tak bisa menyembunyikan tertawaku.

"Ha ha ha.....anaaaaaaak!!!! heeeuuuuuuuh sebal!" jengkel plus kasian melihatnya, yang justru tanpa beban menerima berita itu. yang terpikir olehku adalah 'apa dia nggak merasa malu nantinya?'.

"Masih mending Ma...nggak naik ke kelas 6, memang sulit" katanya santai, keningnya masih mengkerut, tegang, "kalau kelas 2, terus nggak naik,itu yang keterlaluan, mudah gitu...., masih saja nggak naik."

"Siapa yang pernah nggak naik kelas 2?"

"Fikri, saudaranya Farel,makanya sekarang sekelas dengan Farel, harusnya sudah kelas 6."

"Ayo,sekarang belajar!, masih diberi kesempatan besok buat remidi kan? berarti bguru masih belum yakin kalau Ihsan nggak naik kelas."

"Tapi...dibaca saja ya?" masih berusaha negosiasi rupanya.

"Masih ngeyel....di ha pa lin!."

"Di pa ha mi,  Mama......"

"Okay....Mama tanyain ke Bu Ery lagi ya?" aku gantian mengancamnya.

"Ya wes!" suaranya benar-benar meninggi. Dengan tersenyum paksa, "Aku baca berulang-ulang kalau begitu!."

"Okay...Mamananti tanyain satu satu ya...?, bayangin kalau nggak naik bener, lucu lho....." aku menggoda, memancingnya tersenyum.

"Ada syaratnya..." pintanya juga mengancam.

"Apa?...boleh, asal nggak aneh-aneh."

"Gampang, Mama pasti setuju"

"Terserah, asal cepetan belajar, keburu mengantuk!" jawabku mulai nggak sabar.

"Kalau aku berhasil naik kelas, Mama dan Ayah harus membelikan 10 piring batagor!"

Tidak ada komentar: