Kamis, 24 Maret 2011

Mimisan ( epistaksis )

Tumben, padahal sudah hampir dua tahunan kebiasaan mimisan itu tidak muncul lagi. Kalau dulu lumayan sering dia mengalami hal itu.
Duuh, kasihan juga melihat darahnya lumayan banyak..

Sebelum berangkat sekolah dia mengeluh pusing, suhu tubuhnya juga hangat, tidak sehat. Kebiasaannya main komputer seminggu terakhir ini meningkat, pe er dan belajarnya yang lumayan malas jadi tambah malas.
Geregetan dan jengkel melihatnya, tapi dari pada melihatnya main bola sampai mandi keringat, ªku lebih sreg melihatnya duduk main game.

Tapi, dengan kebiasaannya itu dia seperti tak bersemangat, pemarah dan sering mengeluh pusing.

Semalam..

"Ma, pusing!, nggak usah belajar ya?"

"Nggak belajar gimana?, main game aja nggak pusing, kenapa belajar pusing?" ªku menyodorkan buku pelajaran, "Ayo, belajar dulu...!, stop komputernya..besok lagi...!"

Dengan uring-uringan dia menutup akun fbnya, belajar secepat kilat dan segera beralih ke tv langganannya.

"Udah malam... Tidur, istirahat!, kasihan matanya capek!"

"Mama kejam!, lihat tv saja nggak boleh!, jangan maksa-maksa gitu sih!"

"Kan sudah jamnya tidur...!" jawabku mengakhiri perdebatan.

Pagi tadi...

"Kok masih pusing ya Ma?", sebenarnya ada pe er sih.. Tapi teman-teman banyak yang belum mengerjakan kok" katanya sehabis mandi.

Kupegang jidatnya, panas sekitar 37,5 derajat.

"Minum obat lagi ya?, nanti jangan main dulu, pake baca-baca saja.." pesanku sebelum berangkat.
Tuduhanku pusing masih seputar pe ernya.

Pulangnya, langsung melempar tasnya dan menghambur ke sofa, tiduran.

"Kenapa? masih pusing?"

"​Î​Ɣ‎âä sih.." jawabnya lemas. Semenit kemudian, dia terlihat segar dan.."Main komputer ya?"

"Jangan dulu...!, makan dan minum obat, terus tidur...!", ªku mengambilkan makan siang dan sepiring martabak pesanannya pagi tadi.

"Habis makan ªku nggak mau tidur!" tangannya meraih martabak, satu persatu dilahapnya. Hampir separoh sudah masuk mengisi perutnya.

"Sudah tidak pusing lagi" katanya, terlihat sehat, kulihat matanya masih sayu.

"Cepet banget...kasihan matanya kecapekan habis sekolah, main komputer terus-terusan.., harus istirahat!"

"Tadi ªku bohong, bilang pusing agar tidak les bahasa Inggris, padahal nggak pusing" ungkapnya mengaku. Kecurigaanku memang mengarah kesitu.

"Tidur...! Matanya nggak sehat tuh..kelihatan.., nanti malam jadwal les juga kan?, nggak usah masuk dulu"

"Aih... Nanti janjian mau main bayblade di tempat les, masuk les pokoknya..!"


"Naah, kalau begitu tidur dulu.." jawabku menemukan solusi.

Anakku segera menuju kamarnya, biasanya kalau siang ªku harus menemaninya sampai benar-benar terlelap, kalau tidak acara tidur siang akan gagal.

Baru saja kuhidupkan AC, dia berteriak, "Ma, mimisan!".
Darah segar mengalir dari dua jarinya yang mencoba menahan lubang hidungnya.
"Tekan sebelah sini!, jangan ditutup lubang hidungnya ya..! ªku mengarahkan salah satu jarinya.

"Pakai duduk sayang... Mama ambil tisu dulu.." bergegas kuraih tisu, ku ambil beberapa lembar, kugantikan posisi tangannya yang penuh darah, sebelah jariku menekan bagian tengah hidung perlahan, menghentikan pendarahannya.

Lubang hidungnya yang tak berdarah kubiarkan sebagai jalan nafasnya, Masih dalam posisi duduk.
Beberapa detik darah masih mengalir, namun sebentar kemudian pendarahan berhenti.

Kubersihkan bercak-bercak darah disekitar hidungnya. Lumayan banyak.
Kuambil air minum dingin, "Minum dulu yang banyak ya..! sambil kukompres air dingin di bagian tengah hidungnya.

Setelah benar-benar sembuh, kuanjurkan segera tidur. Tak lama kemudian dia terlelap, ªku pun juga.

Sore harinya, badannya masih hangat. Panadol, parasetamol, obat yang biasanya tersedia tinggal setetes saja.
Perutku juga kembung, teringat siang tadi belum makan, segera kutuduhkan maagku kambuh, ªku segera menelan obat maag, setelah makan sedikit tentunya.

Sambil ke apotik, kebetulan menyatu dengan klinik, ªku daftar ke dokter umum. Ternyata dokternya laki-laki, bajuku blus tanpa kancing depan, kuurungkan niat periksa.
ªku mendaftar hanya untuk periksa anakku saja. Cukup kuminta cek tensi darah, Alhamdulillah normal 125/90.

Daftar keluhanku untuk anak adalah; mimisan, panas, dahak yang tidak keluar, gendut badannya, pola mainnya dan mata.

"Selain panas semalam sampai sekarang, dahak dan mimisan, sebelumnya pernah sakit apa?"

"Nggak ada, ya biasanya pusing sebentar, pilek, sudah..." jawabku bingung. Memang anakku jarang sakit, "gendutnya ini lho, Dok, sehat nggak sih?"

Dokter itu malah tertawa, "Memang kalau gendut kenapa Bu?"

"​Î​Ɣ‎âä sih... Tapi Dokter melihatnya sehat nggak sih?" ªku masih belum yakin benar.

"Sehat... bagus malah, dia juga aktif kok, nggak masalah!"

Jawaban yang melegakan, aneh juga ªku panik seperti itu, tapi... Memang ªku merasa agak panikan akhir-akhir ini..
Tak ada penjelasan tentang pendarahan di hidungnya, 'hanya capek saja'

ªku mencarinya sendiri, mimisan / epistaksis adalah gejala yang biasa terjadi pada anak-anak, biasanya terjadi akibat kelainan lokal di rongga hidung ataupun tempat lainnya. Itu bisa disebabkan trauma seperti mengorek hidung terlalu keras, jatuh, terpukul, kemasukan benda asing ataupun iritasi gas yang merangsang.
Selain itu bisa juga akibat tumor jinak atapun ganas, perubahan iklim dan tekanan yang mendadak, juga penyebab lain yang belum diketahui pasti.

Penyakit yang juga disertai mimisan diantaranya jantung, kelainan pembuluh darah (seperti tekanan darah tinggi), kelainan darah (seperti turunnya kadar trombosit), gangguan pembekuan darah, leukimia dan juga infeksi seluruh tubuh (seperti demam berdarah, gangguan hormonal dan kelainan bawaan).

Penanganan mimisan prinsipnya adalah segera menghentikan pendarahan yang terjadi. Jika masih terus menerus tidak mau berhenti harus segera dirujuk ke dokter.
Komplikasi yang terjadi sesudahnya adalah syok dan anemia.
Secara umum mimisan 90 % akan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa menit, asalkan segera ditangani maka komplikasi lebih lanjut jarang terjadi.

Semoga hanya akibat perubahan cuaca dan kelelahan saja...

Tidak ada komentar: