Senin, 11 Januari 2010

Nge'Teh' Yuk...

mari nge'Teh' mari bicara

Ups.. udah Adzan Subuh! cepat melambat aku ambil wudhu, membangunkan suami dan anakku, sholat subuh berjamaah agenda rutinnya. Alhamdulillah tanpa komando rumit mereka segera terbangun.
Dua gelas kopi dan segelas susu coklat biasanya segera aku buat, namun pagi ini kok pingin bikin teh, dari semalam malah, aku ingat apa termakan iklan ya ? enggak juga, memang lagi pingin.
Aroma teh Poci keluar dari uap panas yang sdh bercampur dengan gula rendah kalori, secangkir? ah, kurang..dua cangkir saja, segelas buatku, segelas buat suamiku. Porsi secangkir biasanya hanya sekitar 30 an sendok makan, cukup tidak ya? agak pusing memperhitungkan jumlah sendokan teh dengan uneg uneg yang akan aku bahas pagi ini. Kalau pakai gelas juice kayaknya hanya teh hangatnya yang memuaskan, sementara makna nge'Teh'nya jadi hambar, kebanyakan!.

Rumitnya menyusun kata2 membuat adukan sendoknya melimpah, 2 sendok berkurang, berarti tiga atau lima kalimat terbuang percuma, pikirku, uneg-uneg yang akan kubahas harus berakhir sampai hirupan terakhir teh Poci bikinanku. andaikan ada pisang goreng juga, jadi tambah lama, kira2 kelamaan gak ya?.
Sambil tiduran biasanya kami berbagi cerita, kalau malam, kayaknya enggak sempat, kasihan anak kami, malam adalah waktunya mereka ayah dan anak, sampai anakku tertidur. Mengambil waktu setelahnya sayang banget kalau untuk membahas hal2 yang belum tentu happy ending, jadi pagi hari, ketika anak kami sibuk dengan kartunnya, kami berdua berbagi cerita sambil nge'Teh' bareng, tak pakai adatnya duduk dikursi sambil baca koran seperti kebanyakan, tiduran sambil sesekali meminum teh, itulah kami.
"Tak banyak yang ingin kubicarakan, hanya kira2 sampai tegukan teh terakhir ayah pagi ini" kata pembukaku, sebelum biasanya pembicaraan kami tentang kegiatan dia seharian di proyeknya, atau tentang kegiatan anaknya dan aku seharian dirumah. Sambil memeluk biasanya suamiku mendengarkan ceritaku yang menggebu2. Kalau tentang anak biasanya hanya senyum yang kudapat, dan sedikit jawaban kalau aku tanya sesuatu. Sedangkan kalau ceritanya seputar aku dan teman2ku hanya pelukannya yang semakin erat melingkar ditubuhku.Tak ada kata yang terucap.
Suamiku, inilah yang ingin ku bahas, "pelukanmu", pikirku.Tapi akan kumulai dari mana? Ternyata dia menghabiskan tehnya sekali teguk, tanpa perlu berulang kali tegukan, aku harus bagaimana? sementara aku juga semakin dalam dalam pelukannya. Akankah aku katakan "jangan lagi kau peluk aku?" atau, "jangan sering2 memelukku", atau.. "aku tak ingin pelukanmu"..ah rugi sendiri kayaknya.
Mengapa laki2 selalu tak ingin menunjukkan kekhawatirannya terhadap istrinya, padahal aku merasakan dalam pelukannya dia tak ingin melepaskannya, apa sedikit kege-eran ya?? khusnudzon adalah pilihanku untuk menjawab andaikan ada pertanyaan ini.
Berbeda dengan perempuan yang selalu ingin menyelidiki apa yang suami lakukan diluar rumah, tak perlu memungkiri tabiat ini, sudah umum kayaknya...
Namun diluar semua kebiasaan itu,sedianya aku minta kau sisakan seteguk air teh mu untukku berbicara, esok bolehlah, sekarang aku tulis konsepnya dulu, agar aku tak kehilangan waktumu lagi, kira2 begini; "aku suka pelukmu ^-^, tapi sesekali ucapkanlah kata-kata yang menyejukkanku yang membuatku tahu, bahwa tanpa memelukku pun dirimu sangat mencintaiku". finish!!

Tidak ada komentar: