Jumat, 15 Juli 2011

JAHIT KELILING

Dua kali tertipu membuatkan sedikit hati-hati menggunakan jasa servis keliling, baik jahit celana, tambal celana ( eh ada nggak ya?? ), jahit sepatu ataupun servis perlengkapan elektronik.

Terlihat sederhana dan sepele kerusakannya, namun jika kita terlihat bodoh dan tak tau apa-apa, kita akan termakan kelicikan mereka.
Duh.. Sebenarnya kasihan juga sih.. Penghasilan mereka tak seberapa, namun ada kemungkinan juga, alasan mengapa jasa pekerjaan mereka tak laku karena banyak ŷanğ tertipu, seperti ªku.

Ini cerita soreku..

Menimang 4 lembar celana jeans anakku, masih belum setahun pakai namun pinggangnya sudah sempit dan tak muat lagi.
Sebenarnya sudah kuplaning akan kukasihkan ke adik lelakinya, namun melihat tukang jahit jeans keliling ŷanğ kelelahan didepan pagar, ªku iseng menawarkan pekerjaan, menjahit dua lembar celana harian anakku ŷanğ lobang dibagian lipatan pahanya, 4 lembar celana jeans-nya ŷanğ kekecilan itu, juga sebuah tas sekolahnya ŷanğ juga tergolong baru namun hilang resletingnya sebiji.

Tentu saja Bapak itu dengan senang hati menerimanya. Hari sudah menuju malam, tentunya dia akan segera pulang dan menyudahi pekerjaannya hari ini. Siapa ŷanğ akan menggunakan jasanya pada malam hari di kota ŷanğ sudah kehilangan kepercayaannya pada lelaki asing yang berkeliaran malam?.

Tak kutanya sepatah katapun lagi, ªku sudah nekat menyerahkan celana itu, apapun nasibnya nanti, hitung-hitung meringankan kegalauannya si Bapak.
Entah mau tertipu lagi atau tidak.
Bukan sembarangan ªku menebak, sudah dua kali ªku tertipu.

Ŷanğ pertama saat komporku mendadak menghitam asapnya. Sudah kubersihkan beberapa kali, namun belum juga sempurna bersihnya. Bukan apa-apa, pekerjaan membersihkan asap hitam walaupun tak seberapa lagi pekat, membuatku jengkel setiap harinya.
Antara malas dan tak mau ambil pusing, ªku menelpon tukang servis kompor gas.

Kusodorkan kompor gas singleku. Pak tua itu membersihkannya dengan cara mencopot satu persatu komponennya, mencucinya dan memasangnya kembali. Kulihat dia menambal salah satu gerigi kumparan apinya dengan selembar plat tipis, katanya ada ŷanğ tanggal dan itu penyebabnya asap lebih banyak keluar dari situ dan menghitam.
Mau tau ongkos servisnya? 250 ribu!
Hah! Lebih mahal dari harga komporku. Sejak itu, ªku lumayan rajin membersihkan sendiri komporku.

Peristiwa keduaku adalah saat sepatu reebok bututku terlepas solnya. Mau kubuang sayang banget. Karena ªku sendiri bukan pecinta olah raga maka itu adalah satu-satunya sepatu olah raga ŷanğ kupunya. Mungkin hanya sebulan sekali ªku memakainya, selebihnya, kalau hanya bermain bulu tangkis di halaman rumah, paling-paling ªku hanya melepas sandalku.

Sepatu itu dibeli suamiku saat tugas pertamanya ke luar kota. Dia membelikan sepatu itu sebagai hadiah ulang tahun termahal buatku. Saat itu kuingat harganya sudah hampir separuh gajinya sebulan. Makanya, walaupun butut, ªku tetap menyimpannya. Sayangnya, kali ini solnya tiba-tiba terlepas, mungkin sudah terlalu lembab tempatnya ( eits, terlalu tua, tepatnya).

Sepatuku tak banyak, itu saja sudah hampir butut juga, kecuali sebiji, sepatu hak tinggi ŷanğ kusiapkan untuk acara-acara resmi. Harganya tak ada ŷanğ lebih dari seratus ribu. Kalaupun lebih, itu karena embel-embel discountnya sudah tinggi. Bagiku, seberapapun model dan harganya, selama itu nyaman buatku, ªku akan membelinya sesuai dengan kebutuhanku saat itu.
Itu sebabnya, sepatu butut bermerk-ku itu masih juga tenang berada di rak sepatu.

Kebetulan ada senam bersama di lingkungan perumahanku. Sempat ke mall terdekat untuk membeli sepatu olah raga, namun ku-urungkan niatku membelinya, padahal ªku sudah memilih harga termurah, 40 ribu saja. Mengingat sepatu bututku dan jarangnya pemakaian sepatu olah raga, ªku memilih memperbaikinya saja.

Kebetulan, sore itu ada tukang sol sepatu lewat, segera, ªku memanggilnya. Tanpa banyak bertanya atau berkata macam-macam, ªku menyodorkan sepatuku, dia akan faham dengan sendirinya apa ŷanğ terbaik untuk sepatu itu.
Daripada beli sepatu baru, toh juga jarang memakainya, lebih baik sedikit berhemat.

Sejam kemudian si Bapak selesai mengerjakan tugasnya. Dengan sopannya diserahkan sepatu termahalku itu, "Sudah selesai, Ibu... Silahkan dicoba dulu..!"

"Berapa Pak?" ªku tak mau berlama-lama.

"140 ribu saja" katanya datar.

"Apa??? 140 ribu? ŷanğ benar saja, Pak !!..." kataku sambil melempar agak keras sepatuku.

"Lihat baik-baik, Pak..! Ini, sepatu sudah kumal begini, dijual aja belum tentu laku, makanya saya tambal saja..lha kok ongkosnya muahal banget! Lebih mahal dari ŷanğ baru!."

"Sepatu Ibu merk mahal, jadi ongkos jahitnya juga mahal..." katanya membela diri.

"Ambil saja, Pak.. daripada saya mbayar Bapak segitu!" ªku benar-benar emosi.

***

Duuuuh.. Mengingat peristiwa itu, ªku juga serba salah, mungkin mereka sedang butuh uang banyak, sehingga bertindak curang padaku.

Kugenggam selembar uang ditanganku. ªku berniat tak akan menanyakan apa-apa pada tukang jahit celana itu.
Sudah hampir sejam dia menjahit pesananku..

"Sudah selesai, Bu..ongkosnya perbiji Rp. 2000 , kecuali tasnya agak mahal sedikit. Jadi totalnya Rp 16.000."

Astaghfirulloh.. Ada apa dengan pikiranku??.
Tanpa ragu lagi kusodorkan selembar uang dalam genggamanku.

Tidak ada komentar: