Kami sampai di Muzdalifah. Masih lumayan lengang. Kami bertiga sepakat mencai kapling karpet untuk sekelompok nantinya. Satu orang menjaga karpet diujung yg menhadap jalan, yaitu suamiku, aku menjaga tas bawaan sedang teman yang satunya menunggu di tempat pemberhentian bis.
Setelah beberapa saat, muncul kelompok reguku, satu persatu. Kami bisa berkumpul kembali dalam hamparan karpet merah dalam naungan langit Muzdalifah, berjuta bintang gemintang. Kami bergantian ke toilet yang jaraknya juga tidak seberapa jauh. Namun demikian, ada saja anggota kami yang nyaris tersesat karena bingung arah pulang. Semua terlihat sama, nuansa putih apalagi dalam temaramnya lampu. Yang membuat beda adalah penampakan syal biru kecamatan serpong. Teman dari kejauhan yang salah arah akan langsung terlihat dari tempat kita berkumpul. Akan ada ketua kelompok atau suaminya yang akan menjemput.
Kami menginap tanpa ada pembagian makan di sana, makanan sudah dibagi sesaat sebelum wukuf berakhir. Aku menyisakan sekotak bagianku untuk di bawa ke sini, sementara sekotak makan suamiku sudah kami makan berdua di tenda Arafah. Jadwalnya usai tengah malam kami jam'ah akan mulai antri di jemput ke Mina.
Kami bergegas bersiap, mulai bergerak mendekati jalan raya, tetap dalam barisan kloter 28, paling ujung alias terakhir. Beberapa rombongan terlihat berusaha memecah barisan, menyerobot. Aku membaca kloter 25 yangbeberapa kali kami usir keluar barisan. Beberapa jamaah laki - laki melindungi kelompoknya masih masih agar tak terpecah keluar barisan. Begitulah cara kami bertahan agar tidak ketinggalan jatah bis menuju maktab di Mina. Karena kalau salah bis, kita akan diturunkan jauh dari maktab. Bisa jadi kita akan tersesat diantara ribuan maktab dan tenda Mina.
Menjelang subuh kloter 28 mulai terurai diangkut perkelompok. sampai adzan subuh berkumandang kami masih belum terangkut. Beberapa orang keluar barisan untuk sholat subuh, bergantian. Aku sudah di ujung jalan, jadi memilih untuk sholat di dalam bis saja. Membutuhkan waktu jika harus menerobos antrian mengambil wudhu kemudian mencari tempat kosong untuk sholat. Sementara kalau di bis, aku bia ambil tayamumdan leluasa sholatnya.
Jarak Muzdalifah ke Mina sebenarnya tidak terlalu jauh, karena padatnya lalu lintas, kami sampai ke maktab 46 ketika pagi sudah terang benderang.
Karena padatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar