Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat. Menempati tenda utama kloter 28 JKG yang menampung jama'ah kurang lebih 400 an orang.
Kami lumayan berebut tempat berikut kasur dan bantalnya. Kocar kacir dan sempat terpisah jauh dari suami, karena dikondisikan jama'ah laki dan perempuan terpisah. Kami sekamar berlima berusaha tidak saling berjauhan, namun apa boleh buat, tempat yang tersedia tidak memungkinkan kami tetap berkelompok.
Ya sudahlah, akhirnya kami menempati yang ada saja. Aku masih bersebelahan dengan 1 teman sekelompok, sedangkan yang sekamar denganku justru bisa berdampingan dengan suaminya. Toh hanya semalam saja, maka kami sudah rela dengan situasi ini, yang penting dapat tempat nyaman.
Keadaan tidak berlangsung lama, beberapa orang dari bus berikutnya datang dan tidak kebagian tempat. Mereka serombongan jama'ah KBIH, terlihat dari seragam yang mereka kenakan dan jumlahnya jauh lebih banyak dari rombongan regu mandiri.
Apa boleh buat, resiko kelompok tanpa pendampingan dan tanpa bayar, akhirnya kami yang berjumlah 40 orang dari kelompok 6 kecamatan serpong harus mengalah. Aku sampai dicium beberapa kali oleh ibu lansia yang kupersilahkan menempati kasurku. Masya Allah.
Kami secara simbolik menyampaikan keikhlasan tempat kami diberikan kepada jama'ah yang baru datang. Kemudian kami dibawa oleh ketua kelompok dan petugas haji keluar tenda. Sebelumnya kami memang sudah diarahkan, jika nanti keadaan terpaksa, kami regu mandiri harus nurut arahan petugas. Jadi kami memang sudah bersiap dengan keadaan.
Kami mendapatkan tenda kosong yang ukurannya jauh lebih kecil dari tenda utama. Letaknya berada di dekat toilet dan tepi jalan raya, alhamdulillah terasa plong menemukan tempat longgar.
Kami berbagi tempat bebas sesuai kesepakatan. Kami memilih berpasangan adu kepala dengan pendamping maing- masing. Aku beradu kepala dengan suamiku. Kami bersyukur sekali mendapatkan tempat yang jauh lebih layak. Sepertinya Allah mengasihi kami yang dengan suka rela melepas kasur2 kami di tenda utama ke yang lebih membutuhkan.
Sampai saat dhuhur tiba keadaan berubah. Muncul sekelompok jama'ah lain masuk ke tenda kami. Mereka juga senasib sepertinya, sama- sama jama'ah mandiri yang kehabisan tempat. kami akhirnya membagi tenda menjadi dua wilayah. Tidak mengapa, masih cukup longgar untuk kami.
Beberapa jam kemudian, keadaan berbalik situasi, Muncul kembali serombongan jam'ah yang jauh lebih banyak, beberapa malah sudah lansia dan sakit. Mereka malah mengkalim tenda ini adalah jatah mereka. Kami sempat beradu mulut dan lumayan tegang situasinya sampai sampai ketua kloter 28 turun tangan menenangkan situasi.beberapa orang sampai membawa tali temali, mengukur luasan tenda seperti layaknya orang berebut tanah kaplingan.
Situasi lumayan mereda setelah para karu dan karom masing-masingpihak menenangkan kelompoknya. Disepakati kami berbagi tempat senyamannya, toh hanya semalam dan kami di Arafah datang untuk berdo'a bukan berlibur.
Katering datang sesuai jadwalnya, buah melimpah. Masya Allah. Aku dan suamiku berkeliling melihat padatnya tenda dan para jama"ah. Ada yang antri di toilet, sekedar mengobrol di tepian jalan dan menggelar tikat menikmati udara sore yang relatif masih panas sekali. Aku merasakan semakin sore justru udara dan sengatan matahari meningkat suhunya. Kalau di tenda sejuknya beda, sejuk AC.
Aku berfikir, kapan lagi menikmati padang Arafah di sore dan malam hari. Malamnya kami berdua menyempatkan diri berkeliling kembali menyusuri lorong antar tenda yang seragam bentunya. Sangat wajar jika terdengar berita beberapa orang lansia tersesat tidak menemukan nomer tendanya. Hal yang paling menyenangkan disana adalah membantu beberapa orang yang salah jalan dan kelelahan mengantri di toilet. Biasanya aku akan mempersilahkan mereka menggantikan antrianku atau sekedar berbagi naungan payung juga menyemprot kepala dan wajah mereka dengan air zam - zam.
Melihat wajah mereka sumringah dan bersemangat seperti menemukan kebahagiaan tersendiri. Aku ingat dengan sepasang lansia yang kutemui di jalan, istrinya harus dipapah suaminya yang juga sama rentanya, Ya Allah, tanpa pikir panjang langsung ku sambut si Nenek, kuantarkan ke toilet. Beliau bercerita bahwa dari pagi hari sampe sesore itu belum ada yang mengantar ke toilet. Si Kakek galak, keluhnya. Pantas saja, mungkin si Kakek sendiri klelelahan membawa diri sendiri, apalagi memapah istrinya. Para petugas mungkin sedang membantu jama'ah lain yang lebih membutuhkan.
Selesai ke toilet, aku mengantar mereka sampai ke tendanya, lumayan jauh ternyata. Setelah itu aku mendapatkan ciuman bertubi-tubi dari Nenek. Masya Allah... Semoga mereka dikuatkan sampai pulang kembali ke tanah air.
Siang hari wukuf dimulai. Ada seorang Ustadz di kelompk kami yang memimpin sholat dhuhur dilanjutkan tausiah wukuf dan do'a. Rentang waktu wukuf itu lama, dari dhuhur sampai terbenam matahari, jadi stok do'a harus banyak.
Aku dan suami memilih menyendiri setelah se jam pertama. Ritual do'a dalam satu komando membuat kami kurang khusu', do'a kami adalah dari hati kami sendiri, akhirnya kami sepakat membawa tikar keluar tenda. Di luar tenda panas mencapai hampir 50 derajat. Jalanan lengang, hanya beberapa orang yang berkepentingan ke toilet dan petugas yang terlihat. Kami mencari tempat yang teduh, melawan panas. Tak mengapa asal kami bisa menangis sepuasnya mengeluarkan isi hati ke Allah. Tak lupa aku sempatin mengucapkan selamat ulang tahun ke suamiku, 27 Juni ini bertepatan dengan tanggal kelahirannya.Masya Allah, hadiahnya berlipat buat kami terutama suami. Tak lupa kami berdua saling minta maaf, berjanji akan saling mengasihi sampai surgaNya kelak.
Wukuf berakhir, setelah maghrib kami bersiap menunggu bis yang akan mengantar ke Muzdalifah. Karena tenda kami hanya beberapa langkah dari jalan raya, kami tetap menunggu dari dalam tenda, hanya ketua kelompok yang standby dipinggir jalan menunggu bis. Sementara buat yang tendanya jauh, mereka harus bersiap antri di luar tenda, apalagi yangisi teendanya ratusan orang. Proses antri inilah yang melelahkan apalagi bagi jma'ah lanssia.
Bis kloter 28 tenda utama penuh, hanya tersisa 3 orang lagi. lainnya akan ikut bis selanjutnya. Akhirnya aku dan suamiku yang terangkut plus satu lagi jamaah yang tanpa istri. fix hanya 3 orang yang terpisah dari kelompok 6 Serpong. Bismillah, kami yakin nanti akan ketemu lagi.