Sabtu, 07 Juni 2025

MINA

 Kloter 28  tendanya berjarak 300 meter dari jalan utama  dan 500 meter lagi menuju pintu terowongan Mina. Bagaimanapun posisi kelompok mandiri sedikit tersisih dari jama'ah berbayar / KBIH. Ujian kesabaran dimulai lagi di tenda Mina. Berulang kali berganti posisi akibat beberapa kekisruhan kecil antar kelompok. Awalnya kita nyaman sekasur masing - masing, lambat laun  dua kasur buat bertiga, kayak udang rebus posisinya, he he..Alhamdulillah,  harus banyak legowo dan harus dinikmati keseruan ini. 

kami semua saling menguatkan, meringankan dan selalu penuh canda.Beruntung sekali kami sekelompok rata-rata jamaah yang enjoy dan kompak. Walaupun jama'ah mandiri tapi kami tetap mengedepankan kepentingan kloter dan juga kelompok. Usai beristirahat sebentar dan makan pagi, kami bersiap melempar jumroh aqobah. 

Jumat, 06 Juni 2025

MUZDALIFAH

 Kami sampai di Muzdalifah. Masih lumayan lengang. Kami bertiga sepakat mencai kapling karpet untuk sekelompok nantinya. Satu orang menjaga karpet diujung yg menhadap jalan, yaitu suamiku, aku menjaga tas bawaan sedang teman yang satunya menunggu di tempat pemberhentian bis.

Setelah beberapa saat, muncul kelompok reguku, satu persatu. Kami bisa berkumpul kembali dalam hamparan karpet merah dalam naungan langit Muzdalifah, berjuta bintang gemintang. Kami bergantian ke toilet yang jaraknya juga tidak seberapa jauh. Namun demikian, ada saja anggota kami yang nyaris tersesat karena bingung arah pulang. Semua terlihat sama, nuansa putih apalagi dalam temaramnya lampu. Yang membuat beda adalah penampakan syal biru kecamatan serpong. Teman dari kejauhan yang salah arah akan langsung terlihat dari tempat kita berkumpul. Akan ada ketua kelompok atau suaminya yang akan menjemput.

Kami menginap tanpa ada pembagian makan di sana, makanan sudah dibagi sesaat sebelum wukuf berakhir. Aku menyisakan sekotak bagianku untuk di bawa ke sini, sementara sekotak makan suamiku sudah kami makan berdua di tenda Arafah. Jadwalnya usai tengah malam kami jam'ah akan mulai antri di jemput ke Mina.

Kami bergegas bersiap, mulai bergerak mendekati jalan raya, tetap dalam barisan kloter 28, paling ujung alias terakhir. Beberapa rombongan terlihat berusaha memecah barisan, menyerobot. Aku membaca kloter 25 yangbeberapa kali kami usir keluar barisan. Beberapa jamaah laki - laki melindungi kelompoknya masih masih agar tak terpecah keluar barisan. Begitulah cara kami bertahan agar tidak ketinggalan jatah bis menuju maktab di Mina. Karena kalau salah bis, kita akan diturunkan jauh dari maktab. Bisa jadi kita akan tersesat diantara ribuan maktab dan tenda Mina.

Menjelang subuh kloter 28 mulai terurai diangkut perkelompok. sampai adzan subuh berkumandang kami masih belum terangkut. Beberapa orang keluar barisan untuk sholat subuh, bergantian. Aku sudah di ujung jalan, jadi memilih untuk sholat di dalam bis saja. Membutuhkan waktu jika harus menerobos antrian mengambil wudhu kemudian mencari tempat kosong untuk sholat. Sementara kalau di bis, aku bia ambil tayamumdan leluasa sholatnya.

Jarak Muzdalifah ke Mina sebenarnya tidak terlalu jauh, karena padatnya lalu lintas, kami sampai ke maktab 46 ketika pagi sudah terang benderang.







Karena padatnya 

Rabu, 04 Juni 2025

ARAFAH

Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat. Menempati tenda utama kloter 28 JKG yang menampung jama'ah kurang lebih 400 an orang.

Kami lumayan berebut tempat berikut kasur dan bantalnya. Kocar kacir dan sempat terpisah jauh dari suami, karena dikondisikan jama'ah laki dan perempuan terpisah. Kami sekamar berlima berusaha tidak saling berjauhan, namun apa boleh buat, tempat yang tersedia tidak memungkinkan kami tetap berkelompok.

Ya sudahlah, akhirnya kami menempati yang ada saja. Aku masih bersebelahan dengan 1 teman sekelompok, sedangkan yang sekamar denganku  justru bisa berdampingan dengan suaminya. Toh hanya semalam saja, maka kami sudah rela dengan situasi ini, yang penting dapat tempat nyaman.




Keadaan tidak berlangsung lama, beberapa orang dari bus berikutnya datang dan tidak kebagian tempat. Mereka serombongan jama'ah KBIH, terlihat dari seragam yang mereka kenakan dan jumlahnya jauh lebih banyak dari rombongan regu mandiri. 

Apa boleh buat, resiko kelompok tanpa pendampingan dan tanpa bayar, akhirnya kami yang berjumlah 40 orang dari kelompok 6 kecamatan serpong harus mengalah. Aku sampai dicium beberapa kali oleh ibu lansia yang kupersilahkan menempati kasurku. Masya Allah.

Kami secara simbolik menyampaikan keikhlasan tempat kami diberikan kepada jama'ah yang baru datang. Kemudian kami dibawa oleh ketua kelompok dan petugas haji keluar tenda. Sebelumnya kami memang sudah diarahkan, jika nanti keadaan terpaksa, kami regu mandiri harus nurut arahan petugas. Jadi kami memang sudah bersiap dengan keadaan. 

Kami mendapatkan tenda kosong yang ukurannya jauh lebih kecil dari tenda utama. Letaknya berada di dekat toilet dan tepi jalan raya, alhamdulillah terasa plong menemukan tempat longgar. 




Kami berbagi tempat bebas sesuai kesepakatan. Kami memilih berpasangan adu kepala dengan pendamping maing- masing. Aku beradu kepala dengan suamiku. Kami bersyukur sekali mendapatkan tempat yang jauh lebih layak. Sepertinya Allah mengasihi kami yang dengan suka rela melepas kasur2 kami di tenda utama ke yang lebih membutuhkan.

Sampai saat dhuhur tiba keadaan berubah. Muncul sekelompok jama'ah lain masuk ke tenda kami. Mereka juga senasib sepertinya, sama- sama jama'ah mandiri yang kehabisan tempat. kami akhirnya membagi tenda menjadi dua wilayah. Tidak mengapa, masih cukup longgar untuk kami. 




Beberapa jam kemudian, keadaan berbalik situasi, Muncul kembali serombongan jam'ah yang jauh lebih banyak, beberapa malah sudah lansia dan sakit. Mereka malah mengkalim tenda ini adalah jatah mereka. Kami sempat beradu mulut dan lumayan tegang situasinya sampai sampai ketua kloter 28 turun tangan menenangkan situasi.beberapa orang sampai membawa tali temali, mengukur luasan tenda seperti layaknya orang berebut tanah kaplingan.

Situasi lumayan mereda setelah para karu dan karom masing-masingpihak menenangkan kelompoknya. Disepakati kami berbagi tempat senyamannya, toh hanya semalam dan kami di Arafah datang untuk berdo'a bukan berlibur. 

Katering datang sesuai jadwalnya, buah melimpah. Masya Allah. Aku dan suamiku berkeliling melihat padatnya tenda dan para jama"ah. Ada yang antri di toilet, sekedar mengobrol di tepian jalan dan menggelar tikat menikmati udara sore yang relatif masih panas sekali. Aku merasakan semakin sore justru udara dan sengatan matahari meningkat suhunya. Kalau di tenda sejuknya beda, sejuk AC. 

Aku berfikir, kapan lagi menikmati padang Arafah di sore dan malam hari. Malamnya kami berdua menyempatkan diri berkeliling kembali menyusuri lorong antar tenda yang seragam bentunya. Sangat wajar jika terdengar berita beberapa orang lansia tersesat tidak menemukan nomer tendanya. Hal yang paling menyenangkan disana adalah membantu beberapa orang yang salah jalan dan kelelahan mengantri di toilet. Biasanya aku akan mempersilahkan mereka menggantikan antrianku atau sekedar berbagi naungan payung juga menyemprot kepala dan wajah mereka dengan air zam - zam.

Melihat wajah mereka sumringah dan bersemangat seperti menemukan kebahagiaan tersendiri. Aku ingat dengan sepasang lansia yang kutemui di jalan, istrinya harus dipapah suaminya yang juga sama rentanya, Ya Allah, tanpa pikir panjang langsung ku sambut si Nenek, kuantarkan ke toilet. Beliau bercerita bahwa dari pagi hari sampe sesore itu belum ada yang mengantar ke toilet. Si Kakek galak, keluhnya. Pantas saja, mungkin si Kakek sendiri klelelahan membawa diri sendiri, apalagi memapah istrinya. Para petugas mungkin sedang membantu jama'ah lain yang lebih membutuhkan.

Selesai ke toilet, aku mengantar mereka sampai ke tendanya, lumayan jauh ternyata. Setelah itu aku mendapatkan ciuman bertubi-tubi dari Nenek. Masya Allah... Semoga mereka dikuatkan sampai pulang kembali ke tanah air.

Siang hari wukuf dimulai. Ada seorang Ustadz di kelompk kami yang memimpin sholat dhuhur dilanjutkan tausiah wukuf dan do'a. Rentang waktu wukuf itu lama, dari dhuhur sampai terbenam matahari, jadi stok do'a harus banyak. 

Aku dan suami memilih menyendiri setelah se jam pertama. Ritual do'a dalam satu komando membuat kami kurang khusu', do'a kami adalah dari hati kami sendiri, akhirnya kami sepakat membawa tikar keluar tenda. Di luar tenda panas mencapai hampir 50 derajat. Jalanan lengang, hanya beberapa orang yang berkepentingan ke toilet dan petugas yang terlihat. Kami mencari tempat yang teduh, melawan panas. Tak mengapa asal kami bisa menangis sepuasnya mengeluarkan isi hati ke Allah. Tak lupa aku sempatin mengucapkan selamat ulang tahun ke suamiku, 27 Juni ini bertepatan dengan tanggal kelahirannya.Masya Allah, hadiahnya berlipat buat kami terutama suami. Tak lupa kami berdua saling minta maaf, berjanji akan saling mengasihi sampai surgaNya kelak. 

Wukuf berakhir, setelah maghrib kami bersiap menunggu bis yang akan mengantar ke Muzdalifah. Karena tenda kami hanya beberapa langkah dari jalan raya, kami tetap menunggu dari dalam tenda, hanya ketua kelompok yang standby dipinggir jalan menunggu bis. Sementara buat yang tendanya jauh, mereka harus bersiap antri di luar tenda, apalagi yangisi teendanya ratusan orang. Proses antri inilah yang melelahkan apalagi bagi jma'ah lanssia.

Bis kloter 28 tenda utama penuh, hanya tersisa 3 orang lagi. lainnya akan ikut bis selanjutnya. Akhirnya aku dan suamiku yang terangkut plus satu lagi jamaah yang tanpa istri. fix hanya 3 orang yang terpisah dari kelompok 6 Serpong. Bismillah, kami yakin nanti akan ketemu lagi.








 

BERSIAP KE ARMUZNA



Yang ditunggu telah tiba, saatnya kami bersiap menuju Arafah, Muzdalifah dan Mina. Tepat tanggal ini, kami di sana 26 Juni 2023. 

Beberapa perlengkapan selama tiga harian di sana sudah lengkap seepertinya kusiapkan dari tanah air. Tetapi, Qodarullah, atas kehendak Allah, ternyata aku tidak membawa selembarpun kerudung putih cadangan,  kecuali mukena yang kukenakan saat umroh kemarin. Subhanallah, rada kalang kabut, mengingat hari ini harus ada.

Beruntung beberapa teman sekamar membawa lebih dari 5 lembar kerudung, bahkan ada yang membawa 10 kerudung putih, alhamdulillah. Aku meminjam tiga  kerudung dari mereka.

Kami berkumpul di loby hotel menunggu bus yang menjemput. Bergantian kami dipanggil sesuai urutan keberangkatan, per-kelompok, per-bus.

Lumayan lama prosesnya, karena padatnya arus keberangkatan ke Arafah. Berjuta2 jama"ah dari seluruh dunia mengarah ke padang yang sudah dipenuhi beribu tenda. Kami duduk sambil menjaga kesucian kain ihram yang sudah kami pakai dari kamar hotel. Karena kalau dipaksakan tetap berdiri, lumayan menguras energi. Kamipun tetap mengemil kurma yang sengaja dibawa perkelompok untuk mengantisipasi kelaparan selama proses ini. Roti  dan camilan lain juga sudah siyap di bawa, tikar per kamar dan minuman semampunya jama'ah sendiri - sendiri.

Kurang lebih sejam kemudian, bus kami tiba. 

Oiya, sebelum berangkat pastikan sepuasnya ke toilet dan ambil wudhu kembali ya, karena ini juga menghindari krowdit di jalan dan toilet di Arafah nanti. 

Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat. Menempati tenda utama kloter 28 JKG yang menampung jama'ah kurang lebih 400 an orang.





Jumat, 02 Mei 2025

ASRAMA HAJI PONDOK GEDE ( Keberangkatan )

 D asrama haji pondok gede, kami dibagi menjadi beberapa kamar, kamar khusus laki-laki dan kamar khusus perempuan. Aku sekamar dengan 2 orang jamaah wanita dari Pondok Aren yang baru ku kenal. Di sana kami mendapat makan malam dan selanjutnya beristirahat.

Karena di asrama sifatnya hanya pengecekan dokumen dan transit menuju bandara, maka isi koper adalah baju ganti, perlengkapan sholat dan obat- obatan. Bagi yang langsung menuju Makkah ditambah baju ihrom untuk umroh. 

Ternyata ada delay penerbangan kloter 27, sehingga kloter 28 terpaksa bermalam kembali di asrama haji. Jangan khawatir, karena pihak asrama sudah menyediakan makan walaupun pesawat kita mengalami keterlambatan penerbangan. 

Saat di asrama haji, aku dikenalkan satu jamaah laki - laki teman sekamar suamiku, beliau mirip sekali dengan alm Bapak. Perawakannya, wajah dan suaranya persis seperti Bapak sewaktu muda, seumuran beliau. Masya Allah. Seterusnya Bapak ini selalu sekamar dengan suamiku baik di Madinah maupun Makkah. Mereka seperti keluarga, kakak dan adik. Begitupun aku, ternyata teman sekamar sewaktu diasrama haji adalah istri si Bapak ini. Kamipun selalu sekamar sampai selesai berhaji. Bahkan sungguh ajaib, di pesawat, nomer kursi kami berurutan.

Sebelum berangkat memang di hati itu terbersit rasa bersalah melepas Alm. Bapak dan ibuku berhaji dalam kondisi udah tua dan kurag sehat. Ingin sekali aku membalas rasa bersalahku dengan berniat membantu siapa saja yang kesusahan selama di sana. Alhamdulillah, ternyata malah dipertemukan dengan penampakan alm. Bapak sepanjang 42 hari, membersamai kami dimana saja.

Kloter 28 mendapat fasilitas fast treck dari kementrian agama Arab Saudi, sehingga proses keimigrasian jauh lebih cepat. Proses cek in dilaksanakan di asrama haji pondok gede, selanjutnya kami naik bus ke bandara dan lansung dibawa di ruang tunggu keberangkatan.









CERITA HAJI 2023 ( Hari H Keberangkatan )

Pingin Napak tilas perjalanan haji 2023

Jama'ah haji mandiri rombongan 6,  kloter 28 Embarkasi JKG.

Kecamatan Serpong Tangerang Selatan.


Kami adalah jama'ah mutasi dari Sidoarjo Jawa timur. 

Masa penantian haji reguler sekitar 13 tahun, terhitung dari bulan November 2011.

Sebenarnya panggilan berhaji sudah ada sejak awal Desember 2019 lalu, ketika wabah pandemi mulai mencekam.

Kami masuk jamaah keberangkatan tahun 2020.


Proses mutasi yang lumayan riweh harus kami lalui ditengah ketidak pastian situasi,   sementara beberapa  dokumen harus diselesaikan dari Depag Sidoarjo, Depag Surabaya  ke Depag Tangsel lanjut ke propinsi Banten. 

Belum lagi proses pelunasan dari Bank Jawa timur  oleh jama'ah sendiri ke kantor bank tempat mendaftar.


Prosesnya lumayan panjang harusnya, namun pandemi justru membuat semuanya lebih mudah dan sederhana.

Kami cukup menyelesaikannya via WA, email dan pendekatan melalui telephone, jika diperlukan.

Nggak sesederhana ini sebenarnya, berliku dan melelahkan, tidak pasti, panik dan banyakan pasrah.

Namun, karena semangat dan bahagia menjadi calon tamu Allah itu mengalahkan semua. 

Yakin, jika kita diundang pasti tiketnya udah disediakan Allah.


Sambil menunggu surat menyurat selesai, kami mengadakan pendekatan ke Depag Banten. Bagaimanapun disinilah kami nantinya akan bergabung.

Alhamdulillah penerimaan pihak Depag Banten baik banget, kami mulai diarahkan tentang segala hal yang berkaitan dengan pemilihan KBIH, proses keberangkatan juga keperluan yang harus disiapkan.


Persyaratan lain yang harus diselesaikan adalah : 

Paspor, ( kesesuaian data KTP, paspor dan semua data di dokumen haji )  

Kartu BPJS,  

MCU, berikut ketentuan setelahnya.

Kartu vaksin ( saat itu vaksin covid harus 1 - 2 ) meningitis juga influenza ( tidak wajib).


Menelusuri dokumen2 di atas ternyata ada saja yang perlu diperbaharui.

Kebetulan ditemukan KTP ku tidak sama persis dengan dokumen haji dan paspor. 

Perlu waktu beberapa hari memperbaikinya, begitupun vaksin covid, karena kami berdua belum pernah suntik vaksin itu.

Beruntung pihak puskesmas membantu mencarikan RS mana yang menyelenggarakan vaksin.

.

Setelah proses mutasi dan pelunasan selesai, kami bergabung dengan calon  jama'ah Tangsel melakukan manasik bersama.

Jama'ah reguler ada yang menggunakan KBIH dan ada juga yang mandiri.

Kami memilih haji reguler mandiri karena sepertinya kami akan baik - baik saja di sana tanpa menggunakan pendamping KBIH 

Bismillah, dengan sedikit pengalaman berumroh, kami sepakat memilih mandiri.


Qodarullah haji tahun 2020 tidak jadi diberangkatkan karena wabah pandemi, begitupun tahun 2021.

Kami bersiap kembali di tahun 2022. Semua persyaratan dokumen dan kesehatan sudah selesai, tinggal menunggu kepastian keberangkatan. Menjelang H - 15 baru keluar daftar jama'ah yang bisa berangkat dan tidak.

Lagi - lagi kami tidak lolos daftar 50 persen jama'ah berhak berangkat.


Allah Maha Baik, Perencana Ulung dan Penyayang. Dia Tahu saat terbaik untuk kami berĂ ngkat.

Di tahun 2023,  kami diijinkan  menunaikan rukun Islam ke 5 dengan tenang dan kondisi sehat.


Regu 6 mandiri kecamatan Serpong berjumlah 40 an orang, terdiri dari dua kelompok kecamatan Serpong dan dua kelompok tambahan dari Pondok Aren. Kami sempat bertemu dalam beberapa kali manasik haji, kami berusaha mulai mengenalkan diri. Namun bertemu kelompok dari Pondok Aren saat di asrama haji Pondok Gede.

Kami berangkat pada tanggal 31 Mei 2023, sekitar jam 16.00. Titikkumpul kloter 28 Tangsel adalah Islamic Center BSD yang hanya berjarak  1 km dari rumah. Berangkat tanpa riweh karena hanya diantar anak sulung, dua saudara dan 2 tetangga. 

Di tempat ini berlangsung pelepasan jamaah oleh walikota Tangsel dan kandepag wilayah Banten. Selanjutnya kami mendapat fasilitas bus dari pemerintah kota menuju asrama haji. Kloter 28 berjumlah 460 an jama'ah. 

Di asrama haji kami diperiksa kembali kelengkapan haji dan kesehatan termasuk cek urin, mendeteksi kemungkinan kehamilan bagi jamaah wanita. Awalnya aku skip proses ini karena merasa yakin nggak akan hamil, mengingau usiaku waktu kebrangkatan adalah 48 tahun, ternyata salah, aku tetap harus melalui test ini. Alhasil masuk kamar asrama menjelang tengah malam, karena test urin terakhir dan menunggu hasilnya lumayan lama. 



Foto dokumentasi adalah suasana di ruang pertemuan asrama haji Pondok Gede 

Senin, 28 April 2025

AKU NYAMAN BERHAJI 02 ( PASIEN HIPOKALEMIA / SYNDROM CON )

 Aku lanjut keseruanku berbagi kisah selama persiapan dan saat hajian ya

Untuk persiapan obat - obatan, aku paling siyap dibandingkan persiapan baju dan lainnya. Dari setiap keluhan yang pernah aku alami, aku menyiapkan setidaknya 3 hari pemakaian obat. Udah sekantong gede sendiri. Obat aku bagi 3, di dalam koper besar, koper sedang dan tas tenteng untuk kabin pesawat. Nggak ada yang sia - sia kok, karena nantinya disana bakalan kepakai kalau nggak buat kita, ya dihibahkan ke temen yang kebetulan tidak membawa obat lengkap. Jujur yang paling kepake setelah obat penting pribadi ( hipertensi, vitamin, penunda haid - ini adalah obat pentingku) adalah tolak angin dan obat flu juga batuk. Sama sekali idak berfikir membawa penenang lagi.

Kejadian heboh saat di Mekkah adalah setelah armustna. 75 persen jamaah tumbang. Lorong - lorong kamar penuh dengan kasur jamaah yang mengungsi karena kamar berisik dengan pasien batuk flu. begitupun sebaliknya, jamaah yang sakit justru berada di luar kamar karena memudahkan perawat mengontrol kesehatan mereka. 

Akupun, tumbang sehari setelah prosesi haji. Untung semua sudah selesai termasuk thowaf ifadhah. Aku dan suami pulang dari Mina di pagi hari, setelah istirahat sejenak, siangnya kami langsung melaksanakannya. Alhamdulillah, malamnya tenggorokan mulai kering dan badan meriang. Sekitar 2 harian aku tidak kemana- mana selain tidur dan tidur. Obat - obatan sampai sulit diperoleh di hotel juga posko kloter yang terdekat. Akhirnya aku mendapatkan obat di salah satu apotik di sekitar masjidil haram dengan harga yang cukup mahal. Ampuh? ternyata nggak. Batuk awet sampai pulang ke Indonesia. Nggak masalah, yang penting panas hilang dan badan sehat, kuat  untuk melanjutkan ibadah.

Waktu yang tinggal tersisa sedikit aku manfaatkan sebaik-baiknya. Alhamdulillah masih sempat beberapa kali thowaf sunnah dan berkeliling melihat lihat masjid baru. Satu hal yang tertinggal adalah, aku belum menginjakkan kaki di rooftop. Bukannya tak berusaha, qodarullah kok ya saat mencari jalan  ke atas selalu tidak kebagian lift dan satu-satunya jalan adalah tangga  dan tangga. Hanya sampai ke lantai dua aku sudah lelah, Tangganya tinggi sekali dan sempit. Akhirnya kuputuskan tidak ingin melihat rooftop lagi. Next perjalanan  umroh lagi, aku harus sampai ke atas, in sya Allah. Amiin.

Suhu yang panas sejak di Madinah menjadi catatan penting buat penderita hipo, karena panasnya itu terkadang membuat sesak didada, aku menyiasatinya dengan selalu memakai masker yang kusemprot dengan air zam - zam setiap saat. Penting sekali menjaga pikiran kita tenang walaupun ada badai angin panas. Jangan panik dan sebisa mungkin menghindari keluar hotel saat panas menyengat.  Menurutku, suhu terasa lebih menyengat di Madinah dibandingkan di Makkah. Beruntung jarak hotel ke masjid Nabawi jauh lebih pendek dibanding di Mekkah, hanya sekitar 400 m - 800 m saja. Sedangkan di Mekkah jarak hotel ke masjidil haram bervareasi, sekitar 3 km - 8 km jauhnya. Hanya saja bus transportasi 24 jam ada, melayani mobilitas jama'ah dari hotel ke masjid, begitupun sebaliknya. Oiya, jarak terminal bis ke plataran masjid juga jauh lho, sekitar 1 km an.

Hotelku berjarak 2,5 km dari masjidil haram, jadi aku dan suami memilih jalan kaki setiap hari ke masjid. Jika subuh kami berangkat sekitar jam 02.30 agar sempat tahajud di sana. Biasanya usai syuruk kami melipir sebentar untuk thowaf sunnah. Kami menyempatkan dulu sarapan dengan bekal seadanya, pisang sisa menu makan malam, roti atau susu. Ketersediaan tenaga wajib diperhitungkan karena di plataran ka'bah selalu penuh setiap saat. Rata - rata selesai thowaf itu sekitar jam 8 atau 9 pagi. Kami jalan kaki kembali ke hotel. Sepanjang jalan biasanya banyak kami temui orang bersedekah sarapan pagi, entah itu nasi lengkap, roti dan kopi atau sekedar kurma dan buah- buahan segar.

Ada area dekat hotel itu tanah lapang yang diisi beberapa kursi dan meja, mirip kafe kopi terbuka. Disana biasanya ada sedekah roti dan kopi. Hanya sekali aku berhasil mendapatkan jatah menu itu, karena kami sering kesiangan dan acara bagi sedekah sudah bubar.Masya Allah, keren sekali orang Arab berlomba sedekah dengan sebaik - baiknya sedekah.