Minggu, 26 Maret 2017

LIMA TAHUN KEMUDIAN

Setelah menulis bahan lomba kemarin, terbersit niat membagi pengalamanku mendapatkan anak. Sepertinya mudah, namun sebenarnya berliku.
Alloh mengajari aku bersabar, berusaha agar aku lebih kuat dan pintar dari sebelumnya.
Semua karena kebaikanNya, menganugerahi kami, sepasang anak yang insya Alloh akan kami didik dan rawat dengan sepenuh cinta kami.

Kami menikah di bulan Mei 1995,  di usia suamiku 25 tahun dan aku 22 tahun. Saat itu kami sedang menyelesaikan skripsi yang kebetulan satu judul. Agar tugas cepat selesai dan menghindari fitnah, kami memutuskan menikah walaupun kami belum lulus kuliah.
Awal tahun 1996 kami berhasil lulus dengan nilai skripsi yang cukup memuaskan.

Setelah wisuda, kami memulai babak baru kehidupan. Sebelumnya biaya hidup kami masih ditopang orang tua, karena kami masih belum bekerja, kami bergantung dengan biaya hidup anak kuliahan, masing-masing.
Kami memutuskan memulai hidup berdua di pulau Bali, anggap saja kami berbulan madu, he he. .
Kehidupan di sana kami lalui dengan suka duka yang terasa indah, bagaimana tidak, kami sudah bertekad tidak bergantung dengan orang tua lagi. Apapun keadaan kami sepertinya baik baik saja, dan memang kami anggap baik-baik saja.

Jika liburan kami menjelajahi pulau Bali, ber empat. Ada 2 orang lagi sahabat sepenanggungan yang selalu bersama. Hidup sepertinya tak kekurangan apa-apa.
Tak terasa hampir lima tahunan semua berjalan seperti ini, hanya setiap kali libur lebaran selalu ada pertanyaan tentang keberadaan momongan yang belum juga hadir diantara kami.
Ternyata sudah lima tahun. .

Karena sudah mulai risih dengan pertanyaan-pertanyaan itu, aku mulai memikirkan kekuranganku ini, aku mulai bertanya ke tetanggaku kostan. Ada yang menyarankan ke dokter, ada juga yang menyarankan pijat dan juga minum ramuan jamu tradisional.

Aku masih ingat beberapa hal yang kulakukan yang berkaitan dengan terapi ingin punya anak, tapi aku tidak tahu persisnya terapi yang mana yang paling manjur.
Step step terapiku juga tidak berjalan berurutan, biasanya selesai terapi satu, aku akan jeda beberapa bulan, memastikan apakah terapiku manjur atau tidak.

Yang pertama kulakukan adalah stop konsumsi obat. Aku kategori orang yang gampang lelah dan pusing, Hampir seminggu sekali aku minum obat sakit kepala dan kadang kala tolak angin. Semenjak memulai terapi aku menggunakan cara kerokan jika aku mengalami sakit kepala, kalaupun tak mempan aku berusaha semaksimal mungkin tidak minum obat.

Hal kedua yang kulakukan adalah makan buah. Kondisi perekonimian kami tidak bagus, membeli buah adalah sesuatu yang masih mewah buatku. Beruntung kami mempunyai tetangga supplier keranjang buah dari rotan. Seminggu sekali mereka mengirimkan kerajiannnya ke beberapa toko buah langganannya, pulangnya mereka membawa sekeranjangg besar buah yang sudah di reject toko, beberapa masih bagus dan segar. Kami selalu mendapatkan jatah berkilo-kilo buah beraneka macam. Plum merah, hitam, pear, apel merah, kuning dan ijo, jeruk kecut sampai yang manis. Hmm, alhamdulillah yaa. . .

Selanjutnya adalah hal yang paling tidak enak. Aku harus meminum air bilasan beras setiap hari. Beras yang kumasak kucuci dengan air matang dulu, bilasannya ku simpan sampai setengah hari. Kalo bisa sih sehari sebenarnya, tapi aku pernah merasakannya, basi. .
Akhirnya aku meminumnya setelah setengah hari kuperam.
Ada cara lainnya, beras dimasak dulu, air didihannya pertama itulah yang diperam sehari untuk di minum, air tajin namanya.

Terapi yang terakhir adalah jamu tradisional jawa. Bahannya terbuat dari jamu-jamuan jawa seperti biasa ditambah satu ramuan pokok, yaitu pohon pepaya gantung.
Pohon pepaya itu diambil mulai dari akar, ponon daun sampai bunganya.
Biasanya pohon yang baru keluar bunganya itu di cabut samapi akarnya kemudian di rebus bersama bahan-bahan jamu jawa untuk kesehatan dan kesuburan.
Aku mempunyai tukang jamu asli dari solo waktu itu yang membuatkanku ramuan tersebut.

Benar lhoo, setelah 3 bulanan aku menjalani terapi itu, aku positip hamil anak pertamaku. Kejutannya lagi, beberapa orang yang tinggal di lingkup kostanku juga ikutan hamil. Bahkan ibu baik hati supplier keranjangpun ikutan hamil, padahal dia sudah menjadi seorang nenek. Setahuku dia kemudian menggugurkan kandungannya.

Tukang jahit sebelahpun juga demikian, dia sudah 12 tahun tidak mempunyai keturunan, bersamaan dengaku dia akhirnya hamil juga. Ada lagi, seorang istri simpananpun akhirnya juga ikut hamil, nasibnya juga buruk, dia terpaksa juga dibuang sebelum ketahuan suaminya, Naudzubillahi mindzalik.
Padahal banyak orang sepertiku yang begitu menginginkan kehadiran seorang bayi.
Ibu kost kami juga hamil, tetangga sebelah juga hamil, total ada sekitar 10 anak yang seumuran dengan anakku pertama.
Entah karena jamu yang diminum kami sama, ataukah memang sedang musimnya hamil, Walllohu älam'. .

Bagiku, ini adalah anugerah Illahi buat keluarga kami, doá kami pasti sudah disimpan oleh Nya, hendak di beri ketika saatnya kami siap diberi amanahNYa.
Trimakasih ya Alloh.. . jadikanlah anakku menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah kelak, aamiin. .



Tidak ada komentar: