Aku lanjut keseruanku berbagi kisah selama persiapan dan saat hajian ya
Untuk persiapan obat - obatan, aku paling siyap dibandingkan persiapan baju dan lainnya. Dari setiap keluhan yang pernah aku alami, aku menyiapkan setidaknya 3 hari pemakaian obat. Udah sekantong gede sendiri. Obat aku bagi 3, di dalam koper besar, koper sedang dan tas tenteng untuk kabin pesawat. Nggak ada yang sia - sia kok, karena nantinya disana bakalan kepakai kalau nggak buat kita, ya dihibahkan ke temen yang kebetulan tidak membawa obat lengkap. Jujur yang paling kepake setelah obat penting pribadi ( hipertensi, vitamin, penunda haid - ini adalah obat pentingku) adalah tolak angin dan obat flu juga batuk. Sama sekali idak berfikir membawa penenang lagi.
Kejadian heboh saat di Mekkah adalah setelah armustna. 75 persen jamaah tumbang. Lorong - lorong kamar penuh dengan kasur jamaah yang mengungsi karena kamar berisik dengan pasien batuk flu. begitupun sebaliknya, jamaah yang sakit justru berada di luar kamar karena memudahkan perawat mengontrol kesehatan mereka.
Akupun, tumbang sehari setelah prosesi haji. Untung semua sudah selesai termasuk thowaf ifadhah. Aku dan suami pulang dari Mina di pagi hari, setelah istirahat sejenak, siangnya kami langsung melaksanakannya. Alhamdulillah, malamnya tenggorokan mulai kering dan badan meriang. Sekitar 2 harian aku tidak kemana- mana selain tidur dan tidur. Obat - obatan sampai sulit diperoleh di hotel juga posko kloter yang terdekat. Akhirnya aku mendapatkan obat di salah satu apotik di sekitar masjidil haram dengan harga yang cukup mahal. Ampuh? ternyata nggak. Batuk awet sampai pulang ke Indonesia. Nggak masalah, yang penting panas hilang dan badan sehat, kuat untuk melanjutkan ibadah.
Waktu yang tinggal tersisa sedikit aku manfaatkan sebaik-baiknya. Alhamdulillah masih sempat beberapa kali thowaf sunnah dan berkeliling melihat lihat masjid baru. Satu hal yang tertinggal adalah, aku belum menginjakkan kaki di rooftop. Bukannya tak berusaha, qodarullah kok ya saat mencari jalan ke atas selalu tidak kebagian lift dan satu-satunya jalan adalah tangga dan tangga. Hanya sampai ke lantai dua aku sudah lelah, Tangganya tinggi sekali dan sempit. Akhirnya kuputuskan tidak ingin melihat rooftop lagi. Next perjalanan umroh lagi, aku harus sampai ke atas, in sya Allah. Amiin.
Suhu yang panas sejak di Madinah menjadi catatan penting buat penderita hipo, karena panasnya itu terkadang membuat sesak didada, aku menyiasatinya dengan selalu memakai masker yang kusemprot dengan air zam - zam setiap saat. Penting sekali menjaga pikiran kita tenang walaupun ada badai angin panas. Jangan panik dan sebisa mungkin menghindari keluar hotel saat panas menyengat. Menurutku, suhu terasa lebih menyengat di Madinah dibandingkan di Makkah. Beruntung jarak hotel ke masjid Nabawi jauh lebih pendek dibanding di Mekkah, hanya sekitar 400 m - 800 m saja. Sedangkan di Mekkah jarak hotel ke masjidil haram bervareasi, sekitar 3 km - 8 km jauhnya. Hanya saja bus transportasi 24 jam ada, melayani mobilitas jama'ah dari hotel ke masjid, begitupun sebaliknya. Oiya, jarak terminal bis ke plataran masjid juga jauh lho, sekitar 1 km an.
Hotelku berjarak 2,5 km dari masjidil haram, jadi aku dan suami memilih jalan kaki setiap hari ke masjid. Jika subuh kami berangkat sekitar jam 02.30 agar sempat tahajud di sana. Biasanya usai syuruk kami melipir sebentar untuk thowaf sunnah. Kami menyempatkan dulu sarapan dengan bekal seadanya, pisang sisa menu makan malam, roti atau susu. Ketersediaan tenaga wajib diperhitungkan karena di plataran ka'bah selalu penuh setiap saat. Rata - rata selesai thowaf itu sekitar jam 8 atau 9 pagi. Kami jalan kaki kembali ke hotel. Sepanjang jalan biasanya banyak kami temui orang bersedekah sarapan pagi, entah itu nasi lengkap, roti dan kopi atau sekedar kurma dan buah- buahan segar.
Ada area dekat hotel itu tanah lapang yang diisi beberapa kursi dan meja, mirip kafe kopi terbuka. Disana biasanya ada sedekah roti dan kopi. Hanya sekali aku berhasil mendapatkan jatah menu itu, karena kami sering kesiangan dan acara bagi sedekah sudah bubar.Masya Allah, keren sekali orang Arab berlomba sedekah dengan sebaik - baiknya sedekah.