Selasa, 23 Februari 2016

TETANGGA OH TETANGGA

Setahun lebih hidup dikomplek perumahan baruku, suasana yang sebenarnya tak jauh beda dengan lingkungan rumah rumah yang pernah kami tempati, maklum selama umur pernikahan kami, sudah 18 kali kami pindah rumah!, huik....dasar kontraktor! ha ha ha.


Komplek kali ini hanya berbeda kota. Lingkungan, type tetangga dan suasana jalanannya hapir sama. aku type orang yang tak suka keramaian, cenderung manusia rumahan, maka type tetangga sebenarnya tak perlu dipermasalakan.

Karena kondisi fisik dan psikisku yang agak kacau akhir akhir inilah, maka tetangga menjadi penting buatku. Bayangkan jika tiba-tiba saja aku drop seperti kemarin kemarin, menghubungi tetangga menjadi catatan pertama yang ku tulis buat anak lelakiku jika ada kesulitan, apapun itu.



Aku mulai mengikuti beberapa kegiatan, yang pertama adalah pengajian. Letak masjid yang hanya selang beberapa rumah saja mengharuskanku tak melewatkan kesempatan ini, lumayanlah, seminggu atau dua minggu sekali ada saja kegiatan ibu ibu di masjid itu.

Ada juga kursus menjahit, memasak yang diadakan para tetanggaku, bergantian tempatnya, seminggu sekali. Alhasil, nudah bukan mengisi kegiatan di komplekku?.

Masalah kemudian timbul saat lambat laun terlihat sifat masing masing tetanggaku, umumnya adalah bergosip. Saat si A tak ada di acara ini , mereka mencari cari kejelekannya, saat si C gilirannya tidak hadir, nasibnya serupa dan sama!. Hadeeeh. . .suatu saat giliranku pasti ada!.
Lama kelamaan muncul 2 grup yang berseberangan, anggota kegiatanpun otomatis berkurang, tergantung pada grup siapa yang lebih dominan di kegiatan tersebut.

Aku, tak ingin terjebak keduanya, kuambil jalan tengahnya, aku berusaha tak memihak. Kegiatan yang positif buatku terus saja ku ikuti, mau bagaimana lagi?, kalau kuturuti kata hati, sebenarnya aku tak ingin berada ditengah tengah mereka, demi rasa mengisi kesepianku, ya weslah. . . cuek amat!.

Lumayan, hari hariku tak terasa lagi sendiri, masih ada teman. tetangga ditengah kerasnya kehidupan di Jakarta, hati damai jika masih memiliki lingkungan seperti ini.
Buatku yang masih ada trauma HK kemarin, kesendirin, ketakutan harus dilawan, selagi itu bukan lagi penyakit.
Aku sudah sembuh!