Sabtu, 26 Maret 2011

Note Wisata Hati

Akad sudah ku torehkan dalam selembar kertas. Semenjak niat itu memenuhi seluruh pengharapanku, ada getaran aneh yang sering kurasa. Dalam setiap fikiranku, tatap mataku, goresan penaku, ulasan bibirku dan semua tindakanku, seolah terselubung maghnet yang entah bersumber dari mana.
Ada yang melihatku, ada yang mengawasiku..ªku merasakannya dekat, lebih dekat dari urat leherku..
.............................................

Heran...beneran lhoh...
Tapi ªku mengaku sedikit, tak semua getaran itu membuatku nyadar bahwa ªku sedang diawasi...
Pasti banyak setan yang mengintipku ~.~ zzzzzzzz

ªku sedang bingung mencari solusinya, harus bagaimana ªku mengikat hatiku tertambat pada undangan merah jambu itu..
ªku ingin segera memeluknya..

Kamis, 24 Maret 2011

Mimisan ( epistaksis )

Tumben, padahal sudah hampir dua tahunan kebiasaan mimisan itu tidak muncul lagi. Kalau dulu lumayan sering dia mengalami hal itu.
Duuh, kasihan juga melihat darahnya lumayan banyak..

Sebelum berangkat sekolah dia mengeluh pusing, suhu tubuhnya juga hangat, tidak sehat. Kebiasaannya main komputer seminggu terakhir ini meningkat, pe er dan belajarnya yang lumayan malas jadi tambah malas.
Geregetan dan jengkel melihatnya, tapi dari pada melihatnya main bola sampai mandi keringat, ªku lebih sreg melihatnya duduk main game.

Tapi, dengan kebiasaannya itu dia seperti tak bersemangat, pemarah dan sering mengeluh pusing.

Semalam..

"Ma, pusing!, nggak usah belajar ya?"

"Nggak belajar gimana?, main game aja nggak pusing, kenapa belajar pusing?" ªku menyodorkan buku pelajaran, "Ayo, belajar dulu...!, stop komputernya..besok lagi...!"

Dengan uring-uringan dia menutup akun fbnya, belajar secepat kilat dan segera beralih ke tv langganannya.

"Udah malam... Tidur, istirahat!, kasihan matanya capek!"

"Mama kejam!, lihat tv saja nggak boleh!, jangan maksa-maksa gitu sih!"

"Kan sudah jamnya tidur...!" jawabku mengakhiri perdebatan.

Pagi tadi...

"Kok masih pusing ya Ma?", sebenarnya ada pe er sih.. Tapi teman-teman banyak yang belum mengerjakan kok" katanya sehabis mandi.

Kupegang jidatnya, panas sekitar 37,5 derajat.

"Minum obat lagi ya?, nanti jangan main dulu, pake baca-baca saja.." pesanku sebelum berangkat.
Tuduhanku pusing masih seputar pe ernya.

Pulangnya, langsung melempar tasnya dan menghambur ke sofa, tiduran.

"Kenapa? masih pusing?"

"​Î​Ɣ‎âä sih.." jawabnya lemas. Semenit kemudian, dia terlihat segar dan.."Main komputer ya?"

"Jangan dulu...!, makan dan minum obat, terus tidur...!", ªku mengambilkan makan siang dan sepiring martabak pesanannya pagi tadi.

"Habis makan ªku nggak mau tidur!" tangannya meraih martabak, satu persatu dilahapnya. Hampir separoh sudah masuk mengisi perutnya.

"Sudah tidak pusing lagi" katanya, terlihat sehat, kulihat matanya masih sayu.

"Cepet banget...kasihan matanya kecapekan habis sekolah, main komputer terus-terusan.., harus istirahat!"

"Tadi ªku bohong, bilang pusing agar tidak les bahasa Inggris, padahal nggak pusing" ungkapnya mengaku. Kecurigaanku memang mengarah kesitu.

"Tidur...! Matanya nggak sehat tuh..kelihatan.., nanti malam jadwal les juga kan?, nggak usah masuk dulu"

"Aih... Nanti janjian mau main bayblade di tempat les, masuk les pokoknya..!"


"Naah, kalau begitu tidur dulu.." jawabku menemukan solusi.

Anakku segera menuju kamarnya, biasanya kalau siang ªku harus menemaninya sampai benar-benar terlelap, kalau tidak acara tidur siang akan gagal.

Baru saja kuhidupkan AC, dia berteriak, "Ma, mimisan!".
Darah segar mengalir dari dua jarinya yang mencoba menahan lubang hidungnya.
"Tekan sebelah sini!, jangan ditutup lubang hidungnya ya..! ªku mengarahkan salah satu jarinya.

"Pakai duduk sayang... Mama ambil tisu dulu.." bergegas kuraih tisu, ku ambil beberapa lembar, kugantikan posisi tangannya yang penuh darah, sebelah jariku menekan bagian tengah hidung perlahan, menghentikan pendarahannya.

Lubang hidungnya yang tak berdarah kubiarkan sebagai jalan nafasnya, Masih dalam posisi duduk.
Beberapa detik darah masih mengalir, namun sebentar kemudian pendarahan berhenti.

Kubersihkan bercak-bercak darah disekitar hidungnya. Lumayan banyak.
Kuambil air minum dingin, "Minum dulu yang banyak ya..! sambil kukompres air dingin di bagian tengah hidungnya.

Setelah benar-benar sembuh, kuanjurkan segera tidur. Tak lama kemudian dia terlelap, ªku pun juga.

Sore harinya, badannya masih hangat. Panadol, parasetamol, obat yang biasanya tersedia tinggal setetes saja.
Perutku juga kembung, teringat siang tadi belum makan, segera kutuduhkan maagku kambuh, ªku segera menelan obat maag, setelah makan sedikit tentunya.

Sambil ke apotik, kebetulan menyatu dengan klinik, ªku daftar ke dokter umum. Ternyata dokternya laki-laki, bajuku blus tanpa kancing depan, kuurungkan niat periksa.
ªku mendaftar hanya untuk periksa anakku saja. Cukup kuminta cek tensi darah, Alhamdulillah normal 125/90.

Daftar keluhanku untuk anak adalah; mimisan, panas, dahak yang tidak keluar, gendut badannya, pola mainnya dan mata.

"Selain panas semalam sampai sekarang, dahak dan mimisan, sebelumnya pernah sakit apa?"

"Nggak ada, ya biasanya pusing sebentar, pilek, sudah..." jawabku bingung. Memang anakku jarang sakit, "gendutnya ini lho, Dok, sehat nggak sih?"

Dokter itu malah tertawa, "Memang kalau gendut kenapa Bu?"

"​Î​Ɣ‎âä sih... Tapi Dokter melihatnya sehat nggak sih?" ªku masih belum yakin benar.

"Sehat... bagus malah, dia juga aktif kok, nggak masalah!"

Jawaban yang melegakan, aneh juga ªku panik seperti itu, tapi... Memang ªku merasa agak panikan akhir-akhir ini..
Tak ada penjelasan tentang pendarahan di hidungnya, 'hanya capek saja'

ªku mencarinya sendiri, mimisan / epistaksis adalah gejala yang biasa terjadi pada anak-anak, biasanya terjadi akibat kelainan lokal di rongga hidung ataupun tempat lainnya. Itu bisa disebabkan trauma seperti mengorek hidung terlalu keras, jatuh, terpukul, kemasukan benda asing ataupun iritasi gas yang merangsang.
Selain itu bisa juga akibat tumor jinak atapun ganas, perubahan iklim dan tekanan yang mendadak, juga penyebab lain yang belum diketahui pasti.

Penyakit yang juga disertai mimisan diantaranya jantung, kelainan pembuluh darah (seperti tekanan darah tinggi), kelainan darah (seperti turunnya kadar trombosit), gangguan pembekuan darah, leukimia dan juga infeksi seluruh tubuh (seperti demam berdarah, gangguan hormonal dan kelainan bawaan).

Penanganan mimisan prinsipnya adalah segera menghentikan pendarahan yang terjadi. Jika masih terus menerus tidak mau berhenti harus segera dirujuk ke dokter.
Komplikasi yang terjadi sesudahnya adalah syok dan anemia.
Secara umum mimisan 90 % akan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa menit, asalkan segera ditangani maka komplikasi lebih lanjut jarang terjadi.

Semoga hanya akibat perubahan cuaca dan kelelahan saja...

Selasa, 22 Maret 2011

Wadow!!.....Bengkak!

Setelah disuntik, rasanya biasa aja, asal jangan ditekan di noktah suntikannya. Efek njarem sampai hari ke dua tak ada sama sekali.
But.. Hari ini tanpa sengaja saat sehabis mandi, handuk tiba-tiba menyentuh bekas suntikan, lho?? Kok sakit!
Setelah kulihat di kaca, memang benar, bekas suntikan kemarin memerah dan sekitarnya mengeras, alias membengkak. Ћiiikzz,,,,,, (-̩̩̩-͡ ̗̊--̩̩̩͡ ).♓iiiksz ,,,,,,..
Jadi terbawa deh, sekarang dipake memegang sapu saja terasa ketarik dan sakit, ketindih badan saat tiduran pun sekarang jadi sakit, padahal kemarin bahkan tadi pagi belum terasa apa-apa..
ªku ambil kompres panas ~ botol diisi air panas maksudnya ~ kuletakkan diarea yang bengkak. Haduuuh, masih terasa sakit..!!

Kukabarkan ke anakku, nyatanya lengannya baik-baik saja. Dia penasaran melihat lenganku, bukannya empati, malah dia menertawakanku..sembari tangan usilnya menekan lenganku yang sakit.
"Aduuuuuh!!" dia tertawa melihatku meringis kesakitan.

Bengkak menjadi efek yang biasa setelah suntik vaksinasi, malah ada juga yang menderita gatal-gatal. Biasanya disebabkan pasien mempunyai riwayat alergi. Setelah pemberian obat tertentu keluhan itu akan sembuh dengan sendirinya.

"Vaksinasi ini untuk menghindari penyakit selaput di otak. Gejala yang timbul biasanya flu, panas, dan demam. Bila sudah parah, kejang-kejang hingga menyebabkan kematian," ªku kutip dari artikel yang kubaca.

Katanya sih, kita tak usah resah soal halal atau tidaknya vaksin meningitis yang akan disuntikkan. Dari tiga vaksin yang diaudit tim LP POM Majelis Ulama Indonesia (MUI), dua di antaranya sudah terbukti halal.
    
Dua vaksin yang terbukti halal itu adalah Novartis Vaccine and Diagnotis S.r. I dari Italia, dan Zheiyiang Tianjuan dari China. Sedangkan  vaksin GSK dari Belgia yang sebelumnya dipilih Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk diberikan kepada jamaah haji dinyatakan haram.
    
Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin menyatakan, dua vaksin yang terbukti halal itu tidak mengandung unsur babi dalam proses pembuatannya. "Memang menggunakan darah hewan. Tapi mereka sudah melakukan penyucian terlebih dahulu".
    
MUI akan menerbitkan sertifikat halal bagi dua produk vaksin yang difatwakan halal dan akan berlaku hingga dua tahun mendatang. Usai penetapan itu, MUI akan melakukan pengawasan rutin terhadap proses pembuatannya. "Apakah masih konsisten seperti saat kami audit atau ada perubahan-perubahan lain".
    
Pemberian vaksin meningitis itu memang sempat menjadi polemik. Karena pemerintah Arab Saudi memasukkan klausul itu dalam pemberian visa haji. Jika jamaah menolak divaksin, maka visa haji tidak akan diberikan. Namun, di sisi lain MUI menemukan indikasi bahwa vaksin GSK yang digunakan pemerintah mengandung enzim babi. Karena itu sempat diambil jalan tengah yakni dengan menerapkan keadaan darurat sehingga membatalkan hukum haram bagi vaksin tersebut. Namun, dengan hasil audit terbaru dari MUI ini dipastikan bahwa jamaah tidak perlu khawatir dengan kehalalan vaksin tersebut.
    
Di sisi lain, Keputusan MUI itu seketika mengubah kebijakan pemerintah. Kemenkes terpaksa menghentikan pendistribusian vaksin meningitis dengan merek dagang Glaxo Smith Kline (GSK). Padahal sebelumnya, GSK telah menjadi skala prioritas untuk digunakan pada jamaah haji.
    
Ini  ªku kutip dari artikel yang kubaca, arsip beberapa bulan yang lalu ~.~   

Terus, tentang bengkak lenganku ?? Sementara ini karena masih kuanggap biasa, ku kompres dan ªku olesi juga dengan trombophob..moga-moga sebentar lagi sembuh..males mau ke dokter maksudnya..~_~

Senin, 21 Maret 2011

Oh Jakarta....Uang pun Ternyata Bisa Macet!

Bersih-bersih loker di almari, biasalah.. Banyak struk-struk belanjaan, transfer dan penarikan tunai via atm.

Biasanya kertas-kertas itu langsung kuremas dan masukin tong sampah, dilihat-lihat sebentar tanpa pengecekan ingatan apalagi buku tabungan. Kalau nggak penting sekali, buku tabungan nggak akan diprint.
Ada dua struk yang menggangguku, selisih saldo 5 juta, dua struk itu masih jadi satu tempat di dompet. Berarti transaksinya tdk terlalu berjauhan waktunya.

Seingatku, terakhir transaksi yang muncul struknya, selisih saldonya beda 2,5 juta.. ªku melakukan pengambilan tunai 2,5 juta sebanyak 3 kali di atm mandiri.
Dua hari kemudian, ªku transfer ke rekening Agen perjalanan menggunakan atm bersama BRI Alfa mart sektor 12  sejumlah 10 jt, tapi gagal..
Tertulis "Anda melebihi batas limit harian ".

"Apakah anda ingin melanjutkan transaksi?"

ªku tekan "​Î​Ɣ‎âä"

Kuulangi transfer ke rekng yang sama sejumlah 5 juta, tertulis kembali, transaksi gagal.. Anda melebihi batas limit harian.

Kuulangi lagi sejumlah 2,5 juta.. Masih tertulis kata2 yang sama.
Akhirnya kuputuskan mengambil tunai 500 ribu, "Transaksi berhasil, silahkan mengambil uang anda".

Pagi ini, mau tak mau ªku harus melakukan tranfer via teller ke bank Mandiri terdekat. Letaknya bersebelahan dengan pasar modern, itung-itung sambil belanja.

Naik angkot, hanya mengeluarkan ongkos dua ribu rupiah saja, ªku langsung menuju bank Mandiri.
Tak banyak antrian, dalam seperempat jam ªku selesai melakukan transaksi.

Mumpung di bank, iseng-iseng ªku ingin menanyakan proses tranfer menggunakan mata uang asing, menggunakan buku dan kartu ATMku.
Ternyata bisa, tak perlu membeli dolar atau yang lainnya terlebih dahulu diluar bank, transaksi langsung bisa dilakukan menggunakan ATM yang sudah berlogo Visa.. ^.^.. Jadul amat sih!!..
Transaksi diluar negripun begitu, tinggal bawa ATM VISA kita. Tarik tunai juga bisa langsung sesuai dengan jenis mata uang yg ada di mesin ATM.. Canggih ya..~.~

Mumpung didepan CS juga, ªku meminta rekening koran buku tabunganku tiga bulan ke belakang. Syaratnya menyodorkan kartu identitas dan buku tabungan.

Printer ada masalah, hasil print lembar pertama sukses, kedua dan ketiga tidak terbaca semua, hanya separuh tulisan yang muncul. CS pindah ke komputer teman sebelahnya.

Iseng-iseng ªku membaca data yang sudah tercetak, kebetulan bulan maret ini, beberapa transaksi kemarin. Ada transaksi berjumlah 5 juta tanpa judul transaksi, hanya tertera no referensi, berikut jumlahnya.
Iseng juga kutanyakan 'tanpa judul' itu ke CS.

"Kalau melihat bea administrasinya, ini transaksi tranfer.. biasanya kalau pakai ATM mandiri judulnya 'Tarik ATM', kalau pakai ATM lain judulnya 'Tarif Link', ini nggak ada judul ya Mbak?.." CS agak heran juga kelihatannya, "Sebentar saya tanyakan ke atasan dulu, mohon tunggu sebentar!".

Kata atasan, setelah dicek nomer rekeningku, nomer rekening tujuan, nomer kartu ATM dan pencocokan cerita, tanggal dan jamnya "Benar, ada transaksi transfer yang berhasil ke nomer rekening Agen travel kemarin pada jam dan tempat yang cocok, sejumlah 5 juta."

CS menanbahkan, "Jika setelah di cros cek ternyata tidak sesuai, boleh mengajukan pengaduan ke bank terdekat dimana saja".
ªku sedikit lega, kuputuskan pulang dan belanja makanan sebentar.

Sesampai dirumah, ªku telepon Agen travel, ternyata setelah di print buku tabungannya, yang muncul hanya jumlah tranfer via teller.
Uang 5 jutaku mana??
Hadeuuuh.. Dasar Jakarta!, uangpun ikut-ikutan macet!..
Buru-buru kutelepon call center, 021 5299 7777... Pencet 1 lalu 3 lalu 1...kalau gak salah..

Dari CS call centre ªku disarankan kembali ke bank terdekat, lebih baik ke tempat yang menyatakan bahwa transaksiku berhasil tadi, memang itu bank yang terdekat dari tempatku. Tanpa pikir panjang ªku kembali menemui CS yang tadi, kalo nggak salah namanya Liska Trisiana, orangnya ramah soalnya..

"Mbak, nggak masuk ke rekening Agen tuh.."

"Oke, nanti akan kami proses, Ibu tinggal membuat surat pengaduan saja, dalam 14 hari kerja ke depan, uang Ibu akan jelas keberadaannya, bisa masuk ke rekening Agen atau malah kembali ke rekening Ibu. Nanti pihak Mandiri akan memberitahukan ke Ibu" dia mengeluarkan selembar surat Tanda Terima Pengaduan (rangkap dua), "Ibu silahkan mengisi dulu data-datanya, kemudian ditanda tangani".

Surat pengaduan itu berisi nama, alamat dan no telepon.
Juga rincian pengaduan, yang berisi jenis aduan, no rekening kita, no rekening tujuan, no kartu, tanggal dan jamnya, juga kronologi kejadiannya.
Tak usah khawatir, semua tanggal dan jam tinggal kita tanya ke CS dan sudah ada di print rekening koran kita.
Tentang kronologi kejadian, ªku tulis begini "Tranfer ke bank Mandiri via ATM BRI Alfa tanggal 20/03/2011 jam 14.34.17 sejumlah Rp. 5 juta ke Agen nomer rekening, tidak terkredit uang terdebet dan struk tidak keluar".

Tanda tangan kami berdua, ªku dan CS selaku penerima aduan, dilampiri foto coppy ATM, KTP dan buku tabungan.

"Tunggu dalam jangka waktu tidak lebih dari 14 hari kerja, kami akan memberitahukan keberadaan uang Ibu, jika ada yang ingin ditanyakan, Ibu bisa mengecek langsung di call centre, jangan lupa menyebutkan nomer registrasi ini" CS menunjukkan nomer yang tertera di pojok atas kanan surat pengaduan.

ªku akhirnya pulang dengan membawa harapan, semoga uangku akan kembali ke rekeningku dengan selamat dan utuh..Amin..

Jumat, 18 Maret 2011

Suntik Meningitis

"Hwaaa.. Suntik? ..jadul deh .." ini adalah gaya ngeles, karena takut sama jarum suntik.
Alhamdulillah, jarang sakit!!.Berhubung takut dengan jarum suntik, jadinya lumayan menjaga jangan sampai sakit.
Tapi kali ini ?? Wajib!
Vaksinasi meningitis menjadi salah satu persyaratan umroh, mau nggak mau harus disuntik.

"Pokoknya aku nggak mau suntik!" anakku jauh-jauh hari sudah protes.
Ketakutan pada jarum suntik rupanya menurun ke dia.

"Kalau tidak mau disuntik, nggak boleh masuk Arab Saudi, soalnya itu peraturan dari pemerintah Arab" aku menjelaskannya.

"Kalau aku nggak ikut, Mama dan Ayah juga nggak boleh ikut!" protes yang bisa membuat buyar rencana yang sudah kami susun matang, jauh-jauh hari.

Sebenarnya bisa saja nggak suntik, kita mencari agen yang mau memberikan kartu kuning tanpa harus disuntik, resiko ditanggung sendiri. Kita hanya membayar seharga kartu, kurang lebih 300 ribuan, katanya sih..
Tempat suntik vaksin meningitis di jakarta ada di cengkareng dan di Halim. Oleh pihak agen kami disarankan membawa paspor asli dan berangkatnya harus pagi, takut antri.
Berdasar pengalaman memang banyak keluhan 'antri'.

Aku dengar kabar dari Jawa timur, kebetulan kami Insya Allah berangkat berlima, bersama bapak/ibu mertua.
Mereka mengurus paspor di sana, tepatnya di Malang. Dokumen yg sdh jadi dikirim ke Jakarta, karena kami mengambil travel Jakarta, mereka suntik meningitis di bandara Juanda, dekat asrama Haji.
Mereka di haruskan datang pagi, membawa paspor asli, dan foto diri. Biaya yang dibebankan 600 ribu untuk vaksin meningitis dan influenza.
Setelah disuntik, malamnya Ibu mengeluh gatal-gatal sekujur tubuh, kata dokter hanya alergi. Setelah diberi obat, esok harinya lumayan membaik.

Kami berencana berangkat pagi, setelah mengambil antrian, kami balik lagi mengambil anakku yang sedang test UTSnya.
Ternyata mobil tak mau diajak kompromi, dia mogok total. Karena jam 10 anakku sudah pulang, kami memutuskan sekalian berangkat bersama anak, naik taksi.
Jam 10.00 ternyata yang ditunggu belum juga pulang dari sekolah, masih ada les sampai jam 12.00. Sabar...
Tepat jam 12.30 kami akhirnya bisa berangkat ke bandara cengkareng, sejam lebih perjalanan menuju kesana. Jalanan lancar sedikit merayap, maklum jam istirahat siang.

Medical center terletak di arah terminal haji atau arah terminal 2 juga bisa. Tepatnya di belakang masjid di dekat menara. Kami langsung menuju poliklinik disebelah medical centre. Katanya memang disana tempat pelayanan vaksinasi dll.
Loket masih tutup, pegawai masih beristirahat. Ada sekitar 20 an orang yang mengantri, semuanya antrian vaksinasi juga.

Ada ibu-ibu yang mengobrol denganku, katanya dia antri sampai hari yang kedua belum juga mendapat giliran suntik. Itu terjadi di Halim perdana kusuma. Disanapun biayanya rp. 450.000.
Dia tak membawa paspor dan juga poto diri. Panik juga awalnya mendengar info persyaratan dariku. Ternyata setelah tanya ke petugas, asal tau no paspornya saja cukup.

Loket dibuka tepat jam 13.15, kami mengisi form yang berisi;
- no paspor
- nama lengkap
- alamat
- jenis vaksinasi
Biaya hanya Rp. 280.000

Tinggal tunggu antrian.

Kami dipanggil no 3 dari 78,77,79 no yang kami pegang.
Suntik ternyata masih tetep sama rasanya, seperti di gigit tawon. Petugas hanya menanyakan "Sedang hamil atau tidak?"
Padahal kondisi kami saat itu;
- aku sedang haid,
- anakku sedikit flu, tanpa demam,
- sedangkan suamiku flu, batuk berat, tanpa demam.

Karena tidak ditanyain kondisi, ya sudah, terlewat semua... Asal dapat kartu kuning, itu tujuannya.
Oh ya, sewaktu di ruang petugas, anak dan suamiku berusaha semaksimal mungkin kelihatan sehat, menahan batuk dan pileknya.

Foto ? Ternyata sudah ada tukang foto dan alatnya di sana, sama seperti foto waktu pembuatan paspor di kantor Imigrasi.
Mungkin di Juanda belum ada alatnya makanya membawa foto sendiri-sendiri. Mungkin. ..halah sok tau!

Setelah foto, tanda tangan sekali, kartu sudah bisa di bawa pulang, alias 'jadi'.
Alhamdulillah selesai disuntik lengan tidak terasa 'njaremi' seperti dulu waktu kecil divaksinasi. Seingatku jarumnya lebih besar yang dulu.^.^

Kami pulang naik taksi kembali.

Selasa, 08 Maret 2011

Ke Cikokol Tangerang

Maju mundur antara jadi atau tidak, rencananya mau ambil paspor ke Tangerang. Sendirian ! Hwaaa, serasa orang ilang.
Tapi kalau mau ajak anak, kasian juga pasti capek setelah sekolah seharian dan berlanjut jalan sekitar sejam lebih plus macetnya.
Akhirnya ditimbang- timbang kuputuskan berangkat sendiri dan ngangkot ajah. Kalau naik taksi berdua dengan supir taksi jadi bingung sendiri nantinya, selain takut aku juga nggak begitu hapal dengan rute jalan yang sudah 5 kali kulewati.
Beda jika anakku ikut, dia jago menghapafal setip jalan yang pernah dilewati, sekali saja bahkan gelap sekalipun. Beda kecerdasan namanya.
Berangkat dari rumah jam 13.45, naik angkot no 21 menuju plaza ITC katanya, kutahu itu karena begitulah si supir angkot meneriakkan tujuannya.
Cuaca amat panas, angkot penuh dengan anak2 berseragam sekolah. Ada saja yang jadi topik pembicaraan mereka, mengeluhkan pelajaran, guru dan gosip tentang pacar dan teman. Logat jakarta yang kental dengan 'lu ' dan 'gue '.
Sampai di Plaza ITC aku ganti angkot ke arah Cikokol, kata anak SMP di sebelahku.
Ada 3 angkot sudah menunggu, àku naik yang urutan terdepan, pasti lebih cepat sampai. Maklum sudah ditunggu petugas Kantor Imigrasi dari usai istirahat tadi.
Ternyata harapanku terkabul, angkot yang ku tumpangi lumayan cepat menyerobot jalur kanan dan kiri, mengejar waktu juga. Dan ciiiiit...! Penumpang termasuk aku harus menahan marah melihat supir yang cenderung ugal ugalan.
Seorang ibu-ibu tua namun masih cantik memilih turun dan ganti angkot, daripada mengerikan begitu..
Aku tetap bertahan, beruntung jalanan macet, jadi masih aman kayaknya.
Kembali ciiiiiiit ! Hadeuh...sederet penumpang roboh semua kedepan, herannya mereka tertawa semua kecuali aku yang tegang.. Udah biasa pasti..
Sampai pertigaan Samsat supir angkot menyuruhku turun, katanya jalurnya bukan lewat Kantor Imigrasi, lho... Katanya tadi lewat ??..
Aku disuruh naik angkot warna kuning dibelakang angkot ku tumpangi.
Akupun turun, langsung naik begitu saja ke dalam si kuning, tanpa tanya si supir dulu. Ternyata setelah 300 meteran aku curiga , sepertinya menjauh dari sasaran. Memang benar kata pak supir angkotnya bukan menuju ke kantor imigrasi!
Aku pindah lagi angkot warna kuning kunyit, kata supir angkot yang baru saja ku naiki angkot itu yang menuju kantor imigrasi.
Takut salah alamat , sebelum naik aku tanya ke pak supir, ternyata salah lagi.
Ada angkot biru muda bagian atas dan biru tua bagian bawah yg lewat dan arahnya menuju Kantor yang kucari, melihat jalan yang dilewati memang benar angkot biru ini menuju alamat yang benar.
Sesampai di tempat Kantor sudah lengang , hanya para petugas dan 3 orang antrian. Aku langsung menuju loket 1 tempat pengambilan paspor yang sudah jadi, ku sebutkan namaku dan petugas sudah siap dengan 3 buah paspor ditangannya. Tinggal membubuhkan tanda terima, pengecekan nama dan selesai.

Aku menunggu angkot kembali menuju BSD.
Angkot pertama berwarna biru telor asin lewat, katanya nggak ada angkot BSD yang lewat, aku naik dan diturunkan ke jalan yang dilewati angkot yang menuju BSD, angkotnya berwarna hijau daun, bergaris merah. Ini memang angkot yang biasa ku naiki jika ke Teras Kota atau ke Giant. Berarti sudah benar menuju BSD, hanya saja aku harus berganti satu kali lagi di pasar modern menunggu angkot D 21 menuju sektor 12 Granada Square, atau kalau mau turun di Taman Jajan dan naik ojek menuju rumahku.
Duuh.. Serasa orang ilang..ternyata enakan ada suami, kemana-mana bisa minta antar.
Tapi, lumayan juga jadinya bisa pengalaman ke cikokol sendirian.

Senin, 07 Maret 2011

Mengurus Paspor Tanpa Calo

Jam 06.31 pagi, sambil mengantar anakku sekolah kami langsung menuju Kantor Imigrasi Tangerang Jakarta Selatan, rencana kami mengurus Paspor sendiri tanpa bantuan calo.
Jalanan macet terutama akses menuju sekolah2 swasta, rata2 mereka diantar pakai mobil2 pribadi. Membuat jakarta tambah sesak. Padahal sekolah sudah menyediakan fasilitas antar jemput.
Anakku selalu memakai fasilitas sekolah itu, selain karena hanya ada kendaraan satu, juga demi alasan membuatnya lebih mandiri.

Keluar dari komplek sekolah Cikal Harapan, St Morris, Al Azhar jalanan kembali lengang. Hanya lumayan padat merayap saat persimpangan ke Summarecon, setelah itu mobil kembali melaju lancar.

Masih mengantuk rasanya, namun harus dijalani setelah kemarin dua kali menuju kantor imigrasi tanpa menghasilkan apa2.
Yang pertama sebenarnya perjalanan sia sia, berangkat tanpa membawa surat rekomendasi dari tempat kerja. Berbekal alasan yang nanti akan diajukan karena untuk alasan sungkan meminta ijin kantor. Sedikit berdebat, karena aku tau itu syarat mutlak. Tapi karena males berdebat kami mantap menanyakan hal itu, yang penting usaha dulu..^.^

Perjalanan macet, jarak yang lmyan jauh, bekal mengantuk dan lapar hanya ditebus dengan jawaban penjaga loket antrian, "Tetap harus pakai Pak !"..

Kamipun pulang dengan cengar cengir.."Benerkan ??", kataku jengkel.

Beberapa hari kemudian, setelah surat sponsor siap, kami kembali menuju Tangerang, jum'at pagi jam 08.00 berangkat, ternyata jalanan macet. Sejam setengah sampai ke kantor imigrasi dan mendapati loket sudah ditutup, antrian maksimal hari itu 100 orang telah habis, ditambah lagi hari itu adalah jum'at, kantor hanya buka setengah hari.

Esok harinya...
Pengalaman dua kali kegagalan, kami berangkat dari rumah  lebih pagi.
Kantor imigrasi buka jam 07.30, info yang kudapat dari petugas loket.
Jam 07.30 akhirnya sampai juga dipersimpangan Pasar Anyar dan Cipondoh, ada yang berkesan melewati jalanan itu, terdapat area sejuk dinaungi pohon2 besar, rindang dan bersih.
Lampu merah yang lama menyala tak begitu terasa.

Sampai di Kantor IMigrasi kantor masih tutup, pagar juga masih terkunci, namun ada puluhan orang sudah mengantri didepan pagar..dan didalam pagar sdh puluhan juga yang sudah antri. Kemungkinan mereka melompat pagar.
Duh berarti mereka lebih pagi dari aku..
Kamipun berbaris layaknya antrian sembako.
Sebelum masuk aku periksa kelengkapan yg kubawa;

- Surat Pernyataan
- Formulir surat perjalanan
- Surat keterangan domisili
- Surat keterangan kerja
- KTP
- KK
- Surat Nikah
- Akte lahir/ Ijazah

Yang msuk map pendaftaran semua dokumen KK, KTP, Akte/Ijazah, Surat Nikah dalam bentuk foto coppy memakai ukuran kertas A4.
Oh ya..untuk yang bertempat tinggal sesuai KTP tak perlu memakai Surat Ket. Domisili.

Dokumen asli dibawa juga, siapa tahu nanti ditanyakan petugas.

Antrianku nomor 029, 030 dan 031, lmyan bisa terlelap di kursi sejam an..
Orang hilir mudik dan sibuk bertanya kanan dan kiri, mereka adalah yang baru pertama kali mengurus paspor, begitu juga dengan ku 2 hari kedatanganku kemarin.

Ini cuplikan dialog antara dua orang bapak didepan kursiku, antara bpk A (yg baru tau/ baru mengurus paspor)
Bpk B ( kemungkinan sudah tau dan sudah pernah mengurus paspor/ sok tau )

A : "Baru pertama juga ya pak?
B : "Nggak juga "
A tanpa sungkan bertanya : "Dimana saya mendaftar ?".
B : " Sudah ambil antrian ?
Sdh isi formulir ?
A : "Belum semua ".
B : "Bapak ambil no antrian dulu ( kalau masih kebagean ..) Kemudian beli formulir di belakang kantor ini sebelah kanan ".
A : "Makasih Pak.."

Aku sudah bisa tersenyum mendengarnya, begitulah, jika masih belum tau.. Jangan malu untuk bertanya.
Begitu sampai alangkah baiknya berjalan2 di sekeliling ruangan, ada banyak petunjuk yang bisa dibaca. Petugas imigrasipun ramah2 jd jangan takut untuk bertanya.

Ada petugas yang duduk di tempat informasi, dia jd rujukan tanya banyak orang.
Ruangan kantor terbagi dua, beberapa loket petugas dan tempat antrian.

Loket satu ; Pengambilan paspor RI
Loket dua ; Penyerahan berkas/ permohonan paspor RI
Loket 3 ; Penyerahan berkas,biro jasa-MERP/ERP.
Loket 4 ; Penerimaan tanda terima/ permohonan untuk foto
Loket 5 ; Kasir
Ruang sebelahnya adalah Ruang photo dan Ruang wawancara.

Disebelah kanan, dibawah tangga ruang B. Photo biometrik itk, kitas dan kitab.
Terdapat beberapa contoh pengisian dokumen di sebelah kanan kursi antrian. Petunjuk pengisian dan daftar berkas2 yg harus dilengkapi, ada juga alur permohonan berkas untuk warga negara asing.

Tepat jam 9. 30 tibalah giliran nomer antrian  kami, suamiku yang menghadap petugas.
Ada sms masuk dari teman " kalau mau sehari jadi, lgsung foto sekarang bisa kok, ada bea tambahannya buat petugas photo dan adminnya".

Iseng iseng suamiku tanya, ternyata memang bisa, hari ini lgsung wwancara dan telepon, biayanya membengkak dari normalnya yg hanya sekitar 275 ribu menjadi 1,5 juta !

Waduh kalo udah itung2 harga giliranku maju kedepan;
"Kok mahal Pak, biasanya kalo tambah2 biaya gak lebih dari 100% dah normalnya?"

Petugas imigrasi tersenyum pahit," Aduh Ibu, seperti nawar barang aja..".

Dengan masih berharap2 cemas aku nggak mau kalah, " Maklum ibu2 pak, urusan duit ya mesti perhitungan..".

Suamiku bukannya mendukung malah membuat senang petugas itu, duh...dasar bapak2, tidak tau pemikiran para ibu; "Daripada Ayah bolak balik lagi Ma, udah nawar berapa gitu, sejutaan jg boleh.., ini surat rekomendasi Ayah dari kantor juga salah ternyata.

Entah memang salah atau memang sipetugas yang mengada2, surat yang hanya berbentuk surat keterangan kerja itu ternyata harus diperbaiki dengan alamat surat ditujukan ke kepala kantor imigrasi dengan disertai pernyataan sdng bekerja dikantor tersebut dan punya riwayat kerja ini dan itu.

Nanti kapan2 aku cek kebenarannya.

Yang jelas ada info dari petugas tersebut jika menempuh jalan VIP,pintas tadi sehari jadi, maka tidak perlu bersusah payah membenahi surat rekomendasi kerja yg sudah ada.

Tinggal tawar menawar harga, "Sejuta bertiga ya Pak?", wajahku serius.

"Tadi saya bilangnya ke Bapak 1,5 juta perkepala Bu, kok malah nawarnya sejuta bertiga.., petugas itu senyum mengejek kearahku.

"Kemahalan dong Pak, ambil selisihnya banyak banget, udah pake jalan biasa aja 275 ribu perorang..", ancamku juga serius.
Selisih uang segitu lumayan banyak, bisa untuk kebutuhan sebulan.
Melihat aku mundur teratur, petugas menawariku solusi, "Suka rela ibu aja dah, pantesnya berapa ?".

Seperti biasa nawar ke pasar aja kalo begitu, pikirku. " 700 ribu perorang ya Pak, sudah dua kali lipat lebih tuh", aku tetap pura2 jual mahal.

"Ok Bu, foto dan wawancara hari ini ya, nanti saya yang atur, jawab petugas pasrah.

Lumayanlah , daripada bolak balik suamiku dari kerjaannya diluar kota, kalau dihitung bea pesawat pp sudah sejuta sendiri, impas kan ??
Hemat waktu itu yg penting. Kami sepakat 2,1 juta untuk 3 Paspor.
Kalaupun lewat jasa calo, normal seminggu jadi bea nya 600 ribu perkepala, kalau vip bisa 1,5 jt lebih juga..

Tak perlu pikir panjang lagi segera ku jemput anakku ke sekolah, beruntung tidak macet sehingga kurang dari sejam sampai disekolah.
Hari ini ada ujian praktek Bhs Inggris, aku menemui walikelas dan meminta ijin membawa anakku sebentar untuk keperluan foto paspor.
Jadwal ujiannya dimajukan dari gilirannya, kurang lebih 20 menit ujiannya selesai.

Bertiga kami menuju Kantor Imigrasi kembali, kali ini jalanan macet, mungkin sdh mendekati jam istirahat dan merupakan puncak aktifitas jalanan kota.
Heran, padahal jam istirahat masih sejam lagi.
Butuh kesabaran dan harus sering minum air putih, cuacanya lumayan panas hari ini.

Jam 11. 35 kami sampai disana, sudah sepi, tinggal 20 an orang yg msh antri, kebanyakan antri wawancara dan foto.
Jam 12.15 anakku dipanggil duluan, foto dan pengambilan sidik jari. Kemudian giliranku dan terakhir suamiku.
Setelah itu masih menunggu antrian untuk sesi wawancara.
Hanya suamiku yang dipanggil, seperempat jam kemudian aku dan anakku dipanggil, ternyata hanya konfirmasi kebenaran dokumen dan perubahan nama menjadi 3 kata.
Kalau nama hanya terdiri dua kata, kata yg ketiga diambil dari nama ortu dll, yang penting ada tercantum di KK atau Surat Nikah.
Setelah itu membubuhkan beberapa tanda tangan dan sudah selesai.
Paspor baru ke esokan harinya bisa diambil di Kantor Imigrasi kembali.