Jumat, 17 Desember 2010

Anak Kota

Ramadhan kemarin sudah ikutan pesantren kilat dua tempat sekaligus, dua hari di Masjid sebelah rumah dan dua hari di sekolah.
Di masjid Al Hakim lumayan nervous akibat belum ada teman kecuali satu2nya teman sedari kecilnya, ke masjid itupun mungkin dua kali Jum'atan dan Maghrib/Isya dengan sang Ayah, kalau pas dinas di Jakarta dan pas liburan. Selebihnya Jumat selalu di sekolah.
Karena dekat hanya berjarak setengah kilo dari rumah, aku tak berniat sedikitpun menengok, rencanaku. Tapi pagi2 sehabis belanja aku seperti dituntun menuju tendanya, bertepatan dengan kegiatan game dan senam pagi. Sepuluh menit berdiri manyun tak digubris, padahal kulihat arah pandangnya kearahku, saking asyiknya maka baginya aku hanya bayangan pohon pinang, sebelahku. Duh.. Kurang sabar akhirnya ku temui kakak panitianya, mencari anakku.
Begitu melihatku spontan terucap; " Mama ngapain kesini ? Kalau begitu minta uangnya 5000 , aku mau ke Indomaret beli beli".
Sepulang dari tenda aku langsung menyesali tindakanku menjenguknya.
Temanku menjenguk anaknya sendiri tengah malam, ingin memastikan tidur atau belum jagoannya, ada cerita darinya tentang anakku, sampai tengah malam dia masih terjaga dan mengganggu teman2 lainnya yang terlelap.
Esoknya setelah usai ,dia menumpahkan oleh2nya "Aku tidak mau sholat dan puasa lagi ! Titik".
Dia pulas tidur dari pagi sampai Isya, teringat belum absen sholatnya, dia menjamak ketiga2nya, kemudian tertidur lagi, sampai pagi.
Pesantren di sekolah sama sekali tak kudapat berita, karena aku benar2 tak menjenguknya, kupasrahkan dengan sepenuh hatiku, urusannya sekolah.
Hanya dapat bocoran bahwa tugasnya adalah ronda sampai pagi.
Kali ini camping pramuka di Arhanud. Aku berpikiran karena tempatnya luas pasti diadakan seluruh SD se Tangerang atau mungkin sekolah sekolah Islam se Tangerang Selatan atau bisa jadi antar sekolah SD se BSD, bertempat di lapangan Arhanud Tangerang Selatan.
Tugasnya membawa tongkat pramuka, patok, senter dan lampu emergensi, selebihnya perlengkapan pribadi, baju pramuka lengkap dengan kabaret, tambang dan hasduk. Baju sholat, baju olah raga, kaos ganti dan baju tidur berikut perlengkapan tidur; bantal selimut, tikar dan jaket serta lotion anti nyamuk.
Perlengkapan mandi juga kubawakan, handuk, sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampo dan sisir.Dua kali kuingatkan untuk mandi.
Jam tujuh kurang seperempat antar jemput sekolah sudah didepan pintu, usai salam, mobil sudah membawanya sebelum sempat kucium jidatnya seperti biasa. Nanti malam kurencanakan menjenguknya membawakannya camilan karena tau kebiasaannya jaga malam.
Jadwal kunjungan diperbolehkan antara jam 19.00 sampai 20.00, karena Ayahnya terlambat datang akhirnya jam 21.00 sampai ke camp.
Rupanya masih ada kegiatan di aula utama, kulihat hanya ada sekitar seratusan siswa/siswi, kalau hanya satu aula yang terpakai berarti hanya sekolahannya yang ber camping di sini. Mulai dari kelas 5 dan 6 SD berikut SMP yang masih ada satu kelas.
Begitu bubar acara, mereka bergegas cepat menuju tenda dan memindahkan semua perlengkapan ke aula, tenda sudah kebanjiran, becek dimana mana, demi alasan kesehatan siswa, terpaksa tidur pindah diaula.
Aku mengikutinya dari belakang, terburu2 dan gugup terlihat dari wajahnya, dari belakangku muncul si Ayah.
"Ayah, aku mau ikut pulang, tidur di rumah aja, mau muntah soalnya ", katanya serius dengan wajah seperti pusing.
"No... Harus sampai besok donk, nggak boleh berhenti ditengah jalan, teman2nya aja kuat kok, tuh seru ntar lagi api unggun", jawabku.
"Pokoknya ikut pulang, kakak2nya kejam, sudah tau anak kecil, makanan sepiring harus dihabisin, sampai mau muntah rasanya, berdiri aja sampai 3 jam, ganti baju harus 5 menit selesai, apaan !!", katanya hampir menangis.
"Di kenalin jadi tentara itu Say.. Nggak apa2, jadinya biar nggak manja lagi.."
"Pulang ! Titik ", sambil memasukkan barang2nya ke mobil.
Terpaksa akhirnya minta pamit pulang duluan.
Jalur masuk camp lumayan masuk kedalam dari gerbang utama, dengan penjagaan ketat tentunya, arah keluar sedikit memutar melewati beberapa kantor, aula lapangan dan kolam ikan, diatasnya terbentang tambang melintas ke seberang. " Di kolam ikan itu kami mandi Ma, baju olahraganya coklat klat tidak bisa dicuci lagi, walaupun pakai mesin cuci ".
"Asyik donk Say, mandi lumpur..", tak didengarnya ucapan Ayahnya.
Melewati pos jaga di pintu gerbang, mobil sedikit diperiksa, diingatkan untuk menghidupkan lampu dalam mobil selama masuk ke area camp.
"Aku mau beli senjata2 MK 47 itu tau, keren2 Ma, tadi dilihatin semua, kakak2 yang pangkatnya tinggi keren2, pake bintang 2 emas, senjatanya senapan juga, pisaunya kayak pisau beneran", aku berharap mobil akan memutar balik kembali.
"Ini pulang beneran ?, ambil baju kotor dan perlengkapan mandinya yuk, kalau nggak diambil hilang nanti", ajakku hati hati.
"Nggak, pulang aja,biarin hilang !", mantap tak bergeming, pusingnya sudah tak nampak dari raut wajahnya.
Yang ada adalah wajahnya yang memerah, kabur dengan gelap malam antara memerah atau menghitam, seharian dijemur dilapangan. Senyum senyum membayangkan terlepas dari camp tentara yang hanya diimpikan senjata2nya, menuju kamarnya yang rapi dan dingin, leluasa bermain dan berguling.
Sweet home... I am coming..

Selasa, 14 Desember 2010

HURUF F

Besok (hari ini_red) ulangan terakhir. IPS dan Bahasa Inggris penutupnya. Dua pelajaran dengan rekor remidial terlengkap, 3 x berturut turut.Maksimal istilahnya dan sampai saat itu perolehan nilainya butuh sekali lagi remedial, menurutku.
Tapi anakku belum bosan juga ,padahal aku sudah bosan, gurunyapun sudah bosan, kepala sekolah bosan, Mendikbud bosan, Presiden bosan dan yang mendengarpun bosan.Dia cekikikan riang dengan istilahku, baru kucuplik dari si Ikal jelek semalam.
Lumayan banyak yang mesti dihapal, silsilah kerajaan yang sebenarnya dia gemari dari sesi berceritanya, kalau sang guru memahami titik kuatnya menghapal.Peninggalan sejarah yang nota bene gampang kudengar dari celoteh membosankannya sepanjang perjalanan liburan lebaran kemarin, membuatku mual karena mataku harus mengikuti setiap gerakannya membawakan teatrikal sejarah berdirinya candi2 yang bakal dia kunjungi, padahal aku divonis sylindris.Perjalanan itu terpangkas seratus kilometer akhirnya, berkat dia.
Sedari pulang sekolah ada saja kesibukannya mengalihkanku agar tak segera memulai membuka buku, dengan halus mempersilahkanku istirahat siang, mungkin mendengar aku mengeluh sakit pinggang, cucianku lumayan banyak pagi tadi.
"Mama nggak tidur siang ? Nanti aja belajarnya ya ?", wajahnya memelas.
Karena aku paham dia overload minggu kemarin, maka aku hanya mengatakan, "Jangan sampai ikut2an bosan lho ya ".
Aku terlelap setengah jam, heran , padahal biasanya susah aku terpejam disiang bolong, aku mencoba tidur kali ini dikamarnya, dingin dan tak berisik lalu lalangnya ke kamar mandi, main air.
"Mama, coba tutup matanya, aku membereskan lemari mainan..",dituntunnya aku dengan mata tertutup.
"Waduuh, berantakan begini siapa yang membereskan nanti?", kerjaan baru buatku , seisi lemari diruang tamu berserakan, sudah mau Asyar.

Berserakan

"Ini sampai beres sudah membuang waktunya belajar Say, padahal belum dibuka semua kan ?", gerutuku menjaga emosi.
"Ya udah, Aku belajar, Mama yang mberesin, nanti aku bantuin membakar sampahnya", solusinya tepat, menurutku juga, untuk saat ini.

Asyik bermain api

Selesai Magrib kami selesai dengan tugasnya masing masing, kulihat dia serius dengan tanggung jawabnya, minimal ganjaran remidinya membuatnya lancar menemukan dimana kalimat dan kata2 yang mesti dihapalnya, pikirku.
"Boleh liat TV ? ", pintanya mengakhiri tugas dilembar terakhir.
"Boleh, tapi harus menjawab pertanyaan Mama dulu ", aku mencari ditengah2 buku. IPS dulu, karena Bahasa Inggris kemungkinan besar dia lebih bisa mengasainya.
Aku mulai bertanya;"Prasasti peninggalan sejarah jaman kerajaan Tarumanegara menggunakan huruf ... ".
" F " , jawabnya percaya diri.
Wajahku serius menahan tawa ; " Harusnya huruf "T" sayang....bukannya Tarumanegara ? bukan Farumanegara ??".

Kamis, 02 Desember 2010

Namanya Keong !

Pagi pagi jadi kelabakan buka Internet, sungkem mbah gogel. Nuwun sewu mbah.... pingin ngertos lirik lagune si Keong Racun yang lagi heboh... ??

Dasar kau keong racun
Baru kenal eh ngajak tidur
Ngomong nggak sopan santun
Kau anggap aku ayam kampung
Kau rayu diriku
Kau goda diriku
Kau colek diriku
Eh ku takut sekali
tanpa basa basi kau ngajak happy happy
Eh kau tak tahu malu
Tanpa basa basi kau ngajak happy happy

*
Mulut kumat kemot
Matanya melotot
Lihat body semok
Pikiranmu jorok
Mentang-mentang kau kaya
Aku dianggap jablay
Dasar koboy kucai
Ngajak check-in dan santai
Sorry sorry sorry jack
Jangan remehkan aku
Sorry sorry sorry bang
Ku bukan cewek murahan


Sebelum tidur, anakku pamer atraksi joged lucu, senam irama katanya. Lagu yang dipilih kelompoknya adalah Keong Racun, katanya biar semangat. Namanya juga senam, kalau lagunya qosidahan ya gak seru...
Salah satu kelompok yang lain mengambil lagu qosidah, berikut sedikit bocoran gerakannya yang jauh dari teori senam. Dia sedikit meledek kelompok temannya itu.
Dua tangannya dikepal, maju mundur bersamaan, dengan hentakan kakinya juga mengikuti irama musik Keong racun, gerakan kakinya ke kanan dan kekiri.
Ada selingan " Jib ajib ajib ajib ajib ", gaya goyang goyang kepala dengan telunjuk mengacung didepan wajah.
Saat Reff, mulutnya digerakkan bersamaan dengan gerakan jari2 tangan, seperti gerakan pelawak Tukul Arwana.
Sampai keluar air mataku tertawa melihatnya. Kok bisa temannya itu merangkai gerakan unik senam sangat pas dengan irama musiknya yang konyol. Kalau nggak salah Kevin namanya. Mamanya pasti jago senam...
Tak ada iringan musik dan lagunya, lha memang aku sendiri tak hapal lagunya, untungnya dia juga tak begitu sering mendengarnya, namun pelan tapi pasti dia akan cepat menghapalnya, tunggu saja hari ini...
Dia sedang latihan terakhirnya, besok sudah dipraktekkan sebagai ujian praktek Olah Raga.
Setengah jam beraksi, cukup memberikan angin segar penghantar tidurnya.
" Doa dulu, apa masih ada yang mau dicritain ?  kok masih belum mengantuk kayaknya ? ", ku betulkan selimut panjangnya.
" Ada sih...kenapa kalo pacaran kok ada tidurnya ? ", tanyanya polos.
Aku agak kaget mendengar pertanyaannya, lupa2 ingat aku langsung menuduh lirik lagu si Keong, kalau gak salah memang ada kata2 itu...
"Pasti dari lagu Keong racun kan ?? ", dia tersenyum mengiyakan.
" Namanya juga Keong, bikin lagunya pasti asal deh...", Kuusap dan cium kepalanya.
"Mmuah...mimpiin Mama ya..."

Rabu, 01 Desember 2010

Aji Pamungkas

Terkejut mendengar pengakuannya malam ini, " Mama , aku dapat julukan baru dikelas ' Si Raja Ngawur ! ', hebat kan ??  "
"Kok bisa ? ", tanyaku kalem.
" Ya iya lah, setiap ada kuis dan pertanyaan, aku paling cepat menjawab, gak usah mikir lagi, ngawur aja !, eh.. banyak yang bener, padahal jelas2 aku ngarang !..", semangat menjawabnya sampai terlihat matanya yang bulat bersinar kegirangan.
" Kalau jawabnya benar, berarti nggak ngawur sayang....itu tandanya Anak Mama pinter, gak usah mikir lama aja sudah bener njawabnya...", jawabku menepis aji mumpungnya untuk tak perlu lagi belajar.
" Mama nggak percaya,buktinya aku dapat gelar itu kan ??", mulai terlihat tanda2nya kesal sambil melirik remote TV yang sedari tadi dia genggam.
"Nih, mau nggak Mama ajarin jurusnya Mama...buat anak yang jadi Raja Ngawur.., Hebat lho, gak perlu lama2 juga mikir kok, cukup Konsentration..mau ?? ", sembari ku gelar LKnya yang tertulis angka 36.
Penasaran juga kelihatannya, terlihat dari caranya memandangku, " asik...memang mama dulu juga jadi Raja Ngawur ?? ".
"May be....tapi Mama pakai jurus ini, jadi banyak yang benar jawaban Mama....".
" Kalau ada soal yang banyaak banget, pusing kan ?
  nah...Baca do'a dulu trus ikutin caranya Mama...

1. Pilih yang kelihatannya paling gampang dulu, jadi sebelum pusingnya datang, lumayan kita udah mengerjakan beberapa soal yang gampang...
" Itu juga ilmunya Bu Guru ,Ma...pasti kalau mau ulangan Bu Guru bilang kayak gitu...", sanggahnya.
Itu berarti jurusku sudah mulus didengarnya...

2.  Matematika biasanya banyak angka, makanya jangan salah nulisnya...kalo nulis soalnya aja salah, apalagi jawabannya, rugi dunk...kita udah capek ngitung, ternyata salah gara2 nulis soalnya...
Itu yang sering mama liat dari LKnya Ihsan...salah nulis.
" Memang !...bukannya aku nggak pinter Ma, tapi memang Bu Guru yang gak bisa baca tulisanku, gimana sih ya, harusnya Guru itu pinter semuanya, termasuk mbaca tulisan muridnya..".
"Menurut Mama  bener juga sih...gara2 tulisannya kayaknya,mulai besok harus bagus dan lebih diteliti lagi ya".
Itu memberinya harapan, bahwa sebenarnya dia bisa !!.

3. Kalau soalnya pilihan, cari yang jawabannya masuk di akal!
Silang dulu yang gak masuk logika, misalnya 124 x 25 = ...., (aku mengambil kertas kosong, memberinya contoh soal, agar dia lebih mengerti..)
ada jawabannya ; a = ....5           b = ......0
                           c = .....0          d = ......6

liat angka paling belakang dari soal, ada 4  dan  ada 5
Perkaliannya pasti hasilnya 20, angka belakangnya  0
Berarti cari yg jawabannya  berangka belakang 0
Jawaban Ihsan kalo gak  b   atau   c
Yang  a  dan  d   di coret dulu, sebab pasti salahnya.
Paling bagus sih ya harus dihitung.....biar ngawurnya bener....
Tapi kita sudah berhasil mengurangi jwbn yang jelas salah kan ???



Begitu juga pelajaran yang lainnya, cari jawaban yang kalau sudah tau itu salah, jangan dipilih !,mending memilih yang kita tidak tau, mungkin itu memang jawabannya, soalnya aja bingung, berarti jawabannya pasti susah...cocok deh.

4. Jangan beritahu Bu Guru kalau tadi itu ngawur... nanti dikira Ihsan gak belajar, ketahuan lho kalau waktunya belajar dipakai liat TV..

"Itu tadi namanya Aji Pamungkas...", gelitikku , sambil mengedipkan mata. 
 "Coba Mama pingin liat, Aji pamungkas Ihsan sakti nggak ya..?? , ini kan salah semua, coba dibenerin 10 soal saja, ingat , jangan lama2 mikirnya, pakai ilmu yang mama kasih tadi..Ok.."

Sedang serius
 Serius kulihat mimik mukanya, aku menghela napas lega, bukan karena dia benar2 serius ke soal sih, itu juga karena kartun kesukaannya sepuluh menit lagi dimulai....
Itu juga batasan waktunya untuk 10 soal ujiannya.

Masih sempat bercanda